Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Mudahnya Pergi Haji dari Amerika

11 Oktober 2013   10:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:41 1702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_284533" align="aligncenter" width="376" caption="Menikmati makan malam di kapal pesiar mengelilingi Sungai Nile (Nile River Cruise), sebelum berangkat (doc: pribadi)"][/caption]

Kejadian ini sebenarnya sudah cukup lama, tahun 1994. Namun aku ingin sedikit berbagi pengalaman, bagaimana suka dukanya sampai aku bisa ke tanah suci. Pada awalnya memang tidak ada niatan sama sekali untuk menunaikan ibadah haji dari Amerika. Karena aku merasa masih muda dan belum menikah. Sementara anggapan banyak orang adalah orang mau pergi haji seringnya sudah berumur dan berkeluarga. Makanya aku belum menanamkan niat untuk menjalankan ibadah haji waktu itu. Bagiku kebutuhan  untuk menuntut ilmu jauh lebih kuat daripada untuk menyempurnakan rukun Islam yang ke 5.

Namun ternyata Allah berkehendak lain, akhirnya aku pun dapat menunaikan kewajiban itu. Bahkan lebih dari itu. Aku keluar negeri tidak hanya untuk belajar, tapi bisa pergi haji ke tanah suci. Sekaligus dengan jalan-jalannya. Betapa tidak? Karena waktu itu aku masih sendiri, sementara beasiswa yang aku terima sama dengan mereka yang sudah menikah atau bawa keluarga. Praktis pengeluaranku jauh lebih sedikit dibanding mereka yang berkeluarga. Makanya aku bisa menabung banyak setiap bulannya. Untuk apalagi kelebihan uang yang kumiliki? Sebagian memang untuk ditabung dan sisanya tentu untuk bersenang-senang, termasuk jalan-jalan dan beli mobil. Jadi aku menganggap kehidupanku di rantau boleh dibilang berkecukupan.

Singkat cerita aku relatif bisa jalan kemana-mana. Termasuk pada suatu hari ada seorang teman yang sedang bersekolah di Florida, mengirimkan email dan mengajakku untuk menunaikan ibadah haji. Aku sendiri sedikit kaget dan tidak percaya, ha! pergi haji? Dengan siapa saja dan bagaimana caranya? Itulah pertanyaan awalku karena tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Dia pun kemudian menjelaskan detailnya. Dia mengajakku untuk mengumpulkan teman-teman yang ingin pergi haji biar bisa berangkat bareng, dan kami  bisa ada mahramnya.

Membaca email teman dari Florida itu, aku sempat kaget darimana dia bisa menghubungiku. Usut punya usut, dari teman ke teman akhirnya namaku bisa sampai juga ke telinga teman di Florida. Begitulah kecanggihan internet. Pada waktu itu pun, aku sudah bisa merasakan nikmatnya berkomunikasi lewat internet. Aku yang tinggal di Binghamton, New York dengan teman di Florida bisa terhubung. Padahal sebelumnya kami tidak pernah berkomunikasi, apalagi saling bertemu.

Seru dan tegang juga untuk persiapannya, karena berita yang kudengar begitu mendadak. Bukan karena biaya yang menjadi masalah, tapi urusan administrasinya, karena Pemerintah Saudi sangat teliti dalam memeriksa document dan surat-suratnya. Aku terus bergerak cepat untuk memberesin biaya dan keperluan administrasi, termasuk Surat Kuasa dari orang tua karena belum menikah. Komunikasi kami kemudian dilanjutkan dengan  telpon dan email untuk mempercepat proses, karena tuntutan waktu yang semakin mendesak.

Akhirnya kami sepakat untuk pergi. Niatan mulai kutanam dalam diriku, sambil terus mencari cara bagaimananya. Aku pun berhasil mengajak teman yang sedang kuliah di Columbia University, New York.  Maka jadilah kami seperti tiga bersaudara (Tiga Serangkai) yang semuanya masih single. Dengan berjalannya waktu, ada  dua teman lagi yang ikut bergabung dari Wisconsin pergi bersama istri dan anak-anaknya. Sedangkan teman dari Kentucky pergi bersama istrinya. Maka lengkaplah persyaratan kami untuk mendapatkan mahram. Paling tidak di atas kertas.

Setelah lengkap, semua persyaratan termasuk biaya dan imunisasi meningitis aku serahkan. Dalam waktu kurang lebih 1 - 2 minggu, visa haji pun keluar. Betapa bahagianya aku pada waktu itu, karena keinginanku yang mendadak untuk pergi haji sudah terbuka dan tinggal kami menyiapkan berbagai keperluan untuk keberangkatan dan juga ibadahnya. Disini kami belajar sendiri tata cara berhajinya. Dengan siapa lagi kalau tidak baca dari buku-buku, termasuk diskusi diantara kami maupun saran dari orang tua bagaimana sebaiknya. Kebetulan kedua orang tuaku juga sudah menunaikan ibadah haji beberapa tahun sebelumnya. Jadi mereka bisa memberikan saran dan nasehat, termasuk mengirimkan buku Manasik Haji.

Sungguh suatu keberkahan luar biasa yang aku peroleh, karena di usiaku yang masih muda, sudah diberi kesempatan untuk menunaikan rukun Islam ke 5. Jadi boleh dikatakan suatu hal yang langka dalam keluarga besarku, karena kebanyakan mereka yang berangkat sudah berkeluarga dan punya anak. Hal ini disebabkan karena biaya yang cukup mahal, sehingga mereka harus menabung untuk jangka waktu yang cukup lama, baru kemudian bisa menyempurnakan ibadahnya.

Pada hari yang sudah ditentukan, kami semua berkumpul di John F Kennedy Airport, NY sebagai meeting point keberangkatan. Tentunya dengan berbagai persiapan sendiri-sendiri yang sudah semaksimal mungkin. Aku dengan temanku yang di New York City bisa berangkat bareng untuk pergi ke airport nya, karena kami sama-sama tinggal di New York, cuma beda kotanya. Jadi aku berangkat lebih dulu, kemudian menginap di rumah temanku itu untuk kemudian berangkat bareng ke airportnya. Pada jam yang sudah ditentukan, para jemaah dari berbagai daerah berdatangan, karena pesawat yang akan membawa kami segera boarding. Ternyata ada tambahan lagi rombongan dari Indonesia yang datang dari Canada berjumlah 6 orang. Jadi lumayanlah group dari Indonesia pada waktu itu. Selebihnya mereka berasal dari berbagai negara, seperti Pakistan, India, Amerika dan sisanya kebanyakan dari negara Timur Tengah. Total mungkin mencapai 500 orang penuh dalam satu pesawat.

Dalam perjalanan keberangkatan, pesawat yang membawa kami singgah di Cairo, Mesir untuk transit karena kami menggunakan Agen Travel Haji dari Mesir. Keuntungannya kami mendapatkan bonus untuk menikmati makan malam, dengan menggunakan kapal pesiar mengelilingi Sungai Nile, sambil melihat sunset yang dikenal dengan Nile River Cruise. Sebelum akhirnya kami terbang ke tanah suci pada malam harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun