Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Mengapa Resolusi Tahun Baru Gagal?

31 Desember 2015   01:16 Diperbarui: 28 Desember 2016   15:06 1334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ide tulisan ini muncul setelah wawancara on air dengan Prima Radio malam tadi. Mereka minta saya membahas tentang Resolusi Tahun 2016. Umumnya resolusi dibuat dengan tujuan memperbaiki kualitas dan taraf kehidupan. Sayangnya tidak semua resolusi itu berhasil.

Cara jitu membuat resolusi berhasil adalah : jangan pernah membuat resolusi! Maka Anda tidak akan pernah gagal.. Ya khan? :D

Serius nih, saya tadi tidak bilang seperti itu kok. Bisa kena omelan penyiarnya..haha... So, back to the laptop..

Mengapa Membuat Resolusi?

Seperti yang saya sebutkan di awal, orang ingin memperbaiki kualitas dan taraf hidupnya. Momen awal tahun mencerminkan lembaran baru dalam hidup. Peningkatan dalam aspek keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial dan sebagainya. Menjadi lebih baik dari sebelumnya adalah panggilan hakiki dari kodrat manusiawi kita. Bahkan perintah menjadi lebih baik dan bermanfaat terdapat pula dalam ayat-ayat Kitab Suci.

Alasan lainnya adalah mengejar momen akhir tahun.. 'Masa semua orang bikin resolusi, saya nggak? Apa kata dunia?'

Mengapa Resolusi Gagal?

Membuat resolusi dalam keadaan euforia menjelang akhir tahun merupakan salah satu penyumbang kegagalan utama. Terpengaruh oleh situasi, misalnya baru putus dengan pacar, lalu membuat resolusi 'tak lagi jomblo tahun depan'. Tiga bulan berlalu, dan resolusi tidak tercapai. Hasilnya frustrasi.

Berikut ini beberapa penyebab gagalnya resolusi :

1. Kurang realistis, baik mencakup aspek diri sendiri, sumberdaya yang ada, lingkungan sekitar dan juga target perubahan yang ingin dicapai. Ini kata psikolog rekan saya. Mungkin yang paling sulit adalah melihat diri sendiri lebih objektif. Jauh lebih mudah membandingkan orang lain tanpa melihat kemampuan diri. Kesulitan kedua adalah kurang mampu realistis terhadap target perubahan. Dorongan emosional membuat target yang disebabkan peristiwa negatif jauh lebih sulit untuk direalisasikan karena berangkat dari titik awal yang kurang tepat. Contoh lain : ingin membuka cabang usaha sebanyak 100 gerai dalam 12 bulan, tapi saat ini belum punya cabang satu pun.

Akibat tidak realistis
Akibat tidak realistis
2. Target perubahan yang dicanangkan bukan yang dibutuhkan, tapi diinginkan. Hanya diangankan saja. Artinya bila target tidak tercapai, ya tidak masalah. Lebih parah lagi kalau perubahan yang ditulis karena mengikuti orang lain. Kalau target itu bukan sesuatu yang sangat penting, maka akan sangat mudah dilupakan. Misalnya ingin menurunkan berat badan 10 kg dalam satu bulan agar mendapat pujian dari pasangan. Ternyata pasangannya bilang, "Kamu tetap cantik kok tanpa diet!". Langsung buyar deh rencana dietnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun