Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Berbelanja Dapat Menjadi Berbahaya

24 November 2017   01:40 Diperbarui: 24 November 2017   02:54 1302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia selalu melakukan inovasi dalam upaya memenuhi kebutuhannya. Inovasi yang dilakukan selain memberikan dampak positif juga memberikan dampak negatif. Plastik merupakan salah satu inovasi yang dilakukan manusia yang memberikan banyak manfaat mulai dari bahan utama dalam pembuatan kemasan makanan, mainan anak, hingga perabotan rumah tangga. 

Salah satu kegunaan plastik yang sering kita jumpai adalah sebagai tas belanja. Perusahaan besar hingga retail menggunakan tas plastik sebagai alat untuk membawa barang belanjaan konsumen. Pada penelitian yang dilakukan Earth Policy Institute lebih dari 1 triliun tas plastik digunakan setiap tahun di seluruh dunia.Diperkirakan 2 juta tas plastik digunakan setiap menit di seluruh dunia (Fauziah,2016).

Indonesia seperti yang diketahui merupakan negara yang masih berkembang, memerlukan banyak kerja keras karena masih banyak permasalahan yang belum terselesaikan. Indonesia merupakan negara yang begitu luas dari Sabang sampai Merauke, dari beragam budaya yang dianut di berbagai daerah sampai kebiasaan warganya yang sulit berubah karena belum adanya peraturan atau penanggulangan yang jelas mengenai hal tersebut. 

Hal yang sederhana seperti membuang sampah, kebiasaan warga adalah menggunakan plastik sebagai tempat atau bahan pengumpulan sampah karena sampah akan terbuang tidak merembes kemana-mana. Setiap kegiatan masing-masing individu ini pasti memengaruhi lingkungan,dari mulai lingkungan kota hingga provinsi dan negara. akhirnya perbuatan yang dilakukan perindividu berdampak pada dunia.

Salah satu isu terbesar yang ada di negara berkembang yang salah satunya adalah negara kita Indonesia yang terdiri dari 249,9 juta penduduk adalah sampah plastik (2013). Plastik merupakan salah satu bahan yang sangat sulit terurai, karena itu sampah plastik menjadi menumpuk dan menyebabkan pencemaran lingkungan. Bagaimana hal ini dapat ditanggulangi? Jawabannya tentu dengan mengurangi penggunaan plastik. 

Hal tersebut terlihat mudah, tetapi dalam kehidupan sehari hari kita sulit untuk tidak menggunakan plastik, karena kita telah terbiasa menggunakan plastik sebagai tas belanja, bungkus makanan, dan tempat sampah. Jenis plastik  ada 2 yaitu yang mudah terurai dan yang sulit terurai, plastik yang mudah terurai bahannya sangat tipis dan mudah sobek maka tidak dapat digunakan untuk pemakaian yang berlanjut. Banyak masyarakat yang menggunakan plastik sebagai tempat sampah, hal ini yang membuat banyak orang menggunakan tas plastik saat berbelanja agar nantinya plastik tersebut akan digunakan untuk membuang sampah di rumah.

Tas plastik yang memiliki sifat tahan air, ringan, dan kuat ternyata memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan. Bahan plastik yang kuat membuat plastik sulit terurai. Dibutuhkan waktu 20 tahun lebih untuk menguraikan sampah plastik dan butuh waktu lebih dari 500 tahun untuk menguraikan plastik jika keadaan lingkungan yang kurang baik. Tingkat dekomposisi yang sangat lambat membuat sampah plastik mengambang di laut selama bertahun-tahun. 

Menurut Algalita Marine Research Foundation tas plastik menjadi penyebab kematian banyak hewan laut seperti penyu dan ikan, karena hewan mengira plastik adalah makanan. Plastik yang telah terdekomposisi pun masih memberikan dampak negatif karena bahan-bahan plastik terpecah menjadi fragmen yang lebih kecil dan menyebarkan racun. Racun ini kemudian dapat mencemari tanah, air, dan saluran pencernaan hewan yang tidak sengaja memakannya. (Rosandrani,2016).

Penggunaan plastik di Indonesia masih terbilang tinggi dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan, Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik terbesar ke dua dunia. Berdasarkan data dari Jambeck Indonesia menduduki peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut dengan jumlah 187,2 juta ton (Rosandrani,2016). 

Begitupula dengan sampah yang ditemukan dalam laut lepas dan pesisiran pantai-pantai merupakan hasil dari sampah yang terkumpul dari berbagai negara terlebih negara yang berkembang yang belum memiliki cara dan proses penanggulangan daur ulang plastik yang sempurna ditambah dengan kesadaran warganya tentang bahaya penggunaan plastik yang masih sangat minim. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa persoalan sampah di Indonesia sudah meresahkan. Data dari KLHK menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun mencapai 10,95 juta lembar atau setara dengan luasan 65,7 hektare tas plastik yang setara dengan 60 kali luas lapangan sepak bola (Wahyuni,2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun