Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Elpiji di Indonesia: Bukan Hanya Tentang Subsidi dan Harga (Bagian 2)

21 September 2014   00:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:06 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360382" align="aligncenter" width="794" caption="Agen Elpiji Pertamina (www.suppliergaslpgjakarta.blogspot.com)"][/caption]

Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya tentang fungsi Elpiji di Indonesia sebagai sumber energi.Elpiji juga dapat berfungsi sebagai media edukasi dan investasi dari Pertamina bagi masyarakat umum.Bagi yang pernah merasakan penggunaan kompor MITAN (minyak tanah), pasti mengetahui kerepotan, mulai dari saat membeli hingga penggunaannya.Selain tidak atau kurang praktis, penggunaan MITAN juga cenderung membuat atap dapur berwarna hitam karena asap kompor MITAN.Hal tersebut tidak akan dijumpai pada dapur yang menggunakan Elpiji.

Tak heran, konversi MITAN ke Elpiji di Indonesia pada tahun 2007 lalu membuat nama Indonesia – dalam hal ini diwakili oleh Pertamina (Persero) – harum dalam Forum LPG Internasional ke-24 di Doha, Qatar, di tahun 2011. Menurut Djaelani Sutomo, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) dalam majalah Warta Pertamina No. 11/Tahun XLVI/November 2011, para penggiat LPG internasional tertarik untuk mengetahui mekanisme yang sukses dilakukan Pertamina dalam mengurangi secara signifikan ketergantungan masyarakat terhadap MITAN dan lalu beralih ke Elpiji.Karen Agustiawan, selaku CEO Pertamina saat itu, menjadi keynote speaker dalam konferensi LPG dunia tersebut dan menyampaikan makalah tentang “The Golden Ages of Gas” bersama John Corben dari International Energy Agency.

Bukti prestasi Pertamina dalam menangani konversi MITAN ke LPG di Indonesia dan juga telah mendapatkan pengakuan global tersebut seharusnya menjadi motivasi bagi Pertamina untuk terus meningkatkan kualitas Elpiji yang dihasilkan.Jika kualitas Elpiji 12 kg yang tidak disubsidi pemerintah memang meyakinkan (baik aspek tampilan, keamanan tabung, dan isinya), Pertamina bisa percaya diri untuk menaikkan harga tanpa harus khawatir akan menerima kritik dan kecaman yang bertubi-tubi, terutama dari masyarakat pengguna Elpiji.Bukankah sudah menjadi rahasia umum dalam bisnisada harga, ada rupa?”


Unit bisnis Pertamina yang menangani produk-produk LPG yaitu Unit Domestic Gas sendiri telah mencanangkan Good Corporate Governance yang dituangkan dalam penyataan visi, misi, dan, tata nilai korporat atau 6C.Visinya yaitu “Menjadi Pemasar LPG dan Produk Turunannya Kelas Dunia” dengan tiga misi untuk mewujudkan visi tersebut.Sedangkan 6C Tata Nilai Korporat Unit Domestic Gas Pertamina terdiri atas (1) Clean atau Bersih, (2) Competitive atau Kompetitif, (3) Confident atau Percaya Diri, (4) Customer Focused atau Fokus pada Pelanggan, (5) Commercial atau Komersial, dan (6) Capable atau Berkemampuan.

Sosialisasi visi, misi, dan tata kelola Pertamina dalam bidang gas domestik ke masyarakat secara berkesinambungan akan mengurangi kesalahpahaman yang sangat mungkin terjadi setiap kali harga Elpiji 12 kg dinaikkan.Toh, masyarakat kini sudah semakin cerdas dan selektif dengan setiap informasi yang diterima sehingga Pertamina tidak perlu lagi merasa dilematis tiap kali harus mengeluarkan kebijakan harga Elpiji 12 kg yang terbaru.Kemungkinan terjadinya migrasi dari Elpiji 12 kg ke 3 kg pasti ada dan sangat besar peluangnya.Namun, pihak Pertamina sendiri – menurut Wakil Presiden Elpiji dan Produk Gas Pertamina, Gigih Wahyu Hari Irianto - sudah mendapati fakta di lapangan bahwa pada migrasi Elpiji 12 kg ke 3 kg terjadi hanya sebulan pasca kenaikan di bulan Januari 2014.Untuk kenaikan Elpiji nonsubsidi 12 kg pada September 2014 ini,Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya memperkirakan potensi migrasi hanya sekitar dua persen atau 18 ribu ton.

Maka dari itu, polemik yang menyangkut masalah kenaikan Elpiji nonsubsidi 12 kg kiranya harus segera diakhiri dengan mencari win-win solution untuk semua pihak, baik dari Pertamina, pemerintah, dan terutama masyarakat umum.Pemberian subsidi memang sudah selayaknya diberikan kepada pihak yang pantas menerimanya yaitu kalangan masyarakat bawah dan menengah ke bawah.Sedangkan bagi yang orang-orang yang mampu berbelanja ke mall sebaiknya harus sadar diri bahwa elpiji nonsubsidi 12 kg memang produk yang layak untuk dikonsumsi secara kuantitatif atau kemampuan kantong mereka maupun kualitas produk Elpiji 12 kg itu sendiri.

[caption id="attachment_360383" align="aligncenter" width="525" caption="Sertifikat ISO 9001 untuk Elpiji Pertamina (http://gasdom.pertamina.com/profil_komitmen_kualitas.aspx)"]

14112102721706998748
14112102721706998748
[/caption]


Menarik untuk diketahui bahwa pada akhir Agustus 2014, sertifikat standar internasional Sistem Manajemen Kualitas, ISO 9001 : 2000 yang diperoleh Unit Domestic Gas PT Pertamina sudah selesai masa berlakunya.Sertifikat ISO tersebut sebagai bukti komitmen kualitas produk dan layanan terbaik dari Pertamina untuk produk Elpiji dan berlaku mulai tahun 2008, lalu diperbaharui lagi pada tahun 2011, dan berakhir pada tahun 2014.

Tentu saja, masyarakat pengguna Elpiji nonsubsidi 12 kg menantikan secepatnya sertifikat ISO terbaru untuk produk Elpiji dari Pertamina sehingga kenaikan harga yang harus ditanggung konsumen tidak lagi dirasakan sebagai beban, melainkan kewajaran karena sesuai dengan kualitas Elpiji yang dibeli.Simbiosis mutualisme antara Pertamina dan masyarakat pengguna Elpiji kelak tidak hanya akan menghasilkan masyarakat yang cerdas akan hak dan kewajibannya sebagai konsumen, namun juga kemajuan industri Elpiji di Indonesia dalam jangka panjang.

Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun