Mohon tunggu...
Mutiaraku
Mutiaraku Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Meraih mimpi bersamamu......

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tangisan Jiwa

14 Mei 2013   15:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:35 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dunia ini kian renta

Penghuninya makin tak beradab

Moral bukan lagi jadi yang utama

Laki-laki tak menghargai wanita

Wanita tak lagi hormat pada pria

Penyuapan, perampokan terjadi di depan mata

Perzinahan jadi tontonan yang biasa

Apa entah harus dikata

Dunia ini kian renta

Manusia makan sesamanya

Apalah hewan dan pepohonan

Dikurung, dijual dengan leluasa

Dibabat habis dan dibakar dengan serakahnya

Tak peduli bumi yang berteriak

Menyaksikan kekurangajaran manusia

Dunia kini di ujung senja

Para wakil rakyat yang mestinya bersuara

Tentang nurani rakyat yang harusnya dibela

Justru mereka yang berteriak lantang mencari upeti

Hanya demi kepuasan duniawi semata

Para pimpinan yang harusnya membuka mata

Dan tajam membuka telinga

Mereka pulalah yang terdepan dalam korupsi

Bumipun marah menyemburkan bara

Meluluhlantakkan segala yang ada

Tapi manusia tak jua tersadar

Merajalela bersama nafsu angkara

Dunia kini di tepi kehancuran

Pengawas menutup mata pada fakta

Rakyatpun enggan buat ditata

Semua bertindak demi diri sendiri

Hukum rimba kembali bertahta

Siapa yang punya kesempatan

Kuras segala yang bisa

Siapa yang mampu berkuasa

Tindas semua yang mengganggu

Bumipun menangis darah

Langitpun bak bersiap akan runtuh

Aku marah melihat ketakadilan

Aku marah menonton kebohongan

Aku marah menyaksikan keserakahan

Dari polisi sampai politisi

Dari kondektur hingga direktur

Dari pedagang kecil sampai pengusaha

Dari karyawan hingga negarawan

Semua tak lagi peduli nurani

Lalu kemana harus kucari?

Kemana bumi yang dulu suci?

Tak ada yang peduli

Sepi, sedih, dan perih.

# Pada suatu sore bersama deru krl #

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun