Mohon tunggu...
Nugroho Angkasa
Nugroho Angkasa Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pemilik Toko Online di Dapur Sehat dan Alami, Guide Freelance di Towilfiets dan Urban Organic Farmer. Gemar Baca dan Rangkai Kata untuk Hidup yang lebih Bermakna. Blog: http://local-wisdom.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar di Sekolah Kehidupan

8 Mei 2013   23:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:53 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1368029056880622464

Dimuat di Kompas.com, Rabu/8 Mei 2013

http://oase.kompas.com/read/2013/05/09/02585361/Belajar.di.Sekolah.Kehidupan

Judul:  School of Life, 30 Pelajaran Kehidupan Inspiratif dari Tokoh dan Kisah Mendunia Penulis: Yotam Sugihyono dan dr. Alvita Dewi Penerbit: Visi Press Cetakan: 1/2012 Tebal: 133 halaman ISBN: 978-602-8073-68-4 Harga: Rp30.000

Tahukah Anda siapa penemu Kodak? Kamera yang masih menggunakan roll film sehingga fotografer dapat memotret 100 gambar. George Eastman ialah orang pertama yang memperkenalkan inovasi tersebut. Sebelum pria kelahiran 12 Juli 1854 di Waterville, New York itu mempopulerkan Kodak, para fotografer harus membawa kamera berukuran besar dan sangat berat.

Tatkala ia hendak berlibur ke Santo Dominggo, George Eastman jeli melihat peluang tersebut, yakni bagaimana membuat kamera yang lebih sederhana (simple) dan mudah dibawa kemana-mana. Hingga kini pun nama Kodak tetap tak terlupakan. Dalam konteks ini, tesis Louise Pasteur masih relevan, “Peluang hanya menyukai mereka yang pikirannya siap.” (halaman 26).

Lewat buku ini, penulis juga menyodorkan satu gagasan cemerlang. Bila ada pensil dengan penghapus di atasnya, mengapa belum ada orang membuat ballpoint dengan cairan penghapus (tipe x) di atasnya juga?  Secara teknis, ada 3 tahapan dari sebuah inovasi. Pertama, amati dengan saksama lingkungan sekitar Anda dan temukan aneka peluang di sana. Kedua, tulis di atas secarik kertas rencana kerja Anda. Ketiga, segera kerjakan, buat impian tersebut jadi kenyataan.

Ibarat sebuah lagu, karya ini dinyanyikan secara duet. Penulisnya pasangan suami-istri, yakni Yotam Sugihyono dan dr. Alvita Dewi. Saat ini, Sugihyono sedang melanjutkan studi S2 Teologi. Sedangkan, dr. Alvita sedang mengambil Program Pendidikan Dokter Spesialis Bagian Ilmu Kedokteran Nuklir di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Sebelumnya, mereka telah menulis buku “Menggapai Bintang-bintang Harapan” dan “Warrior of Life”.

Ada juga cara mendidik yang unik dalam buku ini. Seorang ayah memperhatikan sikap anaknya yang sering marah-marah, merasa tidak puas, dan menyimpan dendam terhadap orang-orang di sekitarnya. Walau sudah dinasehati berkali-kali, tapi belum ada perubahan yang signifikan. Sang ayah tak kehabisan ide, ia lalu meminta anaknya selalu membawa kantong plastik transparan berisi tomat. Masing-masing tomat ditulisi nama orang-orang yang dibencinya. Anaknya harus membawa kantong plastik tersebut kemanapun ia pergi. Agar anaknya mau melakukan hal tersebut, ayahnya menjanjikan sebuah sepeda bila dapat mengerjakan tugas dengan baik.

Singkat cerita, setiap hari anaknya membawa kantong plastik kemana-mana. Entah itu ke toilet, bermain, ataupun tidur. Setelah beberapa hari tomat-tomat tersebut mulai membusuk, berbau tak sedap, dan berulat. Sang anak  merasa jijik  dan mengadu kepada ayahnya.

Lalu, sang ayah menjelaskan begini, “Seperti itulah kebencian yang selalu kau bawa nak, apabila engkau tak bisa memaafkan orang lain maka hatimu akan penuh berisi kebusukan seperti tomat-tomat tersebut.” Sejak saat itu sang anak berubah, segala ketidakpuasan yang dirasakan segera dibuangnya sehingga wajahnya memancarkan keceriaan senantiasa (halaman 100). Kisah tersebut membuktikan kebenaran sebuah petuah bijak, “Memaafkan  ibarat membebaskan tahanan dan kemudian engkau tahu bahwa tahanan tersebut adalah diri Anda sendiri.”

Dr. Alvita juga mengisahkan perjuangan hidupnya menaklukkan kanker sebanyak dua kali. Benang merah buku ini memang perjuangan para tokoh yang - walau dalam kondisi terjepit tapi tetap melangkah maju dan sukses meraih impian. Senada dengan petuah bijak Rabindranath Tagore, “Jangan biarkan aku memohon supaya rasa sakitku diredakan, melainkan supaya hatiku menaklukkannya.” (halaman 121). Hebatnya, tak sekadar berhenti pada fase pencapaian prestasi pribadi, mereka pun berbagi berkah dan sharing pengalaman dengan sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun