Mohon tunggu...
Novitania
Novitania Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Writer and Blogger

Content creator, and Blogger. Coffee and makeup enthusiast. an amateur photografer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bersih-bersih Pantai hingga Circular Economy, agar Bali Tetap di Hati

4 September 2019   12:23 Diperbarui: 4 September 2019   12:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu pernah ada yang bilang padaku, Bali is the island of God, dan aku setuju. Bali yang pernah aku datangi dulu tampak seperti pulau Tuhan yang terjaga kesucian, kebersihan juga keindahannya. Tapi, tidak pada saat aku kembali.

Berkesempatan mengunjungi Bali untuk kedua kalinya, membuat aku tersentak. Bali yang pernah aku kunjungi dulu kini berubah wajah. Lebih kotor dan kurang terjaga, hiks. Jujur, aku sedih luar biasa. Baliku tak sama seperti dulu.

Menurut data yang ada, tercatat 13 pantai di Bali telah masuk dalam status tercemar kualitas baku mutu air lautnya. Hal ini terungkap dari laporan hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bali.

Dari 13 pantai tersebut, beberapa di antaranya merupakan pantai yang menjadi favorit wisatawan, baik mancanegara maupun domestik, seperti pantai Kuta, Sanur, Candidasa, dan Soka.

Penyebab Baliku Kini Tampak Sendu
Pasti banyak yang bertanya, kenapa kini Bali tampak sendu? Wajahnya tak secerah dulu. Yup, itu karena tertutup sampah-sampah yang mengganggu. Dari mulai sampah plastik hingga sampah residu.

Berkesempatan kembali mengunjungi Bali lewat Danone Blogger Academy 3, kini banyak hal yang makin aku tahu. Betapa Bali kian tercemar ya karena ulah kita. Para wisatawan yang tak membawa adab dan norma lingkungan saat berwisata.

Sharing dengan Pak Wayan dari BumDes setempat (dokpri)
Sharing dengan Pak Wayan dari BumDes setempat (dokpri)

Saat acara Bersih-bersih Pantai dalam rangkaian DBA 3 kemarin, aku berkesempatan sharing langsung dengan Pak Wayan dari BumDes setempat. Dalam logat khas Bali, ia menjelaskan, memang tak dapat dipungkiri  jika dibandingkan dulu, sekarang Bali semakin banyak sampah, terutama sampah plastik.

Namun, kalau kita telusuri lebih jauh, sebenarnya sampah plastik itu lebih banyak berasal dari wisatawan terutama wisatawan domestik alias orang Indonesia itu sendiri. Karena masyarakat Bali memang terbiasa dengan sesuatu yang organik baik itu untuk sesaji dan lain sebagainya.

Degh, mendengarnya aku merasa tertampar. Rupanya Bali menjadi kotor karena ulah kita sendiri. Tuan rumah yang tak tahu tata krama. Pak Wayan, kembali menjelaskan, bahwa beberapa waktu belakangan ini, Bali terus berbenah. Sadar jika terus dibiarkan hal ini akan berakibat buruk pada lingkungan, berbagai elemen masyarakat turun untuk ambil bagian, dan juga menjadi role model untuk masyarakat lainnya, untuk kembali aware terhadap apa yang sebenarnya menjadi tanggung jawab kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun