Mohon tunggu...
Nita Au Batuwael
Nita Au Batuwael Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fisip Uajy

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Cetak di Indonesia: Kritis atau Eksis?

4 Mei 2012   06:29 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 7368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media cetak merupakan media yang berpengaruh besar dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.Pasca Indonesia merdeka,media cetak adalah sarana yang paling utama bagi masyarakat dalam mengemukakan pendapat. Sehingga pada akhirnya akibat dari kesadaran pihak pemerintah mengenai dampak dari media cetak itu sendiri terhadap opini publik, maka dalam eksistensinya untuk menyampaikan informasi, media cetak tersebut harus memiliki Surat Ijin Terbit.

Media cetak merupakan media massa tertua diantara media massa lain. Ide pembuatan media massa cetak tersebut telah berkembang semenjak zaman Romawi kuno. Walau demikian, kini eksistensi media cetak khususnya di Indonesia kini dipertanyakan. Akankah media massa cetak dapat bertahan di tengah arus perkembangan tekhnologi yang semakin canggih ini?

Melihat persaingan pasarnya, media cetak sebenarnya sedikit “kalah saing” dengan media massa lainnya seperti media Televisi maupun online. Kecanggihan tekhnologi keduanya mampu mempengaruhi masyarakat sehingga menjadi beralih mengkonsumsi media massa ini di bandingkan dengan media cetak demi mendapatkan berita atau informasi yang cenderung cepat saji. Lambat laun jika terus seperti ini, media cetak bisa teancam mati. Sebenarnya sekarang ini media cetak sendiri sudah berada dalam ranah yang tidak menentu seperti “mati segan, hidup pun tak mau”.

Namun demikian,bukan berarti bahwa hanya perkembangan teknologi saja yang menjadi harga mati atau ancaman terhadapperkembangan media cetak. Ada banyak hal yang sebenarnya juga turut menjadi penyebab berkembang atau tidaknya sebuah media cetak seperti, minat baca masyarakat yang minim, kurangnya pemasokan iklan, kepentingan para kapitalis dan para politisi, regulasi, sumber daya manusia, pajak kertas yang tinggi, persaingan diantara media cetak sendiri, idealis para kuli tinta dengan pemilik perusahaan, dan lain-lain.

Konglomerasi media sebagai usaha mempertahankan eksistensi

Pertanyaan yang sekarang perlu dipikirkan oleh media cetak adalah bagaimana cara bertahan hidup di tengah-tengah persaingan bisnis media ini? Untuk bias terus eksis dalam dunia informasi, media cetak mau tidak mau mereka harus ikut bergabung dalam industri media massa lainnya (Konglomerasi Media), karena tidak bisa dipungkiri jika alasan sebuah media untuk terus eksis bukan hanya untuk memberi informasi kepada masyarakat namun juga untuk mendapatkan profit.

Koran Merapi (konglomerasi KR) misalnya, merupakan koran yang sengaja di hadirkan oleh pihak KR untuk bersaing “melawan” koran Meteor yang menurut informasi (oleh pihak pemasaran Merapi), lebih fokus terhadap berita kriminal dan ekonomi di banding KR. Sehingga tadinya KR seolah kalah saing dengan Meteor karena masyarakat lebih menyukai berita-berita kriminal yang di sajikan dalam koran Meteor di bandingkan berita yang bersifat lebih umum.

Ada banyak cara yang dapat yang dapat dilakukan para pemilik modal dalam mencapai tujuan mereka, diantaranya dengan pemusatan pememilikan perusahaan pers. Di Indonesia sendiri pemusatan dari kepemilikan usaha mulai menjadi perhatian medio 1980-an (Yasuo Hanazak, 1998;88). Implikasinya bahwa sekarang hal tersebut ternyata meluas hampir rata di seluruh media massa indonesia, media cetak juga tak kalah bersaing dengan hal tersebut. Para kapitalis mencoba memasuki daerah-daerah baik di dalam atau di luar tempat ia beredar dengan menerbikan media cetak baru. Kompas misalnya, belakangan ini telah menerbitkan beberapa koran daerah seperti Koran Kompas Yogya, Kompas Medan dan lain-lain.

Alasan yang tepat yang diambil mereka berjiwa kapitalis dalam penyebaran berita ke daerah-daerah sendiri ialah adanya faktor kedekatan dengan masyarakat. Dimana informasi akan disebarkan adalah informasi yang berkaitan dengan daerah tersebut. Hal tersebut sangat benar, namun ketika dikaji lebih mendalam tujuan dari para pemilik modal tidak lain adalah untuk memperoleh keuntungan. Sehingga terkadang dalam pemberitaan informasi banyak yang kurang mendidik.

Media cetak saat ini lebih menyediakan porsi yang besar kepada iklan yang menjadi pemasukan finansial bagi mereka, secara tidak langsung ini menurunkan performa kuantitas dan kualitas berita yang menjadi komoditi utama sebuah media cetak. ( dikutip dari http://media.kompasiana.com/new-media/2009/12/30/tantangan-dan-peluang-media-cetak-di-2010/) selain itu dalam memberikan informasi, media cetak tidak beda dengan media televisi yang kini menjual apa saja, yang penting masyarakat suka.

Tantangan dan Peluang Media Cetak

Tantangan akan datang ketika di dalamnya terdapat kompetitor yang menciptakan persaingan. Ini terjadi pada media cetak yang saat ini mengganggap media online sebagai batu sandungan mereka. Tantangan terbesar bagi media cetak adalah bukan melawan media online itu sendiri namun menyelaraskan dirinya dengan perkembangan media online yang masif dan “digandrungi” masyarakat dalam memperoleh informasi. Menjadi tantangan tersendiri bagi media cetak ketika harus membuat inovasi dan terobosan baru dengan cara menyelaraskan dengan teknologi internet yang menjadi keunggulan media online.

Kita dapat mengambil contoh media cetak Kompas yang memanfaatkan keunggulan komparatif namun fleksibel, yaitu menyediakan fasilitas QR Code yang memungkinkan pembaca mengakses data digital artikel yang dimaksud. Ramuan cetak dan digital ini cukup menjawab habit multiplatform komunitas pembacanya. (InfoKita, Nov/09).

Namun demikian,walaupun media cetak saat ini tengah bersaing dengan media online, peluang mengenai nasib media cetak kedepannya masih ada dan terbuka lebar. Mengingat media cetak merupakan pioneer bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan berita.

Ada pula faktor lain yang menjadikan peluang media cetak untuk tetap eksis dan menjadi mainstream informasi dan berita, yaitu seperti ilustrasi shutterstockbahwa membaca media cetak seperti koran dan majalah sudah menjadi kebudayaan dan kebiasaan masyarakat sejak dulu. Salah satunya sebagai teman dalam ritual meminum teh atau kopi di pagi hari. Ini menunjukkan bahwa masyarakat membaca media cetak bukan hanya untuk mendapatkan informasi dan berita tapi sudah menjadi suatu kebiasaan rutin.

Walaupun telat sehari  dalam pemberitaan, keakuratan content informasi dan berita media cetak dinilai lebih unggul dibanding dengan media online. Hal ini disebabkan media cetak lebih matang dalam menyajikan sebuah informasi dan berita karena waktu untuk mengolah dan mendapatkan keakuratan sebuah informasi dan berita  lebih banyak. Beda halnya dengan media online yang terkadang hanya mengejar waktu tayang tanpa memedulikan kualitas informasi dan berita yang disajikan. Sehingga masyarakat yang ingin mendapatkan atau mengkonsumsi informasi dan berita yang berkualitas dan akurat akan tetap mengandalkan media cetak sebagai sumber utama.

Terkait dengan tantangan media cetak untuk lebih menyelaraskan dengan teknologi internet seperti yang dilakukan KOMPAS dengan QR Code-nya, media cetak akan mendapatkan porsi yang sama dengan porsinya saat ini sebagai sumber ionformasi dan berita. Tentunya dengan inovasi dan terobosan baru.

Namun, Jika sebuah media cetak tetap mempertahankan sifat konvensional seperti yang masih terjadi pada beberapa media cetak di Indonesia, maka tak mustahil jika media online akan menjadi alternatif masyarakat untuk mendapatkan sebuah berita dan informasi.

Wakil Presiden (Wapres) Boediono, mengingatkan tantangan media, khususnya media cetak,di Indonesia makin banyak. Varian media pun makin beragam, sehingga informasi yang disajikan sangat banyak.

Tantangan ini tak lepas dari situasi politik di Indonesia yang masih menjalani proses transisi berdemokrasi. Untuk menjawab tantangan itu, Wapres menyarankan agar semua insan pers bekerja lebih keras dalam mengolah informasi. ''Ke depan masih banyak tantangannya. Tantangan di bidang media ini yang harus dijawab dengan kerja keras,'' kata Boediono dalam sambutan pertemuan tahunan ke-12 konferensi koran yang digelar World Association of Newspaper and News Publishers (WAN-IFRA) --asosiasi koran dunia, Selasa (10/4) di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali.

Pertemuan tahunan bertajuk Publish Asia 2012 Shaping the Future of News Publising ini dihadiri sekitar 600 delegasi dari 120 negara anggota WANIFRA. Boediono merespon positif WANIFRA kali ke-12 yang digelar di Indonesia, khususnya Bali.  Hal itu dinilai sebagai wujud pengakuan panitia serta delegasi lain atas pertumbuhan media dan demokrasi di Indonesia.

Kebersamaan media dan demokrasi itu dinilai ikut mewarnai pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Sehingga, lambat laun, bisnis media dalam beberapa tahun terakhir telah memberi peluang pekerjaan bagi pencari kerja. Dia mencontohkan satu grup media bisa memiliki beragam varian media. Wapres juga mendorong agar media cetak terus melakukan inovasi agar tak ditinggalkan pembaca. Tantangan terkini media cetak adalah media sosial seperti Facebook, Twitter maupun Online.

Inovasi yang harus media cetak lakukan agar dapat terus eksis dan bukan malah semakin kritis adalah dalam hal layout yang dibuat menarik perhatian pembaca (dengan colourfull), porsi informasi dibuat lebih lengkap, konten berita lebih fenomenal-faktual-menarik, serta media cetak tersebut haruslah memiliki manajemen yang cerdas dalam mengatur distribusi, iklan, produksi, dsb. Sehingga semakin tinggi profit (banyaknya pembaca) juga semakin berkualitas tingkat produktivitas medie cetaknya.

Daftar Pustaka

Hanazaki, Yasuo.1998. Pers Terjebak: Institut studi arus informasi.

http://media.kompasiana.com/new-media/2009/12/30/tantangan-dan-peluang-media-cetak-di-2010/)

http://www.radarjogja.co.id/component/content/article/10-opini/14259-ketika-media-berubah-jadi-kekuasaan.html

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/11/m2arl9-wapres-tantangan-media-makin-banyak

http://media.kompasiana.com/new-media/2009/12/30/tantangan-dan-peluang-media-cetak-di-2010/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun