Mohon tunggu...
Najib Yusuf
Najib Yusuf Mohon Tunggu... -

Founder Jetschool

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Problematika Mahasiswa dari masa-kemasa

7 Agustus 2010   13:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:14 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Problematika Mahasiswa dari masa ke masa

Mahasiswa sejak kelahirannya sebagai salah satu kelas manusia terdidik di negeri ini memiliki peran yang signifikan dalam melaksanakan perubahan Indonesia dari masa ke masa. Dalam catatan sejarah pergerakan Mahasiswa Indonesia memeliki prestasi yang gemilang, dapat dikatakan Mahasiswa merupakan thing tank perjuangan Indonesia yang sudah terorganisasikan secara modern, serta bermuatan intelektual. Sehingga dalam melakukan agenda-agenda perjuangan dapat dilakukan secara efektif, dan konstruktif

Kegemilangan pemuda yang paling momumental salah satunya terjadi ketika pemuda Indonesia melakukan tindakan pengamanan Soekarno ke Rengasdengklok yang selanjutnya agar Soekarno menyegerakan pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia selain membentengi Soekarno dari intervensi colonial maupun pengaruh komunis.

Paska kemerdekaan, organisasi Mahasiswa tumbuh subur. Pada masa itu organisasi mahasiswa kebanyak memiliki afiliasi dengan partai politik, berdasarkan ideologi yang menjadi kredo perjuangannya, sebut saja HMI (Himpunan Mahasiwa Islam) yang kala itu berafiliasi dengan masyumi, PMKRI (Persatuan Mahasiswa Khatolik RI) dengan Partai Khatolik, Gerakan Mahasiwa Nasional Indonesia dengan PNI, PMII (Pergerakan Mahsiswa Islam Indonesia) dengan Partai N, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, dan yang terakhir Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMNI) dengan PKI. Kedekatan-kedekatan yang terbangun sebenarnya tidak tertulis dalam aturan main organisasi masing-masing, tetapi antara organisasi tersebut dengan ideologi yang di usung partai memiliki kedekatan. Sehingga antar anggotanya juga memiliki kedekatan emosianal yang menyebabkan banyak alumni dari organisasi tersebut menjadi kader partai yang berafiliasi dengannya

Ideologi komunis yang diusung oleh PKI dan CGMNI paska Pemilu 1955 melakukan konfrontasi kepada partai dan organisasi Mahasiswa lain, terutama perseturuan sengit antara HMI dengan CGMNI.Mahasiswa Indonesia memandang bahwa Komunis sebenarnya ingin mengubah dasar negara yang sudah terpancang oleh pendiri bangsa ini menjadi sosialis. Konfrontasi ini di respon oleh mahasiswa Indonesia dengan membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada tanggal 25 Oktober 1966 yang merupakan gabungan dari beberapa elemen mahasiswa yang ada untuk melakukan perlawanan terhadap PKI maupun CGMNI. Kali ini pun mahasiswa Indonesia mendapatkan prestasi yang gemilang dalam membersihkan ibu pertiwi dari pengaruh Partai komunis Indonesia.

Era selanjutnya babak dimana mahasiwa mampu menumbangkan Soeharto sebagai presiden Indonesia yang telah membangun dinasti, serta terkenal menumbuhkan semangan KKN di Indonesia. Klimaks perjuagannya pun terlihat dramatis, dimana mahasiswa berbondong-bondong menduduki kedung kura-kura DPR RI. Dimulai dari situ, mahasiswa membuka lembar baru bangsa ini menjadi bangsa yang demokratis akibat reformasi yang bergulir begitu derasnya.

Paska reformasi sampai saat ini, banyak sudah yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia, tetapihanya berorientasi pada kepentingan organisasinya. Perjuangan-perjuangan ideologis nampaknya sudah tidak diminati lagi oleh masyarakat kita. Hal ini berakibat pada lemahnya dukungan masyarakat pada aksi-aksi yang dilakukan oleh mahasiswa, bahkan aksi-aksi mahasiswa di jalan mendapat kecaman keras dari masyarakat karena menyebabkan macet, dsb. Minat mahasiswa pada masalah-masalah kemasyarakatan mulai menurun, aksi-aksi demonstrasi hanya melibatkan kalangan elit kampus yang berjumlah puluan orang.

Dari Ideologis ke Professional

Terlihat pada masa-masa sebelumnya mahasiswa memiliki apa yang disebut dengan “common enemy”. Dimulai dari Kolonialisme fisik, Komunis, hingga rezim Soeharto, sehingga arah pergerakannya menjadi jelas dan terarah. Sebenarnya dalam perjuangan masa itu simbol-simbol organisasi mampu di lebur oleh keinginan luhur mahasiswa untuk membangun bangsanya, semuanya memiliki misi yang sama dengan warna yang berbeda. Pada masa kini sebuah pertanyaan besar bagi mahasiswa Indonesia? Siapa “musuh” kita? Mau di bawa kemana reformasi ini?

Pada tiap-tiap organisasi tentu punya catatan sejarah manis tentang kegemilangan mahasiswa kala itu yang membuatnya dipelajari dengan bangga pada tiap-tiap pelatihan-pelatihan kepemimpinan, sehingga banyak yang menjadikannya sumber inspirasi dalam berjuang. Bahkan tidak sedikit yang menghidupkan simbol-simbol perjuangan kala itu.

Globalisasi menghilangkan sekat-sekat ideologi di dunia ini, dunia yang baru adalah dunia kompetensi yang membutuhkan kualitas sumber daya manusia yang unggul. Karena persaingan global sudah tidak menyentuh masalah ideology, China misalnya sebuah negara komunis tetapi menggunakan sistem perekonomian kapitalis dan banyak contoh yang lain

Untuk mengisi reformasi ini, mahasiswa harus berkonsentrasi untuk melaksanakan riset, kajian ilmiah, dan hal-hal lain yang dibutuhkan oleh masyarakat kita saat ini. Masyarakat saat ini menantikan produk-produk mahasiswa yang mampu dirasakan langsung oleh mereka. Masalah pengagguran, Transportasi, Pangan, Pengelolaan SDA, Tata Kota, Teknologi Informasi, Pemerataan Pembangunan semua itu membutuhkan hasil karya mahasiswa Indonesia, karena siapa lagi yang diharapkan, bukankah mahasiswa adalah manusia Indonesia yang beruntung mampu melanjutkan hingga perguruan tinggi. Disinilah perjuangan mahasiswa saat ini, perjuangan yang lebih rumit tetapi mulia.

Behenti Berpolitik Praktis

Banyak diantara kita yang menjadi “antek-antek” partai politik bahkan alat kekuasaan. Banyak pergerakan organisasi mahasiswa berorientasi politik, sehingga sering ikut larut dalam pesta-pesta politik. Bukan berarti politik itu di larang, Fungsi mahasiswa sebagai Sosial Control harus tetap di jalankan tetapi Mahasiswa bukan Agent Politik. Mahasiswa adalah Insan akademis, pencipta, pengabdi bagi masyarakat. Tugas mahasiswa mengamankan ideologi negara bisa lebih di kendurkan, karena tidak seperti masa itu. Tentara Nasional Indonesia saat ini sudah berperan dengan baik. Mahasiswa dibutuhkan jika terjadi kekacauan sistem nasional, atau terjadi sumbat-sumbat kemajuan. Disitulah mahasiswa bertugas mendobrak sumbat-sumbat itu. Tetapi jika keadaannya aman lancar, mahasiswa mesti kembali kepada tugas utama sebagai Mahasiswa bukan sebagai kader politik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun