Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kelas Heritage, Menjelajahi Kawasan Stasiun Maguwo Lama

13 Maret 2017   22:14 Diperbarui: 14 Maret 2017   16:00 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
berfoto sebelum menjelajahi kawasan Maguwo Lama. sumber : dokumen pribadi

Hari Minggu  12 Maret 2017, diadakan kelas heritage di kawasan stasiun Maguwo Lama. Kelas ini diselenggarakan oleh Malamuseum dan  Komunitas Roemah Toea yang tentunya dibawah ijin dari PT KAI Daop 6 Yogyakarta. Stasiun Maguwo Lama letaknya di dusun Kembang, Desa Maguwoharjo, Kecamatan  Depok, Sleman. Untuk akses lebih mudah kita bisa masuk melalui gapura di sebelah barat lapangan milik perumahan Angkasapura lurus saja sampai ada tikungan yang arahnya ke kanan dan disana akan ditemukan bangunan stasiun Mmaguwo Lama. Sejak tidak aktif di tahun 2008 bangunan stasiun Maguwo Lama menjadi cagar budaya milik PT Kereta Api Indonesia.

pembukaan acara kelas heritage di dalam stasiun Maguwo Lama. sumber : dokumen Roemah Toea
pembukaan acara kelas heritage di dalam stasiun Maguwo Lama. sumber : dokumen Roemah Toea
Acara dimulai pukul 09.00 dengan sambutan dari Erwin (Malamuseum), Hari Kurniawan (Roemah Toea) dan Kepala Stasiun Maguwo bapak Brurhani selaku perwakilan dari PT Kereta Api Indonesia.  Kelas heritage diikuti oleh 35 peserta yang antusias dengan sejarah stasiun Maguwo Lama. Kemudian acara dilanjutkan dengan foto bersama di depan stasiun Maguwo Lama yang dilanjutkan dengan pembagian kelompok untuk walking tour. 

Kelompok dibagi menjadi 3 yang masing-masing dipandu oleh perwakilan dari Roemah Toea yaitu Hari Kurniawan, Aga Yurista dan Lengkong Sanggar. Rute yang ditempuh di sekitar stasiun Maguwo Lama dengan pembagian rute yang berbeda-beda walaupun tujuan tempatnya sama. Pembagian kelompok dan rute  ini bertujuan agar walking tour lebih efektif.

Bangunan stasiun Maguwo Lama terdiri dari 90% kayu jati yang sudah berdiri sejak jaman kolonial. Stasiun ini dibangun oleh NISM (Nederland-Indische Spoorweg Maatschappij)  pada tahun 1909, kemudian bangunan yang ada saat ini adalah hasil renovasi dari tahun 1930an. Menurut Hari Kurniawan bangunan stasiun mengadopsi gaya rumah-rumah di pedesaan eropa pada bagian badannya tetapi untuk atap tetap mengadopsi gaya jawa. Stasiun Maguwo Lama ini merupakan satu-satunya stasiun kayu yang masih berdiri di wilayah Yogyakarta.  Tegel stasiun yang ditemui saat ini tentu sudah bukan yang asli karena stasiun ini pernah dikonservasi  oleh Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan- PT KAI di tahun 2010.

Pad a masa kolonial stasiun kecil ini merupakan stasiun yang ramai. Stasiun Maguwo Lama saat itu melayani pengangkutan penumpang dengan 2 jalur berbeda. Untuk di sebelah kanan jalur milik NISM (Nederland-Indische Spoorweg Maatschappij)   dan di sebelah kiri milik SS (Staatspoorwegen). Kemudian stasiun Maguwo Lama juga melayani pengangkutan gula dari Pabrik Gula Wonocatur yang saat ini menjadi museum Dirgantara. Bisa dibayangkan betapa pentingnya peran staisun Maguwo Lama saat itu.

Stasiun Maguwo Lama melewati 3 jaman sekaligus, yang berarti banyak melewati peristiwa-peristiwa bersejarah yang bisa kita jadikan pelajaran. Setelah melalui masa kolonial Belanda, stasiun Maguwo Lama juga melalui masa pendudukan Jepang. Rel-rel di sebelah utara stasiun dibongkar oleh Jepang pada tahun 1942, kemudian rel tersebut digunakan untuk membangun jalur kereta di Myanmar yang dikenal dengandeath railway.

pohon kamboja yang merupakan makam korban sipil dari pihak Indonesia saat agresi militer Belanda II. sumber : dokumen pribadi
pohon kamboja yang merupakan makam korban sipil dari pihak Indonesia saat agresi militer Belanda II. sumber : dokumen pribadi
Setelah itu Stasiun Maguwo Lama merupakan saksi bisu salah satu peristiwa penting pasca kemerdekaan RI yaitu Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Saat tentara KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) menyerang Yogyakarta melalui lapangan terbang Maguwo maka secara otomatis wilayah di sekitar lapangan terbang Maguwo ikut diamankan sebelum KNIL (Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) bergerak ke arah kota Yogyakarta. Seluruh prajurit RI yang berjumlah 40 orang tewas dalam Agresi Militer Belanda II dan ada 7 korban dari masayarakat sipil tanpa identitas juga menjadi korban Agresi Militer Belanda II. Ketujuh korban sipil tersebut saat ini makamnya yang tanpa nisan dapat ditemukan dibawah pohon kamboja sekitar 15 meter ke timur dari stasiun Maguwo Lama.
penjelasan tentang rumah dinas kepala stasiun Maguwo Lama oleh Aga Yurista (Roemah Toea). sumber : dokumen Roemah Toea
penjelasan tentang rumah dinas kepala stasiun Maguwo Lama oleh Aga Yurista (Roemah Toea). sumber : dokumen Roemah Toea
Di sebelah utara stasiun terdapat rumah dinas kepala stasiun Maguwo Lama yang saat ini sudah tidak bisa ditempati dikarenakan sudah rusak oleh gempa bumi Jogja pada tahun 2006. Rumah ini milik Almarhum Pak Narso yang merupakan kepala stasiun Maguwo Lama dengan masa jabatan tahun 1955-1970. Saat ini kita hanya bisa melihat bekas-bekas rumah seperti tembok dengan susunan batu bata merah dan atap yang sudah lapuk. Kemudian di sebelah timur sebelum pohon kamboja juga sebelumnya ada toilet dan sumur tetapi toilet saat ini sudah dipindahkan ke dalam area stasiun yang berpagar.
bantalan rel milik SS yang digunakan untuk duduk. sumber : dokumen pribadi
bantalan rel milik SS yang digunakan untuk duduk. sumber : dokumen pribadi
Ketika berjalan ke arah barat kita akan menemui gudang pupuk Sriwijaya dengan gerbong pupuknya di jalur rel dan pondasi bantalan rel milik SS (Staatspoorwegen). Pada masa kolonial jalur utara stasiun adalah rel milik SS (Staatspoorwegen). Selain itu masih ada peninggalan-peninggalan seperti tiang telegraf dan ada bekas gudang stasiun yang sudah roboh di seberang rel.

Acara kelas heritage kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi/ tanya jawab dengan moderator Erwin dari Malamuseum dan  narasumber dari Roemah Toea. Acara kemudian diakhiri pada pukul 12.00.

Mengunjungi tempat bersejarah seperti stasiun Maguwo Lama membuat kita semakin mencintai tanah air dengan mengingat perjuangan para pahlawan yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya, jadi salah satu tindakan kecil yang bisa kita lakukan adalah mengunjungi tempat bersejarah. Jas merah jangan sekali-kali meninggalkan sejarah (Bung Karno,1966).

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun