Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Makhluk Tuhan (Bagian 11)

19 Juli 2019   14:48 Diperbarui: 19 Juli 2019   15:28 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seandainya kita ditakdirkan mundur tiga ribu tahun
kebelakang, kemudian kita menghadap raja Fir'aun
dengan membawa sebuah Radio Pemancar Komunikasi,
kira-kira bagaimana respon raja Fir'aun dan rakyatnya?. 

Tentu mereka tercengang keheranan dan berkata,
"Sihir, tak masuk diakal, di luar hukum alam!".
Sebaliknya kita tak menganggap Radio tadi seperti
anggapan raja Fi'aun dan rakyatnya. 

Bukan sihir, bukan sesuatu yang tak masuk diakal, atau
diluar hukum alam. Apa yang terjadi pada radio
pemancar tersebut, adalah masuk akal menurut ilmu
Elektronika.

Lebih ajaib lagi jika kita menghadap raja Babilon
dengan membawa sebah pesawat Televisi yang dapat
menangkap siaran dari roma. Dan raja Asyur akan
bertepuk tangan kegirangan sekiranya kita putarkan
sebuah lagu dari tape recorder terbuat dari plastik.

Kita tidak pernah jauh dari akal maupun kewajaran.
Apapun yang terjadi itu bukan sulap-sulapan. Itu
disebabkan oleh keasingan hukum-hukum itu dari
mereka, sebagaiman kita heran terhadap tongkat
Nabi Musa yang dapat membelah lautan dan bisa
menjadi seekor ular.

Dan terhadap Nabi Isa yang dapat menghidupkan
kembali mayat-mayat. Serta terhadap Nabi Ibrahim
yang tak mati atau hangus karena api. Anda anggap
semua tadi sebagai sulap-sulapan dan tak masuk
diakal, atau dogma-dogma belaka. Padahal semuanya
berlaku menurut hukum-hukum atau ketentuan-
ketentuan Tuhan yang mengungguli seluruh hukum
yang kita kenal yang semuanya merupakan berbagai
hukum.

Cuma akal kita tak dapat menjangkaunya. Dan Tuhan
tak kan melanggar hukum alam dengan mukjizat-
mukjizat itu, tetapi Dia ingin menunjukkan kepada
kita akan adanya hukum-hukum yang lebih tinggi
dan super serta akal yang lebih tangkas dan cerdas.

*sumber : Dialog Muslim Dan Etheis, oleh : DR. Mustafa Mahmud.

Singosari, 19 Juli

@J.Barathan  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun