Jarak itu garis, penghubung dua titik...
Teringat zaman sekolah dulu tentang matematika. Entah belasan tahun silam. Berasa tua jadinya...hehe
Titik dan garis
Apa itu garis? Hubungan dua titik atau lebih. Lalu jarak? Menurutku dia tak lebih dari bentuk garis maya kehidupan. Dia tak harus terlihat ataupun terukur sebagaimana ajaran guru matematika saat itu. Rasa sudah cukup menjadi saksi kehadirannya.
So, apa semua pernah merasakan jarak...atau lebih nge-trennya LDR (long distance relationship)?
Ya...disadari atau tidak
Lho, koq bisa?
Coba kita pikir lagi, manusia hakikatnya makhluk sosial, betul? Kita butuh orang lain, bahkan kehadiran kita ini karena adanya orang lain. Jadi anggaplah tiap kepala mewakili satu titik, tiap saat akan terbentuk garis penghubung. Di situlah dia muncul, jarak.
Demi pendidikan lebih baik, orang tua sengaja menitipkan anaknya ke asrama, pesantren, atau ibu/bapak kos di perkotaan. Demikian juga suami istri, adik kakak, sahabat bahkan pacar. Entah karena kewajiban atau sekedar ego, sementara ataukah selamanya.
Apa rasanya?
Biasa aja...sedih...atau malah cemburu menguras hati? Hahaha...[ngakak]
Jarak itu bisa jadi ilusi, hanya bentuk relativitas kehidupan yang pasti ada selama masih ada rasa butuh satu dengan lainnya. Bahkan saat sudah bertatap mata, duduk berdampingan, atau ekstrimnya tidur dalam satu ranjang, dia masih ada. Yang dekat belum tentu tak berjarak, yang jauh tidak selalu terasa. Rasa jauh atau dekat itu hanya hasil dari cara pandang kita, ditambah bumbu-bumbu lainnya.Â
Tak percaya? Tak apa...hanya ingin berbagi seperti biasa
Bukan jarak yang patut dikhawatirkan, waktu yang sekejap itu yang berhargaÂ
Setuju?