Mohon tunggu...
Ara
Ara Mohon Tunggu... Buruh - Pengembara

Belajar menulis :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kopi Pahit dan Kenikmatan

26 Agustus 2017   08:32 Diperbarui: 26 Agustus 2017   08:43 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ketika takdir sudah menyapa kita, maka tak bisa kita mengelak darinya. Kebaikan ataupun kepahitan yang akan di berikan takdir, kita harus menerimanya dalam keadaan apapun. takdir itu semacam surga dan neraka yang memberikan rasa pada para penerimanya. Takdir baik yang pasti kita inginkan agar selalu bersama, namun kadang juga takdir buruk akan bersinggah di hidup kita. Surga dunia ketika mendapatkan takdir baik tapi, neraka bila menerima takdir buruk biasa mereka sebut. Kehidupan di dunia bagaikan permainan rubik yang jika kita kreatif untuk menyusunnya dengan baik maka rubik itu akan berwarna sempurna. Itulah kehidupan yang ingin berwana sempurna dalam balutan takdir.

Ketika kita mendapatkan takdir yang monokrom buruk untuk kita, pasti kita tidak akan menerimanya karena bukan itu yang sejatinya sempurna untuk hidup. Tapi kita bisa mengubah suatu takdir yang pahit agar terasa nikmat saat kita menjalaninya. Seperti penyuka kopi pahit, ia akan menikmati kopi tersebut meskipun orang lain menganggap kopi itu tak ada nikmatnya. Sama dengan hidup kita yang seharusnya kita nikmati dengan menutup telingga dan mata agar terasa nikmat. Mendengarkan dan melihat orang lain yang lebih sempurna hidupnya akan menambah kesedihan saja. Kita seharusnya lebih suka dengan kepahitan yang nikmat daripada kenikmatan yang pahit.

Ketika diperjalanan ada seorang wanita yang membuat hati dan pikiran menjadi lebih positif. Wanita itu adalah seorang pemulung yang membawa satu karung besar di punggungnya. Dengan semangat yang ia pancarkan di senyumannya pada setiap orang yang melihatnya. Mungkin orang lain yang melihatnya mengganggap bahwa wanita itu hanya seorang pemulung tua yang mencoba menerima takdir. Tapi bukan seperti itu yang sebenarnya, ia tersenyum kepada orang lain memang karena ia menikmati takdir kehidupan yang diberikan Tuhan olehnya. Ia bersyukur dan masih bisa berkerja yang halal meskipun menurut pandangan orang lain pekerjaannya sangat rendah penuh kekotoran dan menjijikkan. Kesabarannya akan takdir mampu mengantarkannya pad kenikmatan hidup.

Bingkai kehidupan yang wanita itu ajarkan secara tersirat mampu membuat kita tersadar untuk selalu bersyukur dan bersabar dalam menerima balutan takdir yang akan menghampiri kita. Lepaskan egoisme dan gengsi kita pada orang lain agar kehidupan kita selalu berwarna tanpa meninggalkan bekas hitam yang pudar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun