Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Pedagang Pasar Tradisional (Suka) Galak?

1 Desember 2017   17:14 Diperbarui: 1 Desember 2017   22:35 3744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar : pedagangpasar.org

Pernahkah Anda mendapat perlakuan kurang ramah atau galak, dari pedagang  pasar tradisional? Saya pernah. Sering malahan. Padahal saya bukan orang  jutek  dan muka saya manis, lucu, ramah,  murah senyum. *mohon angguk-kan kepala tanda setuju pliiis, sekali ini saja, agar saya ba-ha-gi-ya*

Awalnya saya pikir kasalahan  100 persen ada dalam diri saya. Entah mimik muka atau bahasa tubuh saya yang kurang bersahabat, atau  menawar harga   terlalu rendah, atau jangan-jangan memang secara penampilan saya ini pantas dan layak dibentak-bentak? Hiks hiks, tangisan pilu.

Namun rasa bersalah itu hilang ketika saya berbagi kisah dengan beberapa teman. Mereka mengalami hal yang sama. Senasib.  Ada rasa plong ketika tahu bahwa saya bukanlah satu-satunya korban.

Korban? Iya korban kegalakan pedagang, hehe.  Yang membalas niat baik pembeli dengan sikap judes. Bukankah dalam sebuah transaksi jual beli, seharusnya posisi penjual dan pembeli berada dalam level yang sama?   Karena ada proses simbiosis mutualisme di sini. Pedagang ingin dagangannya laku, pembeli butuh barang.

Tetapi di pasar tradisional, ketika sedang nahas bertemu penjual galak, maka pembeli seperti ada di posisi yang ( jauuuuh ) lebih rendah. Seolah-olah hanya kita lah yang  butuh mereka . Sehingga sikap nya cuek dan acuh tak acuh bahkan menjawab pertanyaan dengan kasar, ketus. Intinya, prinsip pembeli adalah raja, sulit ditemukan ketika bebelanja di toko / lapak dengan karakter penjual seperti ini.

Contoh kasus:

1. Ditegur , "Hai, mbak kalau nggak pengen beli, jangan berdiri di depan toko kami."

2. Ketika menawar,  dijawab  : 

  •    Sebenarnya niat beli nggak sih? Nawar kok asal mangap aja.
  •    Situ punya uang nggak sih? Dari tadi nanya-nanya harga melulu.
  •    Kalau mau,   ya segitu, nggak mau ya sudah, silahkan. ( Sambil tangannya memberi kode, pergi kau dari sini).
  •    Pengen harga murah, bikin aja sendiri / tanam aja sendiri, jangan beli di pasar.
  •   Nanya melulu, situ pembeli atau petugas survey, sih?

3. Dipaksa, ditarik-tarik  mampir ke lapak, dan dijamin enggak akan lolos dari lokasi,  sebelum kita beli dagangannya.

4. Ini juga sikap galak, dalam versi lain : pedagang tidak menjaga kepercayaan pembeli.

  • Tidak jujur dalam timbangan.
  • Mengoplos barang bagus dan jelek. Kita dipersilahkan memilih barang yang akan kita beli. Tetapi saat mereka memasukkan barang pilihan itu ke kantong plastik, ternyata dicampur dengan barang lain yang tidak kita pilih. Ada saja alasannya, timbangan kurang pas lah.., atau macam-macam modus lain.

Seorang teman, mengaku trauma dan kapok belanja ke pasar tradisional. Karena muka polos-nya sering menjadi sasaran tembak para pedagang galak.  Sekedar diam berdiri melihat-lihat situasi pun kena semprot, apalagi jika berani menginjakkan kaki ke lapak dan melakukan tawar menawar. Dia takut kena semburan api,hihihi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun