Mohon tunggu...
Ninawati Coke
Ninawati Coke Mohon Tunggu... Guru Matematika -

Saya sedang belajar untuk menjadi seorang penulis. Tidak pernah bosan mengutak-atik rumus matematika yang menurut kebanyakan orang sulit ...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Mengapa Harus Aku ?(2) Ada Apa dengan Mama ?

4 Oktober 2012   08:00 Diperbarui: 4 April 2017   17:32 22805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kondisi kesehatan mama semakin hari semakin menurun dan berat badan mama pun semakin menurun. Mama sering sekali mengeluh sakit kepala dan nyeri pada persendian. Awalnya aku berpikir kalau itu hal yang wajar mengingat usia mama yang semakin bertambah. Namun ada sedikit hal yang janggal yang terjadi pada mama. Dengan tiba-tiba sering muncul memar-memar pada kulit mama tanpa ada benturan sedikit pun dan yang paling parah lagi mama sering sekali muntah-muntah.

“Ma... mending mama periksa deh ke dokterKinang takut ada apa-apa sama mama.” Ujar ku.

“Mama gak apa-apa Kinang, mungkin mama terlalu capek saja. istirahat sebentar juga pasti sembuh lagi.” Ujar mama.

“Tapi ma lihat deh badan mama makin kecil Kinang takut mama kenapa-kenapa, kita ke dokter ya ma...” bujuk ku.

“Mama gak kenapa-kenapa kamu jangan khawatir berlebihab gitu dong.”

“Bukannya berlebihan ma, tapi....”

“Sudahlah mending sekarang kamu berangkat sana nanti kesiangan lagi.”

“Ya sudah ma Kinang berangkat dulu.” Aku berpamitan pada mama.

Sebenarnya aku takut sekali dengan kesehatan mama. Aku takut mama terkena penyakit yang parah. Membujuk mama untuk pergi ke dokter itu sulit sekali. Kalau mama merasa sakitnya parah baru dia mau pergi ke dokter. Mudah-mudahan mama baik-baik saja dan gak terjadi apa-apa sama mama. Aku sangat takut sekali kehilangan mama. Ketika aku sedang berada di kampus tiba-tiba hand phone ku berbunyi, ada telepon dari rumah.

“Halo...” ujar ku.

“Halo mbak Kinang...”

“Iya ada apa bi ?”

“Begini mbak Kinang itu....”

“Itu apa bi ?” tanya ku.

“Itu... anu... ibu....” kata bibi seperti kebingungan.

“Mama kenapa ?”

“Ibu tiba-tiba saja pingsan lagi mbak.” Ujar bibi.

“Apa pingsan lagi?” kata ku kaget.

“Iya mbak.”

“Ya sudah sekarang bawa saja mama ke rumah sakit nanti Kinang nyusul.”

“Baik mbak Kinang.”

Setelah mendapat kabar mama pingsan aku langsung menuju rumah sakit dan segera meng hubungi kak Kelana yang sekarang sedang berada di tempat kerjanya dan kebetulan jarak tempat kerja kak Kelana dengan rumah sakit dekat.

“Halo kak Kelana...” ujar ku.

“Iya Kinang ada apa ?” tanya kak Kelana.

“Mama kak...”

“Mama kenapa ?”

“Mama tiba-tiba pingsan lagi kak dan sekarang aku lagi menuju rumah sakit. Kak Kelana sekarang kesana ya Kinang takut mama kenapa-kenapa.” Jelas ku.

“Ok kakak sekarang kesana.” Ujar kak Kelana.

Setibanya di rumah sakit aku langsung menuju kamar tempat mama dirawat. Disana telah ada kak Kelana dan dokter yang merawat mama. Melihat keadaan mama aku tak kuasa menahan air mata.

“Kamu jangan nangis Kinang.” Ujar mama.

“Kinang takut mama kenapa-kenapa.”

“Mama akan baik-baik saja, kan sekarang mama sudah ditangani oleh dokter. Kamu jangan nangis sebentar lagi mama juga akan sembuh.” Ujar mama berusaha menenangkan ku.

“Kinang takut ma, jangan tinggalin Kinang sendiri ma.” Ujar ku yang terus menangis.

“Mama akan ada disini untuk kamu, sudah kamu jangan nangis terus Kinang.” Ujar mama sambil mengusap air mata ku.

Walaupun mama berusaha menenangkan ku tapi aku sangat takut kehilangan mama. Melihat keadaannya aku yakin sakit mama bukan sakit biasa. Mama sudah sering sekali pingsan tapi mama tetap tidak mau memeriksakannya ke dokter. Aku berharap mama akan sembuh kembali seperti semula. Saat mama sedang beristirahat dokter yang menangani mama memanggil aku dan kak Kelana untuk membicarakan penyakit yang sebenarnya menyerang mama.

“Sebenarnya apa yang terjadi sama mama saya dok ?” tanya ku.

“Sebelumnya saya ingin bertanya sudah berapa lama mama kalian tiba-tiba sering pingsan seperti ini ?” tanya dokter.

“Sudah hampir sebulan ini mama sering sekali tiba-tiba pingsan dok, selain itu mama juga sering muntah-muntah, terus suka secara tiba-tiba muncul memar-memar dan bintik-bintik merah di kulitnya. Mama juga sering mengeluh cepat sekali lelah padahal mama tidak melakukan kegiatan yang begitu berat. Mama juga sering mengeluh sakit pada persendiannya dan berat badan mama semakin hari semakin menurun.” Jelas kak Kelana.

“Berdasarkan keluhan yang mama kalian utarakan dan keterangan yang kalian berikan saya menduga bahwa mama kalian terkena penyakit leukimia.” Ujar dokter.

“Apa dok leukemia ?” tanya ku kaget.

“Saya belum bisa menentukannya dengan pasti apakah mama kalian itu mengidap penyakit leukimia atau tidak, untuk lebih memastikannya saya akan melakukan serangkaian tes terhadap mama kalian.” Jelas dokter.

“Sekarang keadaan mama bagaimana dok ?” tanya kak Kelana.

“Keadaan mama kalian sekarang mulai membaik. Untuk memantau keadaannya sebaiknya mama kalian di rawat di rumah sakit sekitar satu minggu setelah itu saya akan melakukan tes untuk memastikan dugaan saya itu.” Ujar dokter.

“Tapi dok apakah mama saya bisa disembuhkan ?” tanya ku dengan penuh rasa takut.

“Kita lihat saja nanti hasil tesnya, mudah-mudahan penyakitnya belum terlalu parah.” Jelas dokter.

“Terima kasih dok, tolong lakukan yang terbaik untuk mama saya.” Ujar kak Kelana.

Mendengar keterangan dokter aku sangat sedih dan takut sekali kehilangan mama. Tapi aku yakin apa yang telah terjadi semuanya sudah kehendak Tuhan, aku berusaha untuk menerima semuanya dengan ikhlas dan sabar. Tuhan pasti mempunyai rencana yang indah dibalik semua ujian yang datang dalam keluarga ku. Dan apapun yang akan terjadi nantinya aku harus siap menerimanya. Aku akan terus berusaha untuk memberikan semangat pada mama supaya bisa melawati semua ini dan aku berharap mama bisa bertahan dan mempunyai semangat untuk melawan penyakitnya. Aku akan selalu berdo’a untuk kesembuhan mama dan mudah-mudahan Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk mama dan keluarga ku.

Setelah mendengar keterangan dari dokter aku dan kak Kelana kembali ke ruangan tempat mama di rawat. Keadaan mama sekerang terlihat membaik dan semoga saja kondisi kesehatan mama terus membaik.

“Bagaimana Kinang ? apa yang dokter katakan ?” tanya mama pada ku.

“Keadaan mama sekarang membaik dan dokter menyarankan untuk satu minggu kedepan mama dirawat disini untuk memantau perkembangan kesehatan mama.” Jelasku.

“Sebenarnya penyakit mama apa ?” tanya mama.

“Begini ma, berdasarkan keluhan yang mama rasakan dan keterangan yang Kelana berikan dokter menduga kalau mama mengidap penyakit leukemia. Tapi semuanya belum pasti nantidokter akan melakukan serangkaian tes untuk memastikannya.” Jelas kak Kelana.

“Ma... mama harus kuat Kinang mohon mama harus bisa melawan penyakitnya mama harus semangat. Kinang mohon ma...” ujar ku.

“Mama akan berusaha sekuat mama untuk bertahan melawan sakit mama ini. Justru yang mama takutkan adalah kamu Kinang, mama takut kamu yang jadi banyak pikiran gara-gara sakit mama ini.” Ujar mama.

“Kinang takut ma...” ujar ku sambil menangis.

“Kinang kamu jangan takut seperti itu dong, mama pasti akan sembuh.” Ujar kak Kelana.

“Benar apa kata kakak kamu Kinang, kamu jangan nangis terus, apapun yang akan terjadi sama mama nantinya itu sudah jalan Tuhan.” Ujar mama.

“Tapi ma...”

“Sudahlah masa anak perempuan mama yang satu ini cengeng sih.”

“Kinang gak cengeng ma... pokoknya Kinang akan selalu ada untuk mama Kinang gak akan berhenti memberikan semangat untuk mama.” Ujar ku.

“Makasih sayang...” ujar mama.

Melihat semangat mama aku merasa yakin mama bisa melewati semuanya dan mama akan sembuh dari sakitnya. Aku berusaha untuk tidak menunjukan rasa sediah dan takut ku. Mama benar semuanya gak ada yang harus ditakutkan karena semuanya yang terjadi sudah kehendak Tuhan. Aku harus bisa menerima semuanya dan harus bisa menerima apapun yang akan terjadi nanti. Tuhan tidak akan salah dalam menentukan apa yang terbaik untuk umat-Nya. Sekarang yang bisa keluarga ku lakukan adalah terus berusaha mengobati sakitnya mama dan berdo’a semoga mama bisa sembuh kembali.

Ketika aku, mama, dan kak Kelana sedang berada di ruang rawat mama, papa datang dengan wajah yang sangat khawatir.

“Bagaimana keadaan mama ?” tanya papa.

“Keadaan mama sekarang membaik pa.” Ujar kak Kelana.

“Sebenarnya mama kalian sakit apa ?”

“Menurut dugaan dokter mama kena penyakit leukemia pa tapi semuanya belum pasti pa, nanti mama akan melakukan serangkaian tes untuk membuktikan dugaan dokter.” Jelas kak Kelana.

“Leukemia ? kenapa semuanya bisa terjadi sama mama kalian ? kenapa gak papa saja yang mengalaminya.” Ujar papa.

“Pa semuanya sudah menjadi kehendak Tuhan, mungkin kalau papa yang mengalaminya siapa yang akan menjaga kita pa ? papa jangan berkata seperti itu dong.” Ujar ku.

“Mama kamu itu orang yang baik kenapa harus mengalami penyakit seberat ini ?”

“Pa... sudahlah kalau papa seperti ini, akan membuat mama merasa bersalah juga pa. Kita harus sabar menerima semua ini.” Ujar kak Kelana.

“Papa sangat sayang sama kalian semua. Kalau sampai terjadi apa-apa sama kalian papa akan merasa sangat bersalah sekali karena papa tidak bisa menjaga keluarga papa sendiri.” Ujar papa.

“Papa jangan bicara seperti itu dong.” Ujar ku.

1 minggu kemudian...

Setelah melihat kondisi mama yang membaik dokter mengizinkan mamaa untuk pulang dan beristirahat di rumah. Setelah 2 hari beristirahat di rumah mama akan melakukan tes untuk memastikan penyakit mama dan seberapa parah penyakitnya itu. Mungkin setelah melakukan tes dokter akan lebih pasti menentukan tindakan apa yang harus diambil.

“Sekarang mama harus banyak istirahat dulu, jangan melakukan kegiatan yang terlalu berat.” Ujar kak Kelana.

“Iya, tapi kalau mama diam terus gak melakukan kegiatan apapun bosan juga.” Ujar mama.

“Mama boleh melaukan kegiatan yang seperti biasanya tapi mama jangan terlalu cape. Nanti mama kenapa-kenapa lagi.” Ujar kak Kelana.

“Baiklah kalau begitu, oh iya kapan mama harus melakukan tes itu ?” tanya mama.

“Lusa ma.” Ujar kak Kelana.

2 hari kemudian...

Hari ini mama akan melakukan tes untuk memastikan penyakitnya. Mama kelihatan lebih tenang dan lebih bisa menerima apa yang telah terjadi padanya, sedangkan aku dan papa sangat takut akan mendapatkan hasli yang buruk.

“Bagaimana mama kalian sudah siap melakukan tesnya ?” tanya dokter.

“Siap dok.” Jawab kak Kelana.

“Baiklah kalau begitu silahkan mama kalian suruh masuk ke ruangan tesnya. Hasilnya nanti bisa ditunggu dan saya akan segera memberitahukannya.” Ujar dokter.

“Baiklah dok.” Ujar kak Kelana.

Setelah beberapa jam menunggu hasil tesnya, akhirnya dokter memanggil mama dan papa untuk membicarakan tentang penyakit mama dan langkah apa yang harus diambil untuk menangani penyakitnya mama sedangkan aku dan kak Kelana menunggu diluar.

“Bagaimana dok hasilnya ?” tanya papa.

“Begini berdasarkan hasil tes ternyata isteri bapak menderita penyakit leukemia stadium lanjut. Mungkin pada gejala awal istri anda tidak terlalu begitu menyadarinya bahwa sebenarnya gejala-gejala yang muncul itu seperti sakit biasa tapi pada kenyataannya gejala tersebut bukan gejala sakit biasa.” Jelas dokter.

“Leukemia stadium lanjut ? langkah apa yang harus kita ambil untuk mengurai atau bahkan menghentikan penyebaran sel kanker tersebut dok ?” tanya papa.

“Ada beberapa cara untuk menghentikan penyebaran sel kanker tersebut yaitu dengan mengkomsumsi obat-obatan dan kemoterapi.” Jelas dokter.

“Apakah itu akan menjamin pasien akan sembuh ?”

“Asalkan pasien mempunyai keinginan besar untuk sembuh dan menjalankan terapi-terapi yang disarankan kemungkinan sembuh itu ada pak.” Jelas dokter.

“Saya mohon dok lakukan yang terbaik untuk kesembuhan isteri saya.” Ujar papa.

“Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kesembuhan isteri bapak, kita bisa melakukan usaha apapun tapi tetap Tuhan yang akan menentukan semuanya. Jadi teruslah memohon supaya Tuhan memberikan keajaibannya pada isteri bapak.” Ujar dokter.

“Baiklah dok terima kasih.” Ujar papa.

“Sama-sama pak, untuk ibu anda harus tetap semangat karena anda mempunyai keluarga yang sangat peduli dan perhatian sekali. Mereka masih sangat membutuhkan ibu.” Ujar dokter.

“Saya akan terus berusaha untuk bisa melawan penyakit saya ini dok, sekali lagi terima kasih.” Ujar mama.

“Sama-sama...” ujar dokter.

Setelah mama dan papa keluar dari ruangan dokter aku langsung menanyakan bagaimana penyakit mama sebenarnya dan melihat papa yang keluar dengan wajah sedih aku semakin takut kalau penyakit mama sudah parah.

“Gimana ma hasilnya ?” tanyaku

“Mama baik-baik saja Kinang.” Ujar mama.

“Kalau mama baik-baik saja gak mungkin papa sedih seperti itu.”

“Benar mama kalian baik-baik saja, kalian gak usah khawatir.” Ujar papa.

“Pa...ma... tolong jangan ada yang ditutup-tutupi dari kita, kita ini anak-anaknya mama jadi Kinang mohon katakan apa yang sebenarnya terjadi sama mama ?” tanyaku.

“Sudahlah Kinang keadaan mama mungkin baik-baik saja kamu jangan khawatir berlebihan seperti itu.” Ujar kak Kelana.

“Tapi kak... Kinang yakin ada yang disembunyikan papa dan mama sama kita kak.”

“Mungkin mama sama papa benar kalau mama gak kenapa-kenapa kamu gak usah takut dan khawatir seperti itu.” Jelas kak Kelana.

“Ok Kinang percaya sama papa dan mama.”

“Makasih sayang, kamu gak usah khawatir sama mama.” Ujar mama.

Sebenarnya aku gak percaya kalau kondisi kesehatan mama baik-baik saja karena pada saat mama masuk rumah sakit dokter meyakini kalau mama itu penderita penyakit yang sangat serius. Aku berharap mama gak kenapa-kenapa dan mama cepat sembuh seperti dulu lagi.

“Tuhan aku mohon jangan Kau ambil mama ku untuk saat ini karena aku belum siap untuk kehilangannya, karena aku belum bisa membahagiakan mama. Tuhan... jika benar mama itu sakit parah aku mohon kuatkan mama dalam menghadapi penyakitnya, sembuhkan kembali mama, dan andaikan bisa lebih baik aku yang mengalami sakit itu jangan mama. Tuhan... berilah selalu kekuatan dan kesabaran pada mama dalam menghadapi cobaan-Mu. Tuhan... hanya satu pinta ku saat ini, jika mama benar-benar sakit aku mohon Tuhan sembuhkan mama, jangan biarkan mama merasakan sakit yang lama, aku mohon Tuhan...” gumam ku dalam hati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun