Mohon tunggu...
Fahmi Namakule
Fahmi Namakule Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berakit-rakit ke Tepian

10 Agustus 2017   02:32 Diperbarui: 10 Agustus 2017   04:53 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Nadif Wailissa

Dewasa ini, hampir semua pejabat negara telah termakan doktrin "berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian"

Padahal ketika kita tengok para tokoh dan pejuang revolusi-revolusi besar tak ada satu diantara mereka yang sakit-sakit dahulu dan bersenang-senang kemudian. Tidak ada, hampir semua diantara mereka menderita karena memikir tentang kesenangan dan kesehjateraan rakyatnya sampai kemudian hari (kematiannya).

Klaim pemimpin yang ditafsirkan oleh Haji Agus Salim seorang tokoh yang sangat ditentukan dalam sarekat islam (SI) juga seorang mentor hebat para aktivis Jong Islamieted Bond (JIB) dimasanya. Beliau menyatakan dengan penuh kesadaran bahwa "memimpin itu adalah jalannya menderita".

Lihatlah, mereka yang hidupnya selalu dihantui rasa ihktiar dari tiap gangguan yang akan ditimpahnya. Bahka harus siap bertarung nyawa. Terlalu banyak kisah tragis yang menimpah para pemimpin besar. Ada yang lolos dari kejaran nyawa bahkan ada yang tragis nasibnya berujung kematian.

Nabi Muhammad SAW misalnya yang bertubi-tubi terperangkap dalam misi pembunuhan, Soekarno, Sudirman yang juga lolos, Napoleobonaparte juga pernah selamat dari upaya pembunuhan dimana bom yang diletakan dikereta kudanya, Lenin, Adolf Hitler juga beberapa kali selamat, Fidel Castro,  Charles Degaule, Yohanes Paulus Ii, Franklin D Roosevelt juga sama, dan lain-lain. Tapi ada juga yang bernasib naas. tewas dari belati, senapan dan lain-lain lihat Hamza yang terbunuh dan dimakan jantungnya, Jhon F Kennedi disniper lawannya, Abraham Lincoult terbunuh disebuah gedung teater, anwar sadad pun ditembak dikegiatan parade, Mahad Magandi juga tewas terbunuh, Anna Lindh juga tertembak dan lain-lain.

Semua yang meyakini perjuangan semata-mata untuk rakyatnya, penuh cinta akan pengikutnya mereka adalah orang-orang yang telah dan selalu siap dalam setiap kemungkinan yang paling buruk sekalipun. Bukan siap untuk menerima kemewahan, siap untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara menindas rakyatnya.

Maka pepata berakit-rakit kehulu bersenang-senang ketepian inilah yang daamalkan oleh pemimpin-pemimpin kita saat ini. Hasilnya mereka hidup dalam kemewahan, memiliki investasi dimana-mana, rela menciptakan konspirasi dan korbannya bukan dirinya tapi rakyatnya sendiri adalah taruhannya.

Sesungguhnya jika kita mengambil makna para pejuang terdahulu maka kita tidak ada dalam kamus bagi pemimpinitu "bersenang-senang kemudian". Maka pemimpin itu "bersakit-sakit kemudian" biarlah yang bersenang-senang adalah rakyatnya, anak buahny, pengikutnya, umatnya, orang yang dipimpinnya. Artinya setiap menit, setiap waktu selama jaman berputar dengan kebutuhan jaman yang kian pesat sekuat itulah penderitaan pemimpin baik dalam berpikir dan bertindak. Maka pemimpin itu harus berakit-rakit sampai ketepian, bukan hanya sampai kehulu saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun