Mohon tunggu...
Nunung Nurlaela
Nunung Nurlaela Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Dosen. Penulis. Blogger. Konten Kreator. Ibu Lima Anak. Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bersyukur dengan Satu Ovarium

11 Maret 2013   10:14 Diperbarui: 4 April 2017   16:54 3346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13629967411006866264

Aku mengalami perdarahan hebat waktu itu dan dokter mengatakan bahwa aku mengalami hamil diluar kandungan (kehamilan ektopik) yang terjadi bila sel telur yang telah dibuahi tidak melekat di rahim tetapi di tempat yang berbeda yaitu di saluran telur (tuba falopi), indung telur, leher rahim atau rongga perut. Bila embrio melekat di saluran telur, maka pertumbuhan embrio akan menyebabkan saluran telur membengkak atau pecah. Ini yang terjadi padaku karena perdarahan yang terus menerus, tentu akan mengancam jiwaku, dokter menyarankan untuk segera operasi. Dan ternyata, operasinya tidak hanya pengangkatan janin didalam saluran telurnya tetapi harus dipotong dan otomatis salah satu ovarium saya (sebelah kiri ) harus dibuang karena mengantisipasi terulangnya kembali hamil ektopik seperti yang terjadi pada kasus kehamilan ektopik lainnya yang tidak dipotong, ada yang terulang kembali sampai dua atau tiga kali. Aku dan suamiku hanya bisa pasrah. Pasrah karena mungkin ini adalah jalan yang terbaik bagi kami. Pasca operasi, aku merasa ada yang hilang dari diriku, yah aku telah kehilangan calon anakku yang kedua. Kesedihan menyelimutiku. air mata ini mengalir deras ketika melihat janinku yang sudah diangkat dan ditaro dalam botol kecil. Botol itu kemudian diserahkan kepada suamiku untuk segera dikubur janinnya. Ukurannya masih sangat kecil, umurnya kurang lebih enam minggu. Selamat jalan anakku, Insya Allah engkau akan menjadi tabungan kami di surga. Aamiin. Doaku dalam hati dengan linangan air mata. Menahan semua sesak di dada, dan ditambah lagi dengan rasa sakit pasca operasi. Hidup dengan ovarium satu awalnya sangat sedih dan berat bagiku. Karena aku dan suamiku masih ingin mempunyai anak dua, tiga, atau empat lagi. Sungguh aku takut sekali kalau nanti aku  tidak bisa hamil lagi. Seperti temanku yang pada kasus yang sama sepertiku, tetap belum hamil lagi meski anaknya sudah hampir lulus kuliah. Walau ada kasus lain yang akhirnya bisa punya anak lagi, aku tetap merasa khawatir. Alhamdulilah kekhawatiran ini tidak menjauhkan aku untuk selalu bersyukur. Bersyukur bahwa aku masih bisa selamat, walau harus operasi dan membutuhkan beberapa kantong darah. Bersyukur aku sudah dikarunia seorang putri yang cantik. Tidak semua pasangan suami istri bisa memiliki keturunan, bahkan dengan program bayi tabung pun, ada yang tetap gagal untuk memilki anak. Karena memang, mempunyai anak atau tidak adalah rahasia Allah. Manusia hanya bisa berusaha dalam wilayah yang dikuasainya. Kuncinya adalah tetap mensyukuri apapun kondisi yang terjadi pada kita. Sulit sekali memang, seperti yang aku rasakan sendiri. Jika lelah, ataupun berduka, keluhan-keluhan terucap juga dari bibirku. Kalau sudah begitu, suamiku segera menegurku dan menasehati aku. “Sayang, jangan mengeluh ya…banyak yang lebih susah dari kita, lihatlah diluar sana, orang yang tidak bisa merasakan nikmatnya tinggal disebuah rumah, makan dengan enak dan juga tidak semua bisa merasakan kelucuan dari seorang anak…kita sudah menikmati itu semua, sudah sepantasnyalah kita selalu bersyukur.” Betul, hati yang senantiasa bersyukur akan semua karuniaNya, akan membuat kita selalu bahagia dan merasa cukup. Dan insya Allah aku akan terus mensyukurinya walau hidup dengan ovarium satu, tidak membuatku  berputus asa untuk mempunyai anak lagi. Ikhtiyar dan doa serta tawakkal harus kita canangkan dan selaraskan dalam hidup, sebagai wujud syukur kita pada apa yang dianugerahkanNya. Aku banyak membaca kisah wanita-wanita yang ternyata bisa hamil dan mempunyai anak, walau hanya punya satu ovarium. Satu ovarium, bukan kendala untuk bisa hamil. Sebuah kisah yang sangat memotivasiku, kisah seorang artis Shahnaz Haque yang menderita kanker pada salah satu ovariumnya dan harus diangkat, tetapi akhirnya dia bisa merasakan hamil dan lahir dari rahimnya anak-anak yang lucu, tiga putri cantik. Subhanallah. Kisah ini sangat menyentuhku. Tidak ada rasa putus asa atau bersedih dengan apa yang menimpa kita. Justru kita tidak boleh terpuruk dengan segala ujianNya. Subhanallah…Allah mengabulkan doaku, doa suami dan doa seluruh anggota keluarga besarku serta doa dari sahabat-sahabatku. Aku hamil lagi! hamil pasca operasi. Hamil dengan ovarium satu. Dalam waktu kurang dari dua tahun, aku kembali bisa merasakan morning sick, mual-mual pada trimester awal, dan gerakan serta tendangan hebat janin diperutku. Aku bahagia sekali…syukurku padaNya yang masih memberiku rizki dan amanah ini. 13 Januari 2009, seorang bayi perempuan cantik lahir dari rahimku, normal dan sehat. Aku dan suamiku menangis, menangis haru dan penuh syukur. Walau keinginanku berharap melahirkan bayi laki-laki. Tapi, itu terkikis, karena diberikan kesempatan untuk hamil lagi dan melahirkan normal saja, sudah sangat membahagiakanku. Syukurku bertambah besar, ketika aku melihat dua garis merah pada test pack kehamilan ditanganku. Aku terpana, tidak percaya, kaget dan entah perasaan apalagi yang menyelimutiku waktu itu.. Di usia hampir 6 bulan putriku keduaku, aku hamil lagi! Subhanallah…Allahu Akbar! Kebahagiaanku dan rasa syukurku mengalahkan rasa khawatirku. Bagaimana tidak khawatir, aku masih menyusui, dan putri keduaku masih berhak akan ASI. Bismillah, aku yakin aku akan bisa melewatinya. Alhamdulilah aku lalui hari demi hari kehamilanku dengan kuat dan sehat, aku butuh asupan makanan yang lebih karena aku hamil sambil menyusui. Sampai di usia 5 bulan kandunganku, aku mengalami kontraksi hebat. Seperti mau melahirkan. Ketakutan dan kekalutanku terus menderaku. Aku takut kalau bayi ini akan lahir prematur, lahir di usia yang masih sangat sulit untuk bertahan hidup. Karena pada usia 5 bulan janin belum siap lahir ke dunia, janin masih dalam proses penyempurnaan paru-paru dan sistem pernafasan. Ukurannya pun berkisar 20,5 cm dan beratnya masih kurang lebih 300 gram. Tentu saja akan kesulitan untuk bertahan hidup. Walau ada bayi lahir prematur yang lahir diusia lima bulan yang selamat dengan perawatan yang intensif selama berbulan-bulan. Akhirnya suamiku membawaku ke klinik tempat biasa aku memeriksakan kandungaku. Tidak ada lendir atau darah dari jalan lahirku, semua masih normal. Denyut jantung sang bayi juga bagus. Rupanya aktivitas hamil dengan menyusui adalah salah satu pemicu bagi kontraksinya rahimku. Ditambah lagi, aku sulit untuk buang air besar. Jadilah bertambah sakitku. Aku harus bedrest total, dengan cairan infuse yang mengalir ditubuhku. Aku harus  opname di klinik selama masa pemulihan. Setelah beberapa hari diklinik kesehatanku mulai membaik. Dokter menyarankanku agat tidak menyusui lagi, tentu saja makan makanan yang berserat karena masalah utamaku adalah sulit untuk buang air besar. Alhamdulilah, aku bisa melewatinya, bayiku masih bertahan dan kondisiku mulai pulih. Tepat jam 4 subuh tanggal 30 April 2010 lahir ke dunia ini, seorang bayi dengan berat 3, 8 kg dan panjang 49 cm. Suamiku yang sedari tadi menemaniku selama proses persalinan, dia mengecup keningku dan menggemgam jemariku, “Terimakasih ya, bayi kita laki-laki.” Kata suamiku pelan dan sambil tersenyum penuh rasa syukur. “Alhamdulilah…Allahu Akbar…” aku tak hentinya mengucap syukur, keinginan untuk mempunyai anak laki-laki terkabul juga. Aku menangis, karena bahagia. Terimakasih ya Allah…Engkau beri rizki tak ternilai ini. Aku teringat akan sebuah ayat “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7) Mensyukuri apa yang terjadi pada diri kita, ikhlas dan selalu mengharap ridoNya, Allah akan menambahkan nikmat bagi hamba-hambaNya yang bersyukur. Yah, aku sendiri telah membuktikannya…walau ovariumku tinggal satu, tapi aku masih bisa hamil dan punya anak lagi, janji Allah tidak pernah ingkar. Subhanallah! *cerita ini pernah dimuat di Nuansa Wanita majalah UMMI, edisi Maret 2013

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun