Mohon tunggu...
Yhoeldy
Yhoeldy Mohon Tunggu... -

Dalam hidup ini butuh perjuangan. Dalam hidup ini perlu pengorbanan. Dan dalam hidup ini aku harus melakukan hal yang benar meskipun berbahaya!!!\r\n\r\n“Untuk melakukan suatu perubahan bukanlah tugas yg mudah. Kadang kita dihina, dicaci, diremehkan & bahkan difitnah. Kita harus berterimakasih kepada mereka untuk menunjukkan & membuktikan bahwa kita bisa. semua tantangan itu akan dapat teratasi.”\r\n\r\nDimana kita berdiri tidak penting, yang penting mau kemana kita akan melangkah. Tentukan tujuan dari sekarang, cintai prosesnya dan mimpikan hasil terbaiknya!\r\n\r\nBerapa besar kepercayaan orang, ditentukan oleh seberapa besar kejujuran dan kredibilitas kita. Bangun kredebilitas dan tetaplah mengutamakan kebenaran hakiki yang tidak bisa ditawar lagi.\r\n\r\nTidak peduli dengan latar belakang keluarga, yang penting kita mau melakukan sesuatu dan kita berada di jalur yang tepat dan mau tumbuh juga berkembang. Orang tua kita siapa itu tidak penting, terpenting kita mau jadi anak yang bagaimana.\r\n\r\nTidak peduli masa lalu, yang penting hari ini, esok dan seterusnya. Tak perlu pikirkan buruknya masa lalu, hinannya kita di masa lalu, yang penting kita mau memikirkan dan berubah mulai sekarang untuk hari esok.\r\n\r\nTidak peduli siapa diri kita di mata orang lain, yang penting kita mau melihat orang lain dari sisi terbaiknya dan mau melihat diri kita dari sisi terbaik dan terburuknya. Fokuslah pada kelebihan yang kita miliki. Sukses bukan berarti serba bisa!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nilai-nilai Sejarah Pergerakan Pemuda Indonesia

6 April 2012   03:27 Diperbarui: 4 April 2017   18:14 39734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

NILAI-NILAI SEJARAH PERGERAKAN PEMUDA INDONESIA (REFLEKSI DIRI, SOLUSI DAN TANTANGAN PEMUDA SAAT INI) JAMBORE PEMUDA INDONESIA SE–SUMATERA BARAT PULAU BELIBIS, 23-26 DESEMBER 2011 BAB I PENDAHULUAN

  1. A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dibangun melalui peradaban yang sangat panjang dari zaman kerajaan hingga zaman modern. Keluarnya Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Otonomi Daerah, telah memberikan warna dalam perkembangan kepemimpinan di Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Golongan pemimpin yang identik dengan golongan tua, di mana para pemuda kurang diberikan kesempatan untuk dapat memimpin. Namun, patut untuk disadari bahwa batasan usia tidaklah menjamin kematangan seseorang untuk lebih maju. Pada dasarnya, pemimpin yang baik adalah seseorang yang dapat mengemban amanah perjuangan Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945. Sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan menjelaskan bahwa yang dimaksud pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.[1] Beragam cara ditunjukkan guna membangkitkan semangat kaum muda Indonesia, cara-cara tersebut misalnya disebarkan atau dikampanyekan lewat media, iklan misalnya. Salah satu bukti, entah di sadari atau tidak adalah dengan adanya tayangan iklan yang menyatakan “belum tua belum boleh bicara”. Ini adalah suatu bukti teguran untuk para pemuda di Indonesia, sadar atau tidak dengan tayangan tersebut sebetulnya telah memberikan semangat kepada para pemuda untuk angkat bicara atau siap menjadi pemimpin dengan bekal ilmu pengetahuan dan kemampuan intelektualitas dengan tidak melihat kedudukan dan jabatan orang tuanya. Apalagi  banyak dari mereka yang menyandang gelar sarjana (akademik). Apabila melihat perjuangan Bangsa Indonesia atau yang dikenal sebagai masa kejayaan nusantara, justru yang membawa nusantara berjaya kala itu adalah sosok pemimpin dari seorang pemuda yang mempunyai kemauan keras untuk memajukan nusantara. Hingga akhirnya bisa membawa nusantara berada dalam puncak kejayaan. Kejadian-kejadian pada masa lalu haruslah dikenang dan di hayati. Sangat besar manfaatnya untuk kehidupan manusia di masa yang akan datang. Karena tanpa memperhatikan peristiwa pada masa lalu tentu akan banyak mengalami kegagalan di masa datang. Sebab kejadian pada masa laulu adalah guru yang paling berharga. Sesuai dengan pepatah Minang, ”Mancaliak contoh ka nan sudah, Mancaliak tuah ka nan manang”.[2] Dengan sendirinya kegagalan pada masa lalu tidak akan terulang lagi dan keberhasilan menjadi pendorong bagi pemuda untuk berbuat di masa yang akan datang. Semangat yang tinggi, kemauan yang keras menjadi modal penting bagi pemuda dalam memberikan kontribusi bagi kehidupan bermasyarakat, termasuk peran penting dalam pembangunan suatu daerah.

  1. B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas. Agar karya ilmiah ini lebih terarah dan mencapai tujuan serta mengingat fakto-faktor keterbatasan yang penulis miliki, maka penulis membatasi ruang lingkup dalam penulisan karya ilmiah ini:

  1. Bagaimana nilai-nilai sejarah pergerakan pemuda Indonesia?
  2. Apa refleksi, solusi dan tantangan pemuda saat ini?
  3. Bagaimana proyeksi pemuda Sumatera Barat dalam percepatan pembangunan daerah?
  1. C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
    1. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini, yang menjadi tujuan penulis diantaranya adalah:

  1. Untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai sejarah pergerakan pemuda Indonesia?
  2. Untuk mengetahui bagaimana proyeksi, solusi dan tantangan pemuda saat ini?
  3. Untuk mengetahui proyeksi pemuda Sumatera Barat dalam percepatan pembangunan daerah.
  1. Kegunaan penulisan karya ilmiah ini adalah:

Dalam melakukan penulisan karya ilmiah ini, adapun kegunaannya adalah:

  1. Sebagai syarat dalam mengikuti lomba karya tulis ilmiah dalam kegiatan Jambore Pemuda Indonesia se-Sumatera Barat.
  2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan sehingga menjadi motifasi guna meningkatkan pergerakan pemuda Indonesia, khususnya Sumatera Barat.
  1. D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan karya ilmiah ini, maka penulis membaginya dalam beberapa pembagian, dengan perincian sebagai berikut: BAB I, merupakan BAB Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penulisan serta Sistematika Penulisan. BAB II, merupakan BAB Pembahasan yang terdiri dari dua sub BAB, yaitu pada Sub A membahas tentang Pemuda dan Sejarahnya yang terdiri dari Pengertian Pemuda, Sejarah Kepemudaan Indonesia dan Organisasinya. Pada Sub B, membahas tentang Pemuda dari Masa ke Masa yang terdiri dari Meneropong Pemuda Masa Lalu, Pemuda Indonesia Hari ini, dan Pemuda dan Pergerakannya. BAB III, merupakan BAB yang berisikan Nilai-nilai Sejarah Pergerakan Pemuda Indonesia yang terdiri dari Refleksi Diri Pemuda, Solusi dan Tantangan Pemuda Saat ini, dan Peran Pemuda Sumatera Barat dalam Pembangunan Daerah BAB IV, merupakan BAB Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran. BAB II PEMBAHASAN

  1. A. Pemuda dan Sejarahnya
    1. 1. Pengertian Pemuda dan Sejarah Pemuda

Kata pemuda memiliki beberapa defenisi. Baik ditinjau dari fisik maupun phisikis akan siapa yang pantas disebut pemuda serta pertanyaan yang muncul apakah pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan makna hari Sumpah Pemuda. Sedangkan mengenai pemuda, secara harfiah, kamus Websters, Princeton mengartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda memiliki definisi: (1) a young person, (2) the time of life between childhood and maturity, (3) early maturity. Sementara itu, International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.[3] Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun.[4] Sementara menurut KBBI, pemuda diartikan sebagai orang muda laki-laki, remaja, teruna.[5] Selain itu, al-qur’an juga memberikan defenisi berbeda tentang pemuda. Dalam kaidah bahasa Qurani pemuda atau yang disebut “asy-syabab” didefinisikan dalam ungkapan sifat dan sikap seperti:[6]

  1. berani merombak dan bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem yang rusak. Seperti kisah pemuda (Nabi) Ibrahim.
  2. memiliki standar moralitas (iman), berwawasan, bersatu, optimis dan teguh dalam pendirian serta konsisten dalam dengan perkataan. Seperti tergambar pada kisah Ash-habul Kahfi (para pemuda penghuni gua3. seorang yang tidak berputus-asa, pantang mundur sebelum cita-citanya tercapai. Seperti digambarkan pada pribadi pemuda (Nabi) Musa.

Jadi, dengan demikian dapat disumpulkan bahwa pemuda adalah sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dan sifat lainnya yang disadari dan dilkakukan dengan semangat muda. Kelemahan mecolok dari seorang pemuda adalah kontrol diri dalam artian mudah emosional, sedangkan kelebihan pemuda yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Sejarah diartikan dengan kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo.[7] Sejarah mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai keberhasilan dan kegagalan dari seseorang atau suatu bangsa, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia sepanjang sejarah. Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya belajar mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana. Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya”.[8]

  1. 2. Sejarah Kepemudaan Indonesia dan Organisasinya

Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, diperingati tanggal 28 Oktober setiap tahunnya. Namun momen penting ini tidaklah berdiri sendiri, Sumpah Pemuda lahir sebagai hasil dari serangkaian perjuangan-perjuangan Bangsa Indonesia sejak ribuan tahun silam dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Seperti kita ketahui bersama, sebelum tahun 1928, perjuangan telah dimulai sejak abad ke-17, dimana waktu itu perlawanan-perlawanan secara fisik dari berbagai daerah muncul akibat kekejaman dan penindasan kaum penjajah. Tak heran, perlawanan datang dari berbagai daerah di nusantara ini. Mulai dari Mataram di tahun 1628 dan 1629, kemudian perlawanan dari daerah Sulawesi, Ambon, demikian pula di Sumatera. Perlawanan lainnya pun muncul dengan tujuan yang sama mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut tidak membawa hasil yang diharapkan karena politik penjajahan Belanda waktu itu mampu menaklukkan semua perlawanan. Belanda mampu menaklukkan hampir seluruh wilayah nusantara sehingga bangsa ini semakin mengalami penderitaan panjang.[9] Menyadari hal itu, semangat dan jiwa patriotisme yang dimiliki para pemuda Indonesia menjadi bekal bagi mereka untuk melakukan perlawanan dalam bentuk lain. Perlawanan dari pemuda Indonesia bukan hanya dalam arti fisik, melainkan melalui organisasi pemuda. Pertama, lahirlah Budi Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908. Momen ini kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia dalam pergerakan kebangsaan Indonesia, yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tahun 1911 muncul Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah menjadi Sarekat Dagang Islam. Selain itu di tahun yang sama, berdiri pula Indische Partai yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu Danudirdja Setia Budi, Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo. Tujuan politiknya sangat jelas yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini kemudian dibuang karena dianggap membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia Belanda melalui tulisan-tulisannya yang tajam di surat kabar. Demikian pula gerakan dan aksi-aksi yang mereka lakukan.[10] Organisasi-organisasi lain-pun kemudian bermunculan, namun belum memberikan harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu menghadapi dan memberikan perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka lakukan masih sendiri-sendiri. Setelah menyadari kondisi seperti itu, keadaan pun berubah. Para pemuda kemudian menyatukan diri dan mengusung rasa kebangsaan yang selama ini belum tersentuh. Hal ini yang kemudian melahirkan Kongres Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Kala itu cita-cita persatuan menjadi tujuan utama para pemuda. Rasa kebangsaan dan persatuan itu mencapai puncaknya dengan kemunculan pemuda bernama Soekarno, anggota Jong Java. Ia terus mengobarkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai landasan untuk mencapai kemerdekaan. Pemuda yang kemudian terkenal dengan julukan Bung Karna ini mendasarkan perjuangan mencapai kemerdekaan pada kekuatan sendiri, anti kapitalisme dan imperialisme serta non-cooperation atau tak bersedia bekerja sama dengan Hindia Belanda. Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, maka diadakan Kongres Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh berbagai perhimpunan pemuda yang ada di Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928 itulah kemudian dicetuskan Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang. Dalam kongres kedua ini juga untuk pertama kalinya Lagu Kebangsaan Indonesia ciptaan WR. Supratman dilantunkan. Lagu tersebut dilantunkan di hadapan pemuda peserta kongres dengan iringan biola Wage Rudolf Supratman. Sumpah Pemuda sebagai tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah nusantara mencapai cita-cita bersama.[11] Kata-kata keramat yang dicetuskan dalam Kongres II Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam diri setiap anak bangsa. Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pun tak berhenti hingga mencapai puncak dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

  1. B. Pemuda dari Masa ke Masa
    1. 1. Meneropong Pemuda Masa Lalu

Boedi Oetomo sebagai organisasi yang lahir pada tahun 1908 mengawali kebangkitan Bangsa Indonesia (Kebangkitan Nasional). Mereka hadir sebagai pemuda-pemudi yang siap berada digarda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Delapan puluh tiga tahun silam, pemuda-pemudi Indonesia, putra-putri terbaik bangsa saat itu telah menghasilkan tiga sumpah (janji) penting yang sangat menentukan masa depan bangsa Indonesia kearah yang lebih baik yaitu meraih kemerdekaan.[12] Sumpah tersebut dihasilkan dalam peristiwa Kongres Pemuda ke-2, di Jakarta, tepatnya di Jalan Kramat Raya no.106, yang sekarang telah menjadi Museum Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Adapun bunyi Sumpah Pemuda tersebut adalah sebagai berikut: Kami putra dan putri Indonesia mengaku, bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia Kami putra dan putri Indonesia mengaku, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia Ketiga butir sumpah tersebut merupakan hasil kesepakatan dan keputusan Kongres Pemuda ke-2, yang masih dalam suasana kolonialisme Hindia Belanda. Namun dengan tekad dan semangat tinggi, mereka berkumpul dan bersatu dalam rangka perubahan nasib bangsa Indonesia, sekalipun mereka berasal dari berbagai pelosok wilayah Indonesia yang satu sama lainnya terpisah dengan jarak yang sangat jauh, lebih lagi dengan sulitnya transportasi kala itu Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan, oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945. Sesuai namanya, Sumpah Pemuda dirumuskan oleh para pemuda. Mereka kemudian menjadikannya sebagai dasar untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Para pemuda tidak lagi berjuang sendiri, melainkan bersama-sama. Perlu kita ketahui, Sumpah Pemuda tidak lahir begitu saja. Banyak hal yang melandasi para pemuda bertekad untuk bersatu. Mereka berpikir tidak akan bisa membuat Indonesia merdeka jika berjuang di kelompok sendiri. Kegagalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme harus dipadukan. Karena itu, diadakanlah Kongres Pemuda I dan II. Mereka menjadi satu, menjadi “Pemuda Indonesia”. Semangat persatuan para pemuda dulu harus diikuti pemuda masa kini. Yaitu, dengan mengisi kemerdekaan. Istilah pemuda atau generasi muda umumnya dipakai sebagai konsep untuk memberi generalisasi golongan masyarakat yang berada pada usia paling dinamis, yang membedakan dari kelompok umur anak-anak dan golongan tua. Sementara secara kultural, pemuda adalah produk sistem nilai yang mengalami proses pembentukan kesadaran dan pematangan identitas dirinya sebagai aktor penting perubahan. Sejarah kemerdekaan Indonesia telah membuktikannya, perjuangan pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan adalah berkat perjuangan kaum muda pada saat itu. Kilas balik sejarah, penulis sedikit mengutip percakapan antara Soekarno-Hatta dan pemuda Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada masa itu yang juga menimbulkan pro dan kontra antara organisasai pemuda yang diketuai oleh Chaerul Saleh dan kelompok tua diketuai oleh Bung Karno. Tanggal 15 Agustus 1945 dengan kepala panas kelompok muda menentang Soekarno dan mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan indoesia, namun kelompok tua menolak karena beranggapan bahwa jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia, ”Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata pemuda Chaerul Saleh demi meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ”Kita harus segera merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ”Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan;  ”Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .” Soekarno langsung ikut naik darah dan berdiri menuju Wikana sambil berkata: ”Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !”. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk melakukan hal itu ?” Namun, para pemuda terus mendesak, ”Apakah kita harus menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ” Mengapa bukan rakyat itu sendiri yang memproklamasikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyata­kan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa?”. Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata, “… kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri “. Bila menghayati lebih dalam kutipan percakapan di atas, harus diakui bahwa salah satu pionir yang paling berperan dalam tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara adalah pemuda. Pemuda merupakan sekelompok orang yang masih terbilang muda serta memiliki potensi yang beragam. Keberadaannya, tentunya sangat diharapkan lahirnya potensi-potensi yang berguna bagi bangsa dan negara. Generasi yang bisa dikatakan sebagai kelompok yang paling memiliki semangat tinggi, semangat menyala-nyala yang terkadang meluap-luap. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1966 memang berhasil digagalkan angkatan bersenjata, namun tanpa peran pemuda dan ormas lainnya keberhasilan ini tentu tidak akan berjalan lancar. Tahun inilah awal berdirinya pemerintahan orde baru dibawah kekuasaan Soeharto. Pemerintahan Soeharto memang menunjukkan perkembangan bagi bangsa Indonesia. Kemakmuran rakyat meningkat, kesejahteraan mulai tampak. Namun kekuasan Soeharto ternyata lebih mengedepankan asas kekeluargaan, pemerintahan orde baru-pun disebut-sebut sebagai pemerintahan rapuh dan kropos akhirnya jatuh disaat krisis moneter melanda Indonesia. Pemuda kembali unjuk gigi, 32 tahun rezim orde baru berkuasa berhasil diakhiri. Bersatunya pemuda dan mahasiswa meminta Soeharto mundur terwujud, dan masa otoriter berakhir kemudian beralih ke masa reformasi. Tahun 1998, awal mula berjalannya era reformasi. Era ini dianggap sebagai zaman kebebasan bagi rakyat.

  1. 2. Pemuda Indonesia Hari Ini

Betapa pentingnya peran pemuda dalam bagi suatu bangsa. Sebab itulah, pemuda pada dasarnya harus ada dan mutlak adanya. Sebab pemuda sebenarnya merupakan sosok yang paling memiliki power untuk mengarungi sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara ke depan. Pemuda jualah yang menjadi harapan untuk mengkritik setiap-setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan memberikan solusi yang cerdas untuk mengatasi permasalahan. Pemuda dapat dikatakan sebagai generasi pelanjut dan pelurus. Namun ini, dimana semangat para pemuda itu? Para pemuda sekarang mayoritas hanya diam, peduli pada nasib masing-masing. Jiwa nasionalis dan sosial seakan memudar. Kalaupun ada yang peduli pada nasib bangsa ini, jumlahnya tidak lebih besar dari yang apatis. Rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan harus tetap dijaga dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda. Jangan sampai kerja keras para pemuda pada masa perjuangan dahulu terbuang percuma dengan kondisi Bangsa Indonesia di masa sekarang. Sumpah Pemuda yang disebut-sebut menjadi adalah salah satu tonggak sejarah yang penting bagi bangsa Indonesia. Seperti kita telah ketahui, ada tiga butir penting Sumpah Pemuda, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu. Tiga hal ini merupakan faktor penting bagi negara kita. Bagaimana semangat pemuda dulu? Bagaimana pula kenyataan pemuda pada masa kini? Tetapi kini, terkadang kita dibuat sedih dengan kenyataan para pemuda Indonesia saat ini. Semangat mengisi kemerdekaan mereka sangat kecil, bahkan kadang malah merusak. Hanya karena sedikit salah paham, para pemuda sekarang bisa tawuran. Tawuran antar pemuda tidak mengenal lokasi dan tingkat kedewasaan. Pemuda desa yang satu rusuh dengan pemuda kampung yang lain. Ada juga tawuran antar sekolah dan antar universitas. Bahkan siswa Sekolah Dasar (SD) mulai menirukan para kakak-kakak mereka tersebut. Mereka menghancurkan semangat Sumpah Pemuda. Masalah beberapa pemuda masa kini, bukan hanya emosi yang tak terkendali. Mereka juga bermental egois dan asyik dengan diri sendiri tanpa peduli dengan lingkungan. Mereka menjerumuskan diri ke dalam narkoba, hura-hura, pesta-pora, hingga seks bebas. Penulis menyimpulkan, pemuda saat ini terlalu terlena dengan kemudahan-kemudahan yang ada. Untungnya, tidak semua pemuda zaman sekarang seperti mereka, yang menghancurkan diri dan bangsanya. Masih banyak generasi penerus bangsa yang masih peduli dengan lingkungan dan menjunjung tinggi semangat Sumpah Pemuda. Ada beberapa indikasi sebagai penyebab masalah dikalangan pemuda hari ini:[13]

  1. Masih relatif rendahnya tingkat pendidikan pemuda;
  2. Masih relatif tingginya tingkat pengangguran pemuda;
  3. Masih relatif rentan terhadap perilaku menyimpang di kalangan pemuda (narkoba, sex bebas, pornoaksi, pornografi, dll);
  4. Adanya kecenderungan aktivitas pemuda lebih banyak di kota dari pada di desa;
  5. Adanya kecenderungan munculnya perilaku kekerasan di sebagian kalangan pemuda;
  6. Adanya kecenderungan sikap acuh tak acuh terhadap masalah moral dan akhlaq mulia di sebagian kalangan pemuda;
  7. Adanya kecenderungan meredupnya nasionalisme di sebagian kalangan pemuda;
  8. Masih terbatasnya prasarana dan sarana pembangunan kepemudaan;
  9. Belum maksimalnya koordinasi 21 Kementerian dan Lembaga yang mempunyai program kepemudaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun