Mohon tunggu...
Nova Silviani N
Nova Silviani N Mohon Tunggu... -

UNS University, FKIP UNS Kampus IV Kebumen, ingin menjadi guru inovatif, kreatif dan berguna bagi semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Inovasi dalam Pembelajaran

12 Oktober 2010   12:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:29 7970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebelum membahas pada inovasi pembelajaran, alangakah abaiknya mengetahui pengertian inovasi dan pembelajan.

Inovasi merupakan perubahan sistem dari yang kurang baik ke arah yang lebih baik. Sedangkan pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Implikasinya bahwa pembelajaran sebagai suatu proses yang harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Pembelajaran merupakan sesuatu yang kompleks, artinya segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran harus merupakan sesuatu yang sangat berarti baik ucapan, pikiran maupun tindakan.

Jadi yang dimaksud dengan inovasi pembelajaran yaitu proses belajar pada siswa yang dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, dengan menerapkan pendekatan multi kearah yang lebih baik, untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang kondusif bagi siswa.

Macam-Macam Inovasi dalam Pembelajaran:

1. Inovasi pembelajaran kuantum

Pembelajaran kuantum sebagai salah satu model, strategi, dan pendekatan pembelajaran khususnya menyangkut keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan mengelola system pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasanapembelajaran yang efektif, menggairahkan, dan memiliki keterampilan hidup (Kaifa, 1999). Pembelajaran kuantum dikembangakan oleh Bobby Deporter (1992) yang beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Pembelajaran kuantum merupakan salah asatu pembaharuan pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, bagaimana merancang pembelajaran, menyampaikan bahanpembelajaran dan bagaimana menyederhanakan proses belajara sehingga memudahkan belajar siswa.

Dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu percepatan belajar melaluiusaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional, dan fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar.

Asas utama pembelajaran kuantum adalahbawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Subjek belajar adalah siswa yang memiliki modalitas yang harus di fasilitasi oleh guru, sehingga guru harus berupaya terlebih dahulu untuk memahami potensi siswasebagai subjek belajar.

Prinsip model belajar kuantum terdiri dari segalanyaberbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan rayakan merupakan konsep utama pembelajaran kuantum untuk mewujudkan energi guru dan siswa dalam pencepatan belajar, mempermudah belajar dan mengikis hambatan belajar tradisional. Mengembangkan strategi pembelajaran kuantum melalui filosofis TANDUR yaitu Tumbuhan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa, motivasi,dan minat siswa, dan meningkatkan kehalusan perilaku siswa.

Rancangan pembelajaran kuantum yang dapat dikembangkan terdiri dari tiga bagian meliputi: pengembangan konteks, pengembangan konten, dan pengembangan strategi atau pendekatan pembelajaran. Dimensi pengembangan konteks pembelajarankonteks pembelajaran kuantum yaitu suasana belajar yang menyenangkan, landasan,yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Keempat unsure ini merupakan interaksi kekuatan yang mendukung kesuksesan belajar yang optimal.

2. Inovasi Pembelajaran Kompetensi

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang dapatdilakukan oleh para siswa pada tahap pengetahuan, keterampilan dan bersikap. Kemampuan dasar ini akan dijadikan sebagai landasan melakukan proses pembelajaran dan penilaian siswa. Kompetensi merupakn target, sasaran, standar sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Benyamin S. Bloom (1964) dan Gagne (1979) dalam teori-teorinya yang terkenal itu, bahwa menyampaikan materi pelajaran kepada siswa penekanannya adalah tercapai sasaran atau tujuan pembelajaran (instruksional). Cangkupan materi yang terkandung pada setiap kawasan kompetensi memang cukup luas seperti pada kawasan taksonomi dari Bloom, Krathwool dan Simpson.

Dalam pembelajaran kompetensi siswa sebagai subjek belajar yang memegang peranan utama, sehingga dalam setting proses belajar mengajar siswa dituntut kreatifitas secara penuh bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran.

Prinsip-prinsip pembelajaran kompetensi bertitik tolak pada pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suatu kondisi dapat terjadi proses belajar pada siswa dengan melibatkan berbagai aspek yang mempengaruhinya baik yang terdapat dalam diri siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru.

Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang berada dengan pembelajaran lainnya, seperti apa yang dipelajari siswa, bagaimana proses pembelajaran, waktu belajar, dan kemajuan belajar siswa secara individu. Untuk pengelolaan kegiatan pembelajaran kompetensi harus dipertimbangkan pengelolaan ruangan kelas, pengelolaan siswa, pengelolaan pembelajaran, srategi kegiatan belajara mengajar, sarana dan sumber belajar. Pendekatan pembelajaran kuantum dapat dilakukan melalui pembelajaran bermakna dan tematik. Kedua pendekatan ini dapat dikembangkan dengan tetap menyesuaikan terhadap tingkatan kematangan belajar anak.

3. Inovasi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2005).

Paparan pengertian pembelajaran kontekstual di atas dapat diperjelas sebagai berikut. Pertama, pembelajran kontekstual menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajra berorientasi pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks pembelajaran kontekstual tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, pembelajaran kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapt menangkap hubungan antara pengalaman belajr di sekolah dengan kehidupan nyata di masyarakat. Ketiga, pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya tidak hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajari tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran tidak hanya ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan tetapi dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi tiga prinsip utama, yaitu: saling ketergantunagan (interdependence), deferensiasi (differentiation), dan pengorganisasian diri (self organization). Seluruh komponen dalam pembelajaran kontekstual menekankan aktivitas siswa secara penuh baik fisik maupun mental. Menempatkan peran siswa selainsebagai subjek pembelajaran juga latar belakang kehidupan, kemampuan, pengalaman belajar, pengelompokan belajar, dan tujuan belajar factor siswa selalu dipertimbangkan.

Komponen-komponen pembelajaran sebagai asas CTL dalam menerapkan pola pembelajaran meliputi asas konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian nyata. Keseluruhan komponen ini dipertimbangakn dalam langkah-langkah pembelajaran kontekstual yang meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, baik pelaksanaan di lapangan maupun di dalam kelas.

4. Inovasi Pembelajaran Elektronik Learning

Istilah Tekhnologi Informasi lahir pada abad ke-20 yang diawali dengan terbentuknya masyarakat informasi.

Pada awalnya tekhnologi informasi diartikan sebagai perangkat keras dan lunak untuk melaksanakn satu atau sejumlah tugas pemrosesan data (Alter dalam Syam, 2004). Namun dalam pengembangannya mendapat respon yang lebih luas, di mana tekhnologi informasi juga mencakup tekhnik komunikasi sebagai saran untuk mengirimkan informasi. Roger dalam Syam (2004) menempatkan tekhnologi informasi bukan hanya sarana fisik, namun dapat berfungsi sebagai ynang meneruskan nilai-nilai social bagi para pemakainya.

Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi E-Learning diantaranya:


  1. E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities).
  2. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam tekhnologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen).
  3. E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, konprehensif (Greg Priest).
  4. E-Leraning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran di manapun dan kapanpun (Arista Knowledge System).
  5. E-Leraning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet.

Pada akhirnya E-Learning dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan pembelajar (siswa dengan sumber belajar), (data base, pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan yang daoat dilakukan langsung (synchronous) maupun tidak langsung (asynchronous).

Faktor Pendukung Pembelajaran melalui Tekhnologi Informasi

·Faktor lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pendidikan dan masyarakat.

·Siswa atau peserta didik meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan berbagai gaya belajarnya.

·Guru atau pendidik meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya.

·Faktor tekhnologi meliputi computer, perangkata lunak, jaringan, koneksi internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah.

Pemanfaatan tekhnologi informasi baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalanpembelajaran yang masih bersifat konvensional. Dengan menggunakan tekhnologi informasi diharapkan terjadi interaksi pembelajran antara siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajra lebih komunikatif. Melalui berbagai model pembelajaran yang ditawarkan diharapkan terbentuk interaksi belajra siswa yang tidak hanya menekankan pada proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian atau penggalian berbagai sumber belajar sehingga terbentuk cara berpikir yang lebih komprehensif dan terintegrasi. Melalui interaksi tersebut diharapakan ada peningkatan dalam keterampilan berpikir, interaksi serta keterampilan yang lain. Hal ini dapat terwujud apabila dukungan yang berasal dari guru, lembaga, siswa, masyarakat dan tekhnologi berkontribusi positif terhadap penyelenggaraan pembelajaran berbasis tekhnologi informasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun