23 April, diperingati sebagai hari bumi. Entah orang bagaimana orang memperingati hari bumi ini. Namun bagi saya, memperingati hari bumi sama halnya 'memperingati' kerusakan bumi atas perbuatan manusia. Maaf jika menyudutkan manusia (termasuk saya), karena memang penyumbang kerusakan terbesar ya umat manusia.Â
Bumi, rumah kita semenjak lahir hingga ajal nanti (kalo tidak ada rencana untuk pindah ke planet lain hehe), menjadi salah satu ciptaan Tuhan yang teramat luar biasa bagi kita. Begitu berwarnanya wajah bumi, selalu menjadi daya tarik bagi setiap makhluk (alien termasuk ga yah ? Hehe). Namun sayang seribu sayang, kian hari bumi kita kian merana. Well, perubahan iklim yang mengerikan marak terjadi, tak terkecuali Indonesia.
Saya bukan ahli metrologi ataupun Geofisika, namun fenomena tersebut membuat saya khawatir. Pembaca pasti masih ingat fenomena hujan es yang terjadi di Jakarta dan Bandung beberapa waktu lalu. Hal itu sangat mengejutkan bukan ? Terutama bagi orang awam seperti kita. Para pembaca yang budiman, kalau boleh saya meminjam judul lagunya Ebiet G. Ade,
 "Mari Kita Renungkan". Mari kita renungkan, apa yang telah kita perbuat. Ibarat peribahasa, tidak ada asap tanpa adanya api. Suatu kerusakan tentu ada penyebabnya. Saya tidak ingin menyebutkan apa saja perbuatan kita yang mengakibatkan kerusakan bumi ini. Mari kita merenungi bersama perbuatan kita yang tidak disengaja atau malah disengaja yang membawa dampak negatif bagi indahnya bumi ini.
Ayolah saudara-saudara ku, bersama kita selamatkan bumi ini. Sekecil apapun perbuatan positif itu, jika dilakukan oleh banyak orang tentunya membawa dampak yang besar. Tidakkah pembaca kasihan jika anak cucu kita tinggal ditempat yang tak layak ?. Saudara ku, bumi ini adalah titipan Tuhan. Selayaknya titipan tentu kita harus bisa menjaganya hingga akhirnya titipan itu kembali kepada yang punya. Mari saudara ku, belum terlambat. Dimulai dari hal kecil, dimulai dari diri kita,
Salam