Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Adakah yang Salah dengan Sistem Perlistrikan Kita?

9 Agustus 2012   18:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:01 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13445361721147861032

[caption id="attachment_199209" align="aligncenter" width="375" caption="Awas! Curi listrik penyebab kebakaran (Doc: id-id.facebook.com)"][/caption] Saya memang bukan dari jurusan teknik, walaupun pernah belajar IPA sewaktu sekolah di SMA dulu. Namun, sudah terlalu lama saya belajarnya. Sebagai orang awam dalam dunia perlistrikan, terus terang saya sekarang mulai mempertanyakan adakah yang salah dengan Sistem Perlistrikan kita? Kenapa sering terjadi arus pendek? Bagaimana untuk mencegah terjadinya arus pendek, agar tidak ada lagi kebakaran? Tidakkah ada tindak lanjut untuk pencegahan dari penyebab kebakaran ini? Kenapa mereka tidak ditindak tegas apabila mereka telah melanggar aturan? Kenapa sosialisasi pencegahan tidak merata, agar masyarakat bawah bisa ikut juga belajar? Haruskah kita terus terlambat mengambil pelajaran dari setiap peristiwa? Dan berbagai pertanyaan lain yang tentunya bisa diperpanjang lagi. Konon menurut data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta mengungkapkan hingga pertengahan tahun 2012,  setidaknya sudah 530 kebakaran terjadi di wilayah Jabodetabek. Pada umummya kebakaran terjadi karena hubungan listrik arus pendek. Dari data ini jelas terlihat bahwa mayoritas kebakaran terjadi karena arus pendek. Saya sungguh miris dengan banyaknya peristiwa kebakaran ini. Saya pikir ini tidak ada bedanya dengan peritiwa banjir yang melanda Ambon tempo hari, yang akhirnya menyisakan kepedihan. Hanya beda caranya saja mereka terkena musibah, tapi efeknya sama. Mereka kehilangan harta bendanya yang  telah dirintisnya bertahun-tahun, akhirnya hangus tanpa ada yang tersisa. Rasanya belum kering airmata kesedihan dari terbakarnya 286 rumah warga dengan 565 Kepala keluarga di 4 RT RW 07 Kelurahan Karet Tengsing, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Senin malam, tanggal 6 Agustus 2012. Hari berikutnya, Selasa tanggal 7 Agustus, 2012, kebakaran terjadi di BSD Plaza, Tangerang, Banten pada pukul 9 malam. Kemudian hari Rabu dini hari sekitar pukul 03 pagi, tanggal 8 Agustus, 2012  kebakaran terjadi didaerah pemukiman warga dekat Stasiun Duri, Kelurahan Krendang, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat yang menghanguskan 75 rumah warga. Bahkan sekarang ini saat saya menulis artikel, Kamis malam 9 Agustus 2012, sedang terjadi kebakaran pabrik, di Legok, Tangerang Bisa dibayangkan hampir setiap hari terjadi kebakaran. Belum selesai permasalahan yanng pertama, muncul lagi peristiwa kebakaran yang lainnya. Kini, akibat yang terjadi di Karet Tengsing, warga terpaksa tidur di pemakaman Karet Bivak. Mereka buka dan sahur di tengah makam. Bahkan pemakaman menjadi arena bermain baru bagi anak-anak warga yang terkena musibah. Biarpun bantuan terus mengalir, tapi apa enaknya kalau kita tidur, buka dan sahur bersama-sama di makam? Sejelek-jelek rumah sendiri, tetap enak tinggal di rumah. Cagub incumbent Foke, sudah mengunjungi daerah kebakaran, bahkan beritanya semakin ramai. Salah satu tulisannya bisa dibaca disini. Sungguh saya sangat miris dengan berbagai kejadian kebakaran ini. Apalagi sekarang kekeringan sedang melanda di berbagai daerah. Di daerah Jakarta saja, kebakaran sudah 530 kali, belum lagi di dearah lain. Bahkan gudang meubel nya Pak Jokowi, di Solo juga terbakar tempo hari. Kasihan mereka yang sudah mengumpulkan hartanya bertahun-tahun, membangunnya akhirnya sirna karena terbakar. Konon, masyarakat kesulitan untuk menghubungi Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan berbagai pertanyaan terus diajukan. Akhirnya sewaktu pertolongan datang, kebakaran sudah sulit untuk ditanggulangi karena sudah sangat besar. Tak tahulah, saya cuma ikut prihatin saja, semoga cepat segera diambil langkah-langkah yang nyata. Jangan lagi terjadi  kebakaran, apapun alasan yang ada. Tidak cukup kah 530 kebakaran sebagai pelajaran untuk kita ambil? Walaupun katakanlah tidak memakan banyak  korban, tapi kehilangan materi pun sudah sangat berharga, terutama bagi mereka yang hidupnya pas pasan. Kebakaran tidak ubahnya dengan bencana, karena mereka tidak berhasil menyelamatkan harta bendanya. Bagaimana menurut Anda? Sekedar berbagi keprihatinan dan rasa empati saya kepada mereka. Salam dan Semoga mereka cepat segera bangkit kembali.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun