Mohon tunggu...
Fakhrunas Jabbar
Fakhrunas Jabbar Mohon Tunggu... Dosen - Penulis/ Sastrawan

Fakhrunnas MA Jabbar adalah sastrawan, dosen dan wartawan, tinggal di Pekanbaru Riau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

HPI Riau Berskala ASEAN dan Akrab Lingkungan

17 Agustus 2017   04:06 Diperbarui: 17 Agustus 2017   04:42 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PERAYAAN Hari Puisi Indonesia (HPI) dari tahun ke tahun kian semarak. Bagai sebuah nada yang didentingkan dari kota ke kota. Saling bersahutan dalam irama yang panjang dan bergema. Meski pun puncak perayaan HPI tersebut sebagaimana tradisi di tahun-tahun sebelumnya bakal digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta bulan Oktober mendatang.

Tanah Melayu Riau boleh jadi patut selalu dikenang. Sebab, Deklarasi HPI  tahun 2012 silam dipancangkan di Gedung Anjungan Teater Idrus Tintin, Pekanbaru. Salah satu penggagasnya yang tunak menghimpun banyak penyair tak lain penyair Rida K. Liamsi. Pembacaan naskah deklarasi HPI tersebut langsung dilakukan oleh Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri yang dikawal oleh  40 penyair Indonesia dari Sabang hingga Merauke.  memang menjadi tonggak penting dalam mengagungkan puisi di negeri ini.

Tentu saja, deklarasi itu diharapkan terus bergulir ke ranah politis agar suatu saat nanti dapat dikukuhkan oleh pemerintah sebagai Hari Besar Nasional. Gerakan simultan para penyair di berbagai kota di Indonesia diharapkan menjadi sebuah realitas bagaimana puisi Indonesia benar-benar menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Oleh sebab itu, perlu diakui sebagai salah satu hari besar yang dapat diapresiasi oleh seluruh rakyat sebagai wadah memperhalus akal budi yang dapat meninggikan nilai-nilai peradaban.

Memang, tak mudah mudah memperjuangkan secara politis atau meyakinkan pihak pemerintah mewujudkan impian ribuan penyair di negeri ini untuk mengukuhkan tanggal 26 Juli sebagai HPI. Harapan itu sebenarnya terasa kian mendekat. Sebab ketika perayaan puncak  HPI  di Graha Bakti Budaya TIM, Jakarta, 12 Oktober tahun lalu, panitia penyelenggara berhasil mendatangkan Wapres Jusuf Kalla (JK) yang juga  ikut baca puisi.

JK pula yang didaulat menyerahkan hadiah Sayembara Buku Puisi tahun 2016.  Bersamaan dengan itu, Menteri Agama, Lukman Hakim Syaifuddin yang turut baca puisi sempat sesumbar, tidak mustahil kelak para penyair Indonesia baca puisi di Istana Negara. Pernyataan Lukman Hakim dapat dipandang sebagai upaya nyata mendekatkan harapan para penyair pada realitas yang didambakan.

Perayaan HPI yang Sukses.

 

Perayaan HPI di Tanah Melayu Riau tahun ini digelar sejak 3 -- 6 Agustus 2017 yang berpindah kota mulai dari Pekanbaru,  Siak Sriindrapura  dan penutupannya di desa wisata budaya, Buluhcina, Kampar. Perayaan HPI yang sukses ini diselenggarakan oleh Komunitas Rumah Sunting pimpinan penyair perempuan, Kunni Masrohanti.

Bukti kesuksesan Kunni, meskipun HPI ini sebenarnya hanya di tingkat Provinsi Riau namun para sejumlah 137 penyair yang hadir tidak hanya berdatangan dari kota-kota di Indonesia melainkan juga sejumlah negara Asean yakni Malaysia, Singapura dan Vietnam. Bahkan Presdien Penyair Sutardji Calzoum Bachri begitu tunak dan betah mengikuti setiap rangkaian acara yang bernuansa desa dan alam. Setidak-tidaknya diperlukan lima bus besar dan sejumlah mobil kecil membawa para peserta dari Pekanbaru menuju Siak dan Buluhcina serta kembali ke Pekanbaru.

Selain Sutardji, ratusan penyair Indonesia lintas angkatan begitu bersemangat terlibat dalam setiap kegiatan yang sudah dirancang. Di antara  penyair yang hadir adalah Syarifuddin Arifin, Hermawan AN, Iyut Fitra, Muhammad Syubhan yang membawa 20 orang rombongan dari Sumbar, Damiri Mahmud, Nevatuhela (Medan) Ariany Arinamurti, Edrida Pulungan (Jakarta), Filesky (Surabaya), Ratna Ayu Budhiarti (Garut), dan masih banyak lagi.

Para penyair dari negeri serumpun diwakili oleh sastrawan perempuan Rohani Din dari Singapura, Noorazimah Abu Bakar, Aya Rohaya dan beberapa nama lagi dari Malaysia serta Nik Mansour jauh-jauh datang dari Vietnam yang membawa suasana Campa masa lalu yang masih berkiat-kelindan dengan budaya Melayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun