Mohon tunggu...
Najmie Zulfikar
Najmie Zulfikar Mohon Tunggu... Administrasi - Putra : Hamas-ruchan

Pe[ngen]nulis | Konten Kreator YouTube | Channel : James Kalica

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sabtu, Saatnya Bersatu

16 Juli 2019   06:03 Diperbarui: 16 Juli 2019   06:34 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Tribun news


Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta menjadi saksi pertemuan antara dua tokoh negarawan Joko Widodo dan Prabowo Subiyanto. Pertemuan ini terbilang cukup mengejutkan. Rakyat tak pernah menyangka pertemuan kedua tokoh bakal diawali di gerbong si ular besi modern yang menjadi ikon transportasi kekinian kebanggaan Indonesia.

Prabowo beserta rombongan partai datang lebih dahulu di Stasiun Lebak Bulus disambut oleh kepala BIN, Jendral (Purn) Budi Gunawan. Sementara di kubu Jokowi terlihat Menteri Sekretaris Negara, Pramono Anung, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi  dan juga ketua TKN, Erick Thohir yang juga turut mendampingi. Kedua tokoh bertemu dan mengenakan baju berwarna putih yang bernuansa santai.

Dalam pertemuannya, Prabowo juga menyampaikan ucapan selamat kepada Jokowi yang telah terpilih menjadi Presiden periode 2019-2024. Selain itu disampaikan pula bahwa dirinya siap membantu pemerintah jika dibutuhkan untuk membangun bangsa.

Pertemuan pun dilanjutkan dengan menaiki MRT menuju Stasiun Senayan. Jokowi dan Prabowo yang duduk berdua terlihat harmonis dan tak ada rasa sedikit canggung sama sekali. Keduanya saling bercengkerama hingga tiba di pemberhentian stasiun Senanyan.

Jokowi mengajak Prabowo ke sebuah pusat perbelanjaan di Jl. FX Sudirman untuk menikmati santap siang di sebuah restoran. Dalam pantauan layar televisi, para pengunjung mall terlihat takjub akan kedatangan dua tokoh tersebut. Pasalnya pertemuan ini sudah dinantikan banyak pihak setelah kontestasi pilpres.

Perhelatan pesta demokrasi Pilpres memang menyita banyak waktu dan menguras energi. Pertarungan tidak hanya terjadi pada kedua pasang calon saja. Namun juga menjalar hingga ke bawah akar rumput (grass root). Sebutan kata "cebong-kampret" mengindikasikan terjadinya polarisasi diantara kedua pendukung.

Ibarat api, kondisinya sudah menjalar kemana-mana. Dan membakar siapa saja. Tak sembarang orang bisa memadamkannya. Kejadian ini salah diartikan banyak orang sehingga terperosok apa itu yang disebut dengan "Beda Pilihan". Berbeda dianggap sebagai musuh. Dan yang sama sudah tentu kolega.

Patut dicermati bangsa ini dibangun atas berbagai elemen-elemen energi yang berbeda. Adanya orang Batak beragama Kristen, orang Jawa beragama Islam dan orang Bali bergama Hindhu merupakan komponen elemen yang dimaksud. Mereka secara wilayah memang terpisah. Namun keberadaanya terpatri dalam satu kesatuan bangsa yaitu Indonesia.

Istilah beda pilihan semestinya bukan pemantik untuk perpecahan. Namun berbeda pilihan merupakan sebuah keharusan yang saling melengkapi satu sama lain. Dunia terasa indah karena ada perbedaan. Langit tercipta karena ada bumi. Begitu pula siang, tercipta untuk melengkapi malam. Perbedaan hadir untuk melengkapi proses perjalanan dunia.

Jika beda pilihan dalam kontestasi pilpres sudah membuat polarisasi kedua kubu memanas? Ingat, perbedaan jangan ditafsirkan secara berlebihan. Perbedaan dalam pandangan politik adalah keindahan dalam proses demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun