Mohon tunggu...
Nelvianti Virgo
Nelvianti Virgo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ketika menulis menjadi sebuah kebutuhan...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hal yang Membuat Saya Terikat dengan Kompasiana

5 Februari 2017   07:29 Diperbarui: 5 Februari 2017   07:37 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.brilio.net

Kita tau bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum diatur lebih rinci, Pasal 2, tercantum bahwa, setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Adanya undang-undang tentang kebebasan mengemukakan pendapat membuat rakyat Indonsia lebih ‘berani’ dalam mengemukakan pendapat. Rakyat Indonesia menjadi lebih kritis dan ‘kreatif’.

Sikap kritis rakyat Indonesia tampak pada akun-akun media sosial yang mereka ‘kelola’ seperti facebook. Facebook sebgai salah satu media sosial yang hampir dikenal oleh seluruh rakyat Indonesia cukup sering dijadikan ajang ‘curhat’. Di facebook kita dapat mengamati meme-memelucu nan ‘menggelitik’. Ada sedikit masalah dengan pemerintahan atau gonjang-ganjing politik, maka muncullah meme-meme yang bikin ngakak ulah oknum-oknum kreatif.Ini hanya salah satu cara masyarakat Indonesia menyampaikan pendapat dengan singkat. Lalu bentuk penyampaian pendapat atau opini lainnya hadir dalam ‘status facebook. Opini dalam hal apa saja, tentang lingkungan, sosial, dan segala macamnya. Hanya saja status-status ini berupa paragraf singkat yang masih perlu dipoles untuk menjadi sebuah opini yang lengkap. Namun apapun itu, dalam hal ini tampak betapa kritisnya rakyat Indonesia dari waktu ke waktu.

Berkaca dari fenomena di atas, rakyat Indonesia tampaknya perlu suatu wadah yang pas dalam mengemukan pendapat. Suatu wadah khusus yang dapat memancing sikap ‘kritis’ diantara anggotanya. Tampaknya hal ini sudah terpenuhi dengan hadirnya berbagai platform blog, sebut saja blogger dan wordpress. Dua platform blog yang saya kenal pertama kali, cukup lambat saya mengenalnya. Saya menggunakan blogger sekitar tahun 2010, tepatnya ketika saya kelas dua SMA.

Berselang hampir tujuh tahun penggunaan blogger, belum ada progress yang signifikan. Awal saya menggunakan blogger, postingan pertama saya tidak banyak yang membaca karena memang tidak banyak yang mengunjungi blog saya. Tapi tak mengapa pikir saya, tujuan saya membuat nelvianti.blogspot.com hanya untuk sharing semata. Karena saya suka menulis, saya perlu suatu wadah yang teman-teman bisa membaca tulisan saya tanpa saya harus menyodor-nyodorkannya dalam secarik kertas, seperti yang saya lakukan sebelumnya. Sebelumnya saya suka menulis cerpen, saya tulis tangan di buku lalu saya perlihatkan kepada teman-teman. Cara ini jangkauannya tidak luas, hanya teman-teman sekelas.

Saya ingin tulisan saya dibaca oleh teman-teman dari kota lain, bahkan seluruh Indonesia. Hingga akhirnya saya menemukan seorang teman yang sudah mempunyai sebuah blog, disitulah akhirnya saya mencoba membuat blog.

Tapi setelah lama menggunakan blogger, saya masih merasa belum puas. Saya butuh platform blog yang lain, yang lebih mudah berinteraksi dengan anggotanya. Lalu pada pertengahan 2012, berkenalanlah saya dengan Kompasiana melalui seorang teman. Waktu itu teman saya menginfokan kalau dia suka menulis di Kompasiana. Saya tanya, “Kompasiana itu apa?” “Sarana menulis yang lebih oke buat kamu.” Katanya. Saya pun lalu mencoba, dan saya kecanduan kala itu. Hal pertama yang saya rasakan adalah, banyak teman. Hal ini tampaknya sesuai dengan tema Kompasiana yang sebelumnya, sharing and connecting. Benar adanya, dengan teman saya sharing, saya terconecting dengan teman-teman yang lainnya di Kompasiana.

Di Kompasiana saya ketahui ternyata ada rubrik khusus fiksi atau yang lebih dikenal dengan istilah ‘fiksiana’. Ini sudah menjawab keinginan saya, selain mampu terhubung dengan kompasianer lain dengan mudah, saya juga dapat menikmati berbagai jenis genre tulisan. Banyak membaca dan banyak belajar. Itulah yang saya lakukan. Saya belajar otodidak dengan banyak mengamati, lalu memberanikan diri memulai. Menulis dengan gaya sendiri. Menjadi diri sendiri. Saya mencoba mengikuti berbagai event yang diselenggarakan Kompasiana, seperti lomba menulis reportase. Dari sekian banyak lomba yang saya ikuti di Kompasiana, hanya sekali saya terpilih sebagai sepuluh besar tulisan terbaik yaitu, dalam event yang dihelat Kompasiana bersama Tanoto tentang ‘Pentingnya Guru Menulis’. Tulisan saya ada  di sini. (http://www.kompasiana.com/nelvianti/kutebar-inspirasi-lewat-tulisan_54f3cf12745513792b6c7f9e). Melihat hal ini saya semakin tertantang. Rasa penasaran saya tumbuh. Rasa penasaran untuk menulis lebih baik. Di Kompasiana saya lihat banyak terdapat orang-orang hebat. Inilah yang membuat saya selalu ‘terikat’ dengan Kompasiana. Keinginan untuk belajar dari mereka yang tulisannya luar biasa menurut saya dan keinginan untuk menulis lebih baik, ikut andil menebar hal positif dan mereduksi hal negatif.

 Lalu lebih jauh dan lebih lama saya menggunakan Kompasiana (sampai sekarang terhitung lebih kurang lima tahun), banyak hal yang saya dapatkan, walaupun jujur saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya. Namun saya selalu tau perubahan dan terobasan baru yang dilakukan Kompasiana. Seperti keputusan Kompasiana mengusung tema baru kali ini yaitu, Beyond Blogging.

Keputusan Kompasiana untuk mengusung tema baru, beyond bloggingadalah keputusan yang tepat menurut saya. Pasalnya di era keterbukaan ini, blog bukanlah sesuatu yang baru. Berbagai platform blog terus bermunculan dan Kompasiana dituntut untuk mempertahankan eksistensinya. Terkait visi dan misi Kompasiana untuk menjadi platform blog terbesar di Asia, bahkan dunia. Kompasiana memang harus melakukan terobosan baru seiring dengan perkebangan zaman.

Lalu apa yang harus dilakukan Kompasiana? Mungkin bukan hal yang terlalu sulit bagi Kompasiana, mengingat nama Kompasiana sudah ada di hati [hampir seluruh] masyarakat Indonesia.

Saya mengamati berbagai platform blog baru, mereka mempunyai cara tersendiri untuk menarik perhatian masyarakat, sebut saja Siperubahan.com yang memakai sistem poin untuk setiap penggunanya yang berhasil menerbitkan tulisan di blog tersebut. Poin ini akan terus bertambah seiring seringnya pemilik akun memposting tulisannya di blog tersebut. Dan poin ini nantinya bisa ditukarkan dengan sejumlah nominal rupiah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun