"hahaha... iya memang lucu,".
Ia tertawa tanpa henti setelah kuceritakan kisah cinta seorang gelandangan dipiggir jalan raya. Kisah cinta yang tak kan mungkin sepenuhnya dapat dimengerti oleh Nhery, wanita idamanku sejak sedari dulu. Dulu hingga dulu yang tak masuk dalam kalender masehi. huft, sebenarnya semua cerita yang kuceritakan pada Nhery hanyalah cerita semu berbaur dengan bualan untuk sekedar melihat torehan senyum manisnya.
Padahal nyatanya aku hanyalah cerita semu pula dalam cerita hidupnya. Meski aku tak pernah dianggap, dirasakan, bahkan hanya mungkin butiran debu yang siap dihembuskan kapan saja oleh angin sendu. Aku tak banyak berharap dari torehan senyum itu. Aku hanyalah lelaki kucel diantara rimbunan perjaka-perjaka yang lain. Â Ia sudah mengetahui namaku saja sudah membuat diri ini merasa dihormati. Tak lebih.
Bahkan, hari-hari yang dilalui adalah apa yang pernah dilalui oleh setiap pecinta dalam lingkup imajinasi. Dan aku adalah salah satu dari mereka, pecinta yang hanya dapat mecinta dibalik tirai jingga dan berbisik disetiap hembusan nafas, berharap ia dapat sekedar merasai. Kan kubiarkan setiap detak jantung ini memacu hanya untuk dirinya dan dirinya.
Hanya saja sudah lama aku tak pernah bertemu lagi dengannya. Hahaha.... sehari saja tak kulihat torehan senyum itu, sudah kucaci waktu yang tak kumanfaatkan. Entah bagaimana lagi akhir dari cerita semu ini jika aku takkan pernah lagi melihat torehan senyum itu.
Namun sesuatu telah terjadi pada Nhery. Usut punya usut dari sumber yang terpercaya, ku pahami betul mengapa itu terjadi dan letak penyesalan pada diri Nhery. Ia HAMIL. Lantas siapa yang tak menggelengkan kepalanya melihat hal buruk juga terjadi padaku, sang pecinta dalam lingkup imajinasi.
"Bagaimana mungkin kau masih bisa mempercayai dan memujinya seolah tak ada makhluk indah lainnya yang bisa kau lirik. Hei kawan, lihatlah keelokan dari Destiny, Angel, apalagi Aisyah. Wouw.... sudah baik budi pekerti, ayu pula, plus bibir merah merona,"sanggah temanku melihat ketololan dariku.
Aku setengah senyum menatapnya. Dia pun bingung dan pergi meninggalkanku dengan dongkol sebab tak berhasil membawaku keluar dari ruang imajinasi ini. Aku tak mengumpat atas perbuatannya, sebab sudah semestinya ia berlaku demikian karna ia perduli padaku namun tak perduli imajinasiku.
Aku adalah aku dan takkan berubah menjadi bentuk dari keinginan mereka. Bukan ku tuli maupun benci atas tindakan mereka seolah-olah aku dan duniaku tak perlu diurusi seperti itu. Hanya saja, sedikit saja, andaikan saja mereka sesekali mendengarkan apa yang akan kukatakan dari imajinasi ini, mungkin mereka akan faham dan membiarkan diriku tetap seperti ini.
Nhery hamil. Bukanlah suatu aib yang mesti dijadikan alasan untuk meninggalkannya sendiri, apalagi mencacinya seolah dia adalah makhuk yang paling kotor dimata mereka. Aku tahu, Nhery pasti memiliki alasan terkhusus sehingga ia lupa akan harga dirinya. Aku juga tahu, Nhery pastilah mengerti posisinya saat ini dan pastinya menyesal. Dan aku ingin tahu alasan Nhery sehingga mampu berbuat sedemikian rupa. Aku ingin tahu.
"Kau tahulah Zul, kau mestinya tahu mengapa aku dapat melakukan semua ini bahkan setelah apa yang kulakukan, berhubungan intim dengannya hingga hamil, aku tak merasa bersalah, hina, ataupun benci terhadap cacian mereka. Mereka berhak menilaiku, kehidupanku, gayaku, polesanku. Namun, perlu kutekankan bahwa aku tak pernah meminta mereka menjadi juri dikehidupanku,"bebernya padaku.