Mohon tunggu...
Hesti Noelle
Hesti Noelle Mohon Tunggu... -

I am an easy going and abroad minded person...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku Rindu Dipanggil Ibu, Aku Kangen Dipanggil Bunda

21 Juni 2012   08:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:42 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang aku berpikir,kehidupan ini lucu,aneh,menyenangkan,menyedihkan dan menantang. Tapi memang,hidup adalah pilihan,apakah kita akan meramunya dengan hal yang indah dan menyajikannya dengan kebahagiaan atau akan kita buat menjadi sesuatu yg tidak menyenangkan dan menyesalinya.

Aku selalu membuat hidupku penuh warna dan bahagia. Kata orang,bahagia itu relatif,tapi menurutku,bahagia adalah mutlak.

Terlahir dari keluarga yang sempurna,7 orang bersaudara,2 diantaranya wanita (aku dan teteh),kami saling mengasihi dan menyayangi,membuatku selalu berlimpah dengan cinta dan kasih sayang,sehingga kadang-kadang aku merasa cinta dan kasih sayang di dalam hidupku sangat cukup dan sempurna. Menurut orang lain,aku tidak begitu jelek,meskipun item dengan hidung kecil sebagai pemanis,aku selalu tampil menjadi seseorang yg (terlalu) periang malah. Kekuatanku cuma satu,keluargaku dengan cinta dan kasih sayangnya.

Ketika suatu hari, aku mengenal seseorang,katakanlah,dia mencintaiku,aku selalu mengukur dan membandingkannya dengan cinta yang aku terima dari keluarga. Sehingga,aku selalu merasa bahwa cinta dan kasih sayangnya kurang.

Hal itu berlangsung sampai ke pacarku yang kesekian. Selalu saja aku ragu dan merasa kurang. Betapa hebatnya cinta di keluarg yg kumiliki. Sampai akhirnya,adikku menikah. Di setiap moment-nya aku selalu merasa paling teraniaya dan ditinggalkan (huufft... she took all my love). Aku mulai merasa tidak diperhatikan dan ditinggalkan,meskipun kasih sayang dan cinta mereka tetap sama,hanya saja ada orang lain dihidupnya yang harus dibagi. Sampai saat itu,aku belum menyadari bahwa akupun harus berbagi kasih sayang dengan yang lain selain keluarga.

Dalam perjalan cintaku,aku selalu menolak pinangan pacarku untuk menikah. Pinangan pertama dari pacar pertama aku tolak dengan alasan baru lulus kuliah,aku ingin bekerja. Sehingga ketika dia hilang dari kehidupanku,aku masih merasa hanya sedikit cinta dan kasih sayang yg hilang,tak apalah.. masih ada keluarga..

Aku orang yang sangat hati-hati dalam berpacaran dan tidak sembarangan karena cinta bukan barang murahan (hmmm......... terlalu idealis saat itu). Sampai akhirnya,pinangan pacar kedua dan ketiga aku tolak juga dengan alasan aku lagi semangat bekerja. Sampai aku jauh dan terlalu jauh bekerja,aku mulai merasa bahagia bisa menyenangkan orang tua dan ponakan-ponakanku. I enjoyed my life so much at that moment...!!

Ketika ayah tercintaku meninggal,aku menjadi orang yang paling tersakiti, jiwaku hilang separuh. Orang tua yang selalu menjadi sumber kebahagiaanku tinggal seorang,mamah. Akhirnya,aku mencurahkan semua cinta,kasih sayang dan waktuku buat mamah,sama seperti saudaraku yg lain. Tapi kadarnya lebih banyak karena memang aku belum menikah.

Kakakku satu-satunya yang selalu kujadikan sandaran ketika aku membutuhkan bantuan,akhirnya memutuskan untuk menikah karena sudah mapan dan menemukan jodoh idamannya. Aku mulai gelisah,aku resah ("galau" untuk ABG sekarang). Sekali lagi,cinta dan kasih sayangku terkurangi... Mungkin ini juga yang dikatakan mantanku bahwa suatu saat aku akan kehilangan mereka setelah mereka menikah dan mempunyai kehidupan sendiri. Apalgi kalau mamah pun meninggalkan aku apabila suda saatnya. I didn't believe what he said because I still have my beloved mother. Itu yang selalu menjadi kekuatanku.

Sampai suatu saat,ibuku tercintapun harus pergi dan meninggalkan aku menjadi seorang yatim piatu,sendiri dan belum bersuami. Hilanglah jiwaku seutuhnya. Aku berteriak,protes,harus dengan siapa aku berbagi,siapa yg akan menyayangi aku,kepada siapa aku harus mengadu (tentunya selain kepada Allah). Kegelisahanku mulai terasa,setelah setiap pertemuan keluarga,banyak suara2 yang mulai mempertanyakanku,kapan menikah? Sekarang siapa calonnya? Cepet2 biar ada yang mengurus.

Aku adalah wanita mandiri,terlalu mandiri malah,dari kuliah sampai bekerjapun aku kos sendiri,mengurus sendiri,sampai ada kesenangan tersendiri dengan kesendirianku,sampai2 aku bikin club sendiri,jojoba (jomblo-jomblo bahagia). Ironis ya? Jomblo kok bangga... Sampai akhirnya teman2 kantorku menikah,aku masih sendiri (banyak kumbang yang datang, tapi aku takut,apalgi sekarang lagi musim Tomcat,heeuuuu...),mereka berbagi kisah tentang anak2nya yg mulai  beranjak dewasa,suaminya,kadang2 mereka suka berbagi kisah yang...uuuuuuuuuuugh "off the record"... Katanya biar aku panas dan mikir untuk menikah..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun