Mohon tunggu...
Nadya Nadine
Nadya Nadine Mohon Tunggu... Lainnya - Cepernis yang suka psikologi

Lahir di Banyuwangi, besar di ibu kota Jakarta, merambah dunia untuk mencari sesuap nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kota Mati

17 Januari 2020   10:30 Diperbarui: 17 Januari 2020   10:35 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: Flickr.com/stjonapo)

aku terdampar di kota mati hanya reruntuhan kehidupan yang kujumpai tak ada rerumputan
tak ada perdu
tak ada belukar
pepohonan tumbang
dengan ranting dan dedaunan kering bergelimpangan
mengerang kesakitan

aku terdampar di kota mati,
hanya kehancuran kehidupan yang kudapati
tak ada parit
tak ada sungai
tak ada muara
lautnya mati
hanya menyisakan pasir kering
berlumur garam asin

aku terdampar di kota mati,
hanya keping-keping dan serpihan-serpihan kehidupan yang kususuri
tak ada kebun tak ada ladang
tak ada hutan tak ada pegunungan
tak ada gubuk tak ada rumah-rumah
apalagi menara dalam megahnya istana
tanahnya yang kerontang tak hanya retak
kini terbelah-belah

aku terdampar di kota mati,
yang ternyata
adalah makamku sendiri

(Denpasar-Bali, Sabtu 20 Desember 2008. 1001 Puisi Nadya Nadine).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun