Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Palestina: Tanah Manusia

23 Juli 2017   06:09 Diperbarui: 23 Juli 2017   08:24 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada banyak bangsa yang berperang bukan hendak keluar sebagai pemenang. Mereka turun ke medan-perang dan gugur berkeping-keping ada sesuatu yang dibela, sesuatu yang lebih berharga dari pada hanya mati, hidup, kalah-menang. (Pramoedya, Bumi Manusia)

Itulah bangsa Palestina. Dijajah tanpa ampun. Tanpa pembelaan. Tanah mereka bahkan dipersempit wilayahnya. Hanya karena Al Quds, mereka pertahankan.

Perjalanan konflik Palestina-Israel, tak bisa lagi kita ungkapkan korbannya. Pernah diboikot, ditembaki sampai ke tempat-tempat ibadah. Apakah ini bukan salah alamat yang dilakukan oleh Israel?

Palestina adalah negeri merdeka. Pram bilang benar, mereka berperang bukan untuk menang, walau mati berkeping-keping, karena Al Aqsa.

Al Aqsa tanah anbiya. Pergulatan darah dan airmata bak hujan tak pernah berhenti di gurun pasir. Pepasirnya hanya menjadi debu penyaksiaan terkuburnya jasad para anak-anak, wanita, laki yang tak tau ujung pangkal permasalahan.

Sempit ini dada. Melihat kebrutalan Israel. Maka, "Tak perlu  menjadi muslim untuk membela Palestina. Cukup kau menjadi manusia" ( Recep Tayyib Erdogan)

Palestina adalah tanah manusia. Tanah manusia yang mengubur milyaran liter darah syuhada. Kita, Indonesia sempat juga mengalami hal serupa. 350 tahun dijajah Belanda, 2,5 tahun dibodohi Jepang. Kuruslah sumber daya alam kita hingga kini.

Sekarang Indonesia bebas merdeka. Tak seperti Palestina. Setiap hari ada yang meratap. Bayi-bayi mati dalam kandung ibunya, karena bidan-bidan juga telah terkafani disana.

Palestina tanah manusia. Disana hidup beragam etnis. Cahaya mesiu mengganti rembulan ketika malam. Siangnya tak ada matahari. Hari-hari mereka gelap.

Palestina tanah kami. Tanah para manusia punya hati. Tak ada kedzaliman selain kita berjuang melawannya. Melawan bukan berarti tertawan. Bangsa Palestina telah memberikan contoh terbaik bagi dunia. Tentang makna perjuangan.

Jutaan warganya rela bela bangsanya. Bela dan pertahankan milik umat, Al Aqsa. Lalu kemanakah pembelaan kita padanya?

"Kau terpelajar, cobalah bersetia pada katahati". (Pram, Bumi Manusia)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun