Mohon tunggu...
Eko Nordiansyah
Eko Nordiansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pencinta Alam Indonesia; Pencinta Kuliner Nusantara; Pencinta Sepak Bola Dalam dan Luar Negeri; Pencinta #FDA Pastinya =D

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Catatan Magang: Harusnya Kita Saling Menghargai

18 Februari 2014   01:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:44 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Magang menjadi salah satu persyaratan beberapa lembaga pendidikan untuk para anak didiknya. Biasanya peserta magang adalah peserta didik yang telah memasuki jenjang akhir pendidikannya. Jika di SMA kita sering mendengar istilah Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau sejenisnya yang memang masih memiliki kesamaan. Begitu pula pada jenjang universitas, beberapa diantaranya masih ada mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan magang. Bisa pula pada instansi yang ditunjuk langsung pihak sekolah maupun kampus, atau siswa dan mahasiswa yang mencari sendiri tempat magangnya.

Berangkat dari apa yang telah saya alami sebulan belakangan ini, ketika saya melaksanakan magang untuk memenuhi persyaratan pengajuan proposal. Iya, di kampus saya setiap mahasiswa yang memasuki semester 7 hingga 8 diwajibkan melaksanakan program magang ini. Beberapa teman ada yang mendapatkan tempat di Kementerian, namun yang lainnya ada juga yang bertempat di Organisasi non Pemerintahan atau yang masih berkaitan dengan studi yang diambil.

Saya sendiri mendapat kesempatan untuk melaksanakan magang di salah satu kantor berita online, yang kemudian di tempatkan di lapangan. Dari kantor saya diminta menghubungi biro yang ada di sana untuk kemudian berkoordinasi mengenai tugas dan kewajiban yang harus saya kerjakan. Namun, ketika saya sudah bersiap menjalani pengalaman baru sebagai wartawan (magang) ternyata saya kesulitan menghubungi redaktur yang berada di lapangan. Hingga beberapa hari setelahnya saya baru bisa bertemu dengan seseorang yang juga dari kantor berita yang sama. Belakangan yang saya ketahui ia hanya seorang jurnalis freelance yang memang di tempatkan di sana.

Tentunya si wartawan freelance ini tidak banyak membantu karena jarang juga dirinya berada di lokasi. Sedangkan redaktur lapangan yang harusnya bisa mnjadi pembimbing saya justru sangat sulit dihubungi. Bahkan saya sendiri tak pernah bertemu dirinya secara lansung di lapangan, namun dia masih bisa mengirim berita tentang apa yang terjadi di lapangan. Beberapa kali saya coba mengirim pesan, namun tak satu pun yang dibalas. Begitu pula ketika saya mencoba meneleponnya, yang ada hanya berkali-kali panggilan tak terjawab. Hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan saja pekerjaan saya sebagaimana mestinya.

Hingga hari terakhir magang, ketika saya hendak meminta penilaian yang tentunya saya butuhkan untuk persyaratan kampus. Pembimbing lapangan ini tak juga mau bekerja sama, entah apa alasannya tapi belakangan yang saya ketahui dia terlalu sibuk. Tapi apakah pekerjaan wartawan sesibuk itu? Bahkan hanya untuk sekedar mengangkat telepon dan membalas pesan singakat pun tak sempat. Terlebih lagi pihak kantor yang seakan tak mau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan hanya menyalahkan saya yang dibilang tak mampu berkoordinasi dengan baik secara tim.

Iya, mungkin inilah yang harus dialami oleh mahasiswa magang seperti saya. Bahkan saya pernah mendengar bahwa seorang teman hanya disuruh melakukan pekerjaan yang tentunya sangat tak sesuai dengan bidangnya. Hal ini tentu sangat merugikan karena secara keilmuan yang kita pelajari di kampus jadi tak bermanfaat. Alih-alih mendapatkan pengalaman dengan menyalurkan ilmu yang telah dipelajari di kelas ke praktek lapangan. Namun yang didapat adalah hal yang tentunya sangat jauh dari apa yang diharapkan.

Tapi dari hal ini saya belajar. Belajar bagaimana kita seharusnya bisa lebih menghargai orang lain, walaupun orang itu berada di bawah kita. Saya juga belajar bagaimana seharusnya kita menjalani pekerjaan. Tentunya ketika kita bekerja dengan sepenuh hati tentu hasil yang didapatkan juga akan lebih baik. Untuk itu ada baiknya sebelum kita memasuki dunia kerja, tentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan. Apalagi jika ilmu yang kita dapatkan selama masa pendidikan bisa berguna tentunya akan jadi nilai tambah yang baik. Mungkin memang inilah yang seharusnya saya pelajari dari pengalaman yang saya dapatkan.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun