Begitu mendapat tawaran untuk ikut dalam Jelajah Nusantara Tanah Papua, saya langsung mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang pulau paling timur di Indonesia itu yang oleh Ghau Yu Kua-pengarang termashur Tiongkok- disebut dengan nama Tungki. Semua sahabat, relasi, bahkan beberapa kompasianer saya hubungi untuk sekadar meminta informasi akurat tentang akses dan destinasi menarik yangbisa dikunjungi di sana.
Ini adalahkegiatan Jelalah Nusantara kesekian kalinya yang saya ikuti. Pertengahan tahun2014 saya mengikuti kegiatan yang sama dengan tujuan pulau barat Indonesia,mulai Sabang, Banda, Aceh, menyusuri kota-kota pantai barat Sumatera sampai Palembang. Tahun 2015 kami kembali melakukan hal yang sama dengan menjelajah Bali dan Lombok, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dan pertengahantahun 2017 ini kami melakukannya lagi dengan mengunjungi Bumi Mutiara Hitam. Rencananya kami akan mengunjungi Merauke, Wamena, Raja Ampat, Ambon, dan Ternate.
Benar kata seorang kawan, “Bolehmencari informasi sebanyak-banyaknya tentang destinasi yang akan kita tuju,tapi sesampainya di sana buang jauh-jauhsemua itu. Mengalir, dan nikmati saja”
Banyak pilihan penerbangan ke Papua, bergantung daerah yang akan dituju. Kami memilih Jayapura sebagai tujuan pertama, agar mudah melanjutkan perjalanan berikutnya ke Merauke.
Tidak seperti puluhan tahun sebelumnya akses ke daerah lain di Papua kini sudah terkoneksi dengan mudah danbanyak pilihan penerbangan. Tentu dengan biaya yang jauh lebih murah dan terjangkau.
Penerbangan dari Juanda ke Sentani kami tempuh dalam empat jam. Nasib baik, cuaca juga sangat cerah, sehingga kami dapat melihat keindahan Danau Sentani sesaat sebelum peswat mendarat.
Sebenarnya saya sudah memesan armada via online, tetapi mendadak driver membatalkan sepihak karena sesuatu hal. Bukan perkara sulit, di depan bandara banyak sekali taxi plat hitam yang menawarkan jasa pengantaran. Sudah ada standar zona wilayah dan tarifnya. Tidakusah ragu, bisa ditawar kok. Anggap sajaseperti di Jawa.
Kami akhirnya bertemu dan bersepakat dengan Zulkifli untuk urusan armada. Orang Bugis, masih muda dan sangat ramah. Dia mengantar kami keliling Jayapura. Ia hapal betul selukbeluk Jayapura baik tempat-tempat wisata, budaya, maupun kondisi sosial politiknya.