Mohon tunggu...
Sam Nugroho
Sam Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Notulis, typist, penulis konten, blogger

Simple Life Simple Problem

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cerita Itu Bermula dari Pertemuan dengan Komunitas

23 September 2017   19:45 Diperbarui: 24 September 2017   09:08 2916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belajar dari pengalaman orang yang lebih tua dari kita bahwa 

"Tak ada kata terlambat dan menua untuk belajar"

Menyambung petikan kalimat di atas, sepintas mengingat pada nasehat Ayahanda jika belum berhasil di dunia akademik dan pekerjaan maka geluti bidang lainnya lagi, seperti berniaga atau berdagang barangkali. Turuti kata hati, bekerjalah sesuai apa yang disukai dan lakukanlah apa yang menjadi minatmu tetapi tetap dikerjakan dengan sepenuh hati. Tak dipungkiri apabila materi ikut menghampiri.

Cari ilmu sebanyak-banyaknya dan gapai cita-cita setinggi langit. Belajar boleh dengan siapa saja, perkaya pengalaman apapun dan dimanapun sebagai bekal kehidupan kelak. Selama itu berada pada koridor yang jelas dan positif makan jelas akan menuai manfaat, apalagi bisa mempengaruhi dan dirasakan oleh orang banyak.

Menyadari betut betapa meruginya saya ketika bersekolah dulu hingga mengenyam pendidikan tinggi lalu lulus bergelar Sarjana beberapa tahun silam, kurang aktifnya dalam kegiatan non akademik kesiswaan atau organisasi kemahasiswaan. Paling-paling hanya sebatas mendaftar kemudian tidak dilanjutkan. Tapi, ya sudahlah nasi sudah menjadi bubur untuk apa lagi disesali. Kini kita harus melangkah dan berpikir jauh ke depan.

Tak banyak pengalaman yang saya peroleh selama duduk di bangku kuliah dulu. Kalau diingat saya paling sering duduk di depan komputer milik perpustakaan atau laboratorium bahasa yang saya tumpangi. Itupun bukannya membaca jurnal ilmiah untuk dijadikan referensi tugas kuliah yang saya cari, tetapi malah sibuk browsing dan asik memandangi linimasa. Berbekal kekuatan ceklak-ceklik dengan lihainya saya mencari berbagai informasi dari banyak platform sosial media.

Saya justru banyak mendapat input dari Twitter, tak hanya berupa status tapi juga sumber informasi dan kalimat-kalimat motivasi. Yaa.. Walaupun terkadang hanya disingkat-singkat dan terbatas dengan 140 karakter saja tapi sudah bikin hati senang. Sebab tak jarang sering juga disisipi tautan yang dengan mudah kita bisa baca kemudian.

Kebetulan saya bukan orang yang senang mengotak-atik komputer atau tergolong ahli IT yang mumpuni, penggila game (gamer) apalagi digital savvy. Hanya sebatas menyukai hal-hal yang berbau teknologi, terlebih pembaruan di dunia sosmed. Saking antusiasnya dari situ saya tertarik mengikuti beberapa kuis yang sering diadakan oleh beberapa merek produk dari perusahaan ternama dan memutuskan bergabung dalam komunitas pemburu kuis berhadiah (Quiz Hunter). 

Tidak hanya itu saja, setelah itu masih banyak komunitas lain yang saya ikuti. Dari mulai komunitas alat musik tradisional angklung, komunitas belajar bahasa asing 'Fakta Bahasa', komunitas Liasion Officeratau L.O yang bertugas memandu tamu asing dalam sebuah acara hingga ke komunitas survei sensus penduduk hingga ke Panitia Pengawas Pemilu (PPS). Sebagian dari komunitas tersebut masih saya ikuti sampai sekarang, tapi ada sebagian yang sudah saya vakumkan keanggotaannya untuk sementara waktu.

Tak heran apabila dari beberapa komunitas tadi dibuatkan Whatsapp Group (WAG) oleh admin sebagai penanggung jawab komunitas tersebut. Tujuannya ialah supaya lebih memudahkan dalam menjaring komunikasi (jarkom) dan menyebarluaskan informasi terbaru kepada seluruh anggota. Saya beruntung menggunakan kartu XL sebagai pilihan provider demi kelancaran berkomunikasi baik itu satu arah maupun dalam obrolan grup yang beranggotakan maksimal 256 orang ini. Selain sinyalnya yang kuat dan relatif stabil koneksi internetnya pun cepat.

Seiring waktu berjalan, saya kembali bertemu dengan seorang teman yang pernah bergabung dalam komunitas musik Angklung yang bernama Valka. Melalui pertolongan Tuhan akhirnya kami dipertemukan kembali. Cara kami bertemu dan menjalin komunikasi terbilang sederhana, saya yang ketika itu sedang bertugas menjadi L.O volunteer dalam acara TAFISA World Games berbicara dengan teman yang kebetulan satu kampus dengannya. Tak lama saya putuskan untuk kirim chat padanya dan saya mengutarakan keinginan saya untuk terjun di dunia literasi dan ingin sekali belajar di dunia menulis kreatif (creative writing). Bagai gayung bersambut, ketertarikan saya pun disikapinya dengan tangan terbuka.

Dia jauh lebih muda dari saya, tapi bicara soal kualitas "wah.. jangan ditanya". Pengalamannya di dunia tulis menulis tidak perlu diragukan lagi. Saat usianya masih SMP saja dia sudah menelurkan sebuah karya tulis dan diterbitkan dalam buku kumpulan sastra anak. Keaktifaannya menulis patut saya jadikan contoh dan layak untuk ditiru. Saya masih ingat benar bagaimana salah seorang pendiri komunitas musik Angklung yang pernah sempat kami ikuti melabeli dirinya sebagai pegiat seribu komunitas, tak heran sejak sekolah hingga kuliah ia serius dalam mengikuti berbagai aktifitas sosial dan menjadi relawan di setiap komunitas. Salut!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun