Mohon tunggu...
Nurcholis ART
Nurcholis ART Mohon Tunggu... -

Penikmat Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Radio Komunitas dan Upaya Membangun Kesadaran Akan Bencana

6 Juli 2017   05:16 Diperbarui: 6 Juli 2017   05:20 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberadaan informasi menjadi suatu hal yang amat penting dalam proses penanggulangan bencana. Baik saat pra-bencana, saat bencana terjadi, atau pun pasca-bencana. Pada situasi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh bencana, kebutuhan masyarakat terhadap berita-berita meningkat dengan tajam.

Dalam sebuah penelitiannya, Jurnalisme Bencana di Indonesia, Setelah Sepuluh Tahun, Muzayin menjelaskan bahwa, "Ketika sebuah bencana terjadi, masyarakat selalu ingin tahu tentang berbagai hal mengenai bencana tersebut. Misalnya tentang penyebab, korban,kerugian, dampaknya secara luas, penanggulangan, dan lainnya." Hal itu menggerakkan media massa untuk melakukan peliputan bencana secara intensif.

I Gusti Ngurah Putra dalam Media dan Agenda-Agenda Pemberdayaan Pasca Bencana juga mengungkapkan bahwa peran media sebagai pendistribusi informasi menjadi penting karena bencana biasanya menciptakan situasi yang tidak pasti dan hal itu membuat rasa ingin tahu masyarakat terhadap bencana menjadi besar.

Namun,kebutuhan masyarakat akan informasi tersebut kerap kali tidak mendapat "umpan balik" yang sesuai dari media itu sendiri. Media kerap kali masih menunjukkan euforia saat berhadapan dengan bencana,khususnya bencana alam.  Pada kasus bencana alam, media mendadak beralih fungsi dengan berlomba-lomba menjadi agen sosial yang bertugas mengumpulkan dana sumbangan.

Tidak hanya itu, media kerap kali "terserang" gejala dramatisasi yang membuatnya hanya berkutat pada penggambaran bencana secara dramatis dan traumatis, berisi isak tangis, ekspresi sedih, ataupun nestapa korban dengan dalih menumbuhkan solidaritas. Dan celakanya,dramatisasi tersebut ternyata merupakan gejala global dalam dunia jurnalistik. (Muzayin Nazaruddin, Jurnalisme bencana di Indonesia,Setelah Sepuluh Tahun).

Padahal saya melihat media memiliki tugas dan fungsi yang sangat strategis.Pertama, untuk meluruskan informasi-informasi yang beredar. Kedua, untuk meredakan trauma yang dialami korban bencana. Ketiga, untuk memberikan edukasi perihal kebencanaan.

Iwanuddin memberikan contoh konkret gejala dramatisasi tersebut pada kasus erupsi gunung Merapi tahun 2006. Saat itu, apa yang dipraktikkan media justru malah cenderung meresahkan masyarakat. Misalnya pengambilan gambar-gambar jarak dekat erupsi yang mengerikan di layar kaca melebihi citra sesungguhnya tentang Merapi di lokasi kejadian. 

Hal itu membuat masyarakat di sekitar gunung Merapi yang semula tenang justru terprovokasi oleh informasi masyarakat di daerah lain yang panik menyaksikan tayangan televisi dan mengatakan betapa bahayanya Merapi sebagaimana citra yang mereka tangkap di layar kaca (Yusuf,Polysemia, Edisi 3, Juli 2006).

Konsentrasi kepemilikan radio di Indonesia
Konsentrasi kepemilikan radio di Indonesia
Tingkah laku media tersebut terjadi karena faktor ekonomi dalam indsutri media itu sendiri. Faktor tersebut bermain begitu kuat demi menopang rating acara demi memuaskan hasrat bisnis pengiklan dan pengelola media. Dan konsentrasi kepemilikan media yang begitu mengkhawatirkan saat ini, membuat masyarakat tidak dapat menikmati keberagaman informasi yang mereka terima. Tidak hanya itu, bahkan kepentingan politik dan pencitraan diri lembaga menodai semangat profesionalisme jurnalisme.

Dalam ironi tersebut, agaknya sulit untuk berharap pada sebagian besar media untuk memberikan edukasi ataupun agenda penyadaran terhadap masyarakat rentan bencana. Keraguan ini menjadi logis karena penyadaran tidak mungkin dilakukan jika masyarakat selalu diposisikan sebagai objek atau malah mesin pendulang rating semata. Dalam proses penyadaran---terkait apapun itu---yang perlu ditekankan adalah adanya keterlibatan masyarakat itu sendiri.

Radio Komunitas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun