Mohon tunggu...
Negeri Dagelan
Negeri Dagelan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tren Baru Politik "Zaman Now"

7 Januari 2018   17:53 Diperbarui: 8 Januari 2018   04:38 2333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 2018 merupakan tahun politik dimana akan bermunculan berbagai gagasan dan tentunya akan memunculkan tren politik baru demokrasi indonesia kedepan. Hal tersebut dilatar belakangi dengan agenda besar politik yakni pilkada serentak sekaligus pemanasan menuju pilpres pada 2019. Partai politik sudah mulai menjual berbagai gagasan dan opini sekaligus dengan para calon legislatif yang nantinya akan maju pada 2019. Tren anak muda kedepan nampaknya akan menjadi isu yang cukup kental, mengingat peran social media cukup kental dalam mengiring opini dan gagasan politik.

Munculnya Tsamara Amany pada kancah dunia politik tahun 2017 lalu, menjadi sebuah signal, ke depan Indonesia akan dihadapkan pada sebuah fenomena baru mengenai pandangan sekaligus peran anak muda dalam kancah dunia politik. Tsamara Amany yang sempat menjadi viral karena perdebatan serunya dengan Fahri Hamzah beberapa saat lalu seolah membuka peluang untuk generasi muda dapat tampil dalam dunia politik praktis. 

Hadirnya Tsamara Amany dari PSI (Partai Solidaritas Indonesia) muncul menjadi sosok pemuda yang seolah mewakilkan suara anak-anak muda saat ini. Tsamara dikenal karena keberaniannya menyuarakan isu-isu politik Tanah Air. Secara garis besar Tsamara menjadi icon PSI dan seolah mampu membawa suara anak muda.

PSI menjadi salah satu partai yang akan mewarnai pesta demokrasi pada pemilu 2019, dengan selogan Terbuka, Progresif, Itu Kita!, menjadi tagline yang cukup humanis sekaligus mengambarkan partai yang berisikan anak muda. Jika dilihat selama ini PSI seolah mampu menjawab kegelisahan sekaligus sebagai wadah anak muda yang ingin berekspresi dalam bidang politik dengan gagasan yang sederhana tidak kaku dan mampu menampilkan sosok-sosok muda. 

Ini menjadi sebuah titik balik bagi politik indonesia mengingat posisi anak muda selama ini hanya menjadi pendukung dari gagasan yang dimilikinya kemudian tidak diberikan peran yang cukup signifikan dalam pengambilan keputusan. Alhasil banyak anak-anak muda potensial dengan latar belakang aktifis akhirnya gerakannya terhenti dan kemudian menjadi apatis.

Jika melihat fenomena peran pemuda dalam politik sebenarnya itu sudah menjadi keharusan. Melihat sejarah indonesia sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan semua gerakan yang dibuat para pahlawan dimotori oleh para pemuda, sebut saja Dr Soetomo, HOS Tjokroaminoto dan Ir. Soekarno, mereka adalah pemuda di zamannya yang mampu memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam melawan kolonialisme penjajah saat itu. 

Kemudian jika bergeser ke era setelah nya nama-nama seperti Akbar Tanjung dan Hariman Siregar menjadi tokoh gerakan mahasiswa yang melawan orde baru saat itu. Selanjutnya perjuangan di lanjutkan oleh tokoh-tokoh nasional saat ini seperti Budiman Sujadmiko, Fahri Hamzah dan yang lainnya dalam pristiwa reformasi 98. Semua gerakan yang mengawali perubahan indonesia diawali oleh para pemuda.

Sayangnya tren yang saat ini muncul nampaknya mulai bergeser. Kampus yang tanya menjadi sarang bagi para aktivis nampaknya sudah mulai dilemahkan perannya. Padahal berawal dari 1908 sampai 1998 gerakan mahasiswa dan pemuda seluruhnya berasal dari kampus. Hal ini menjadi cukup ironi jika kampus tidak mampu lagi berperan sebagaimana mestinya. 

Cukup berbahaya bagi indonesia kedepan jika generasi kampus menjadi generasi apatis kemudian digantikan oleh orang-orang yang berperan dikampus saja tidak, lalu lompat menjadi kedalam politik praktis . Hal ini cukup membahayakan terhadap kebijakan-kebjakan yang akan diambil kedepan, pasalnya ada sebuah ruang kosong pasca 98 dimana momentum nasional tidak mampu lagi diciptakan dan hasilnya adalah lahirlah generasi normatif.

Hal ini tentunya menjadi evaluasi besar bagi seluruh gerakan mahasiswa yang berperan, pasalnya jika gerakan masiswa tidak mampu menjadi lumbung kader calon pemimpin bangsa, lalu siapa mereka yang seketika muncul akibat era keterbukaan informasi. Pasalnya gerakan mahasiswa mengajarkan bagaimana seorang aktivis bersetuhan dengan berbagai aktifitas sosial mulai dari diskusi, turun ke kampung-kampung nelayan, berdialog dengan buruh dan tani. 

Dari gemblengan dilapangan itulah akhirnya muncul sebuah gagasan real yang kemudian kedepan dapat diimplementasikan kedalam sebuah kebijakan. Meskipun jika kita melihat banyak faktor yang berbicara ketika sudah berada pada tataran politik praktis, namun secara mendasar peran gerakan mahasiswa dan lembaga ekstra kampus seharusnya mampu membaca gerakan politik kedepan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun