Mohon tunggu...
Muhammad Zen Fikri
Muhammad Zen Fikri Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mencoba untuk menemukan kata-kata yang berguna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Fashion di Kalangan Anak Muda

23 November 2013   12:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:46 5010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada jaman yang serba canggih seperti saat ini, kita berada dalam dunia Trend dimana apabila kita tidak mengikuti apa yang dikatakan Trend saat ini akan dianggap kuno, ndeso, dan ketinggalan jaman. Kalau anak muda sekarang menyebutnya “Kudet”.

Perkembangan dunia Fashion pun terus mengalami berbagai perubahan, dimana ada yang model jadul (jaman dulu) yang diangkat lagi ke permukaan, sehimgga dijadikan Trend masa kini. Namun tidak sedikit pula model-model baru yang ditawarkan kepada anak muda sekarang ini.

Perbedaan mencolok terlihat pada perkembangan trend fashion antara laki-laki dan perempuan pada tahun 2013 ini. Model fashion untuk para kaum adam sekarang ini menurut saya jadi tambah keren karena saya sendiri adalah seorang laki-laki, haha. Berbanding terbalik dengan model fashion untuk para kaum hawa, semakin pesat perkembangan fashion saat ini justru bukan semakin anggun malah semakin memamerkan bentuk tubuh mereka dengan model pakaian saat ini yang semakin lama semakin irit bahan. Yang saya maksud dengan irit bahan adalah pakain yang semakin minim dan ketat. Entah dengan alasan apa para oknum yang dapat membuat anak muda jaman sekarang tunduk akan trend yang mereka cekokkan meskipun menurut saya mereka mengikuti trend tersebut karena alasan tidak ingin ketinggalan jaman.

Mereka, para kaum hawa yang mengikuti trend sekarang ini apakah merasa nyaman mengenakan pakaian yang irit bahan tersebut? Inilah yang menjadi permasalahan realitas yang perlu dicaritahu. Seperti yang kita tahu, pakaian adalah salah satu dari tiga kebutuhan primer yaitu sandang, pangan, dan papan. Fungsi sebenarnya dari pakaian pasti kita sudah pasti tahu, seperti: menutupi bagian tubuh kita agar tidak kepanasan, menutup aurat, menghangatkan tubuh kita, dll. Namun trend saat ini justru sudah tidak mengindahkan fungsi sebenarnya dari pakain yang sudah saya sebutkan tadi. Para kaum hawa dipaksa mengenakan pakain yang justru menurut saya menyiksa mereka diaman saya sering mendapati para wanita yang sedang mengendarai motor pada cuaca yang sangat dingin, bukannya dia memakai pakaian yang hangat malah hanya mengenakan Hot pants, yang notabene adalah sperti celana pandek yang panjangnya hanya sekitar setengah paha mereka. Saya berpikir apa mereka tidak kidinginan dengan memakai pakaian yang seperti itu.

Fashion juga dipengaruhi oleh para artis ibukota, dan artis luar negeri yang sedang naik daun. Atau sekarang kita sudah diracuni oleh Korea yang leawat Boy band, dan Girl Band-nya dapat membuat para kaula muda terbius dengan kecantikan dan ketampanan mereka dan ingin menjdi seperti mereka dengan meniru apa saja yang mereka kenakan. Media massa khususnya Televisi, dan internet juga memiliki andil besar dalam menyalurkan informasi tentang trend masa kini kepada khalayak muda.

Seperti dalam teori Hiper Realitas yang dikemukakan oleh Jean Baudrillard, dia adalah sosiolog teori Postmodern paling radikal dan menimbulkan banyak amarah dalam genre ini ( Ritzer, 2009 : 676). Jean Baudrillard melihat masyarakat kontemporer atau masyarakat saat ini tidak lagi didominasi oleh produksi, namun oleh media, model sibenertika dan sistem pengendali informasi hiburan dan industri pengetahuan telah dan lain sebagainya. Dapat dikatakan masyarakat telah bergeser dari masyarakat yang didominasi oleh mode produksi menuju masyarakat yang dikontrol oleh Kode Produksi. Tujuannya telah beralih dari eksploitasi dan laba ke arah dominasi oleh tanda dan sistem yang menghasilkannya ( Ritzer, 2009 : 677).

Cara lain yang ditempuh Baudrillard, menggambarkan dunia postmodern bahwa dunia ini ditandai oleh simulasi, ketika pemisahan antara tanda dengan realitas mengalami implosi, sulit memperkirakan hal – hal yang riil dari hal – hal yang menyimulasikan hal – hal riil ( Ritzer, 2009 : 678).

Baudrillard menggambarkan dunia ini sebagai Hipperealitas. Sebagai contoh, media mulai tidak lagi menjadi cermin realitas melainkan menjadi realitas atau bahkan lebih riil dari realitas ( Ritzer 2009 : 678 ).

Hipperealitas adalah efek, keadaan atau pengalaman kebendaan dan atau ruang yang dihasilkan dari proses tersebut ( Piliang, 2003 : 150 ). Baudrillard mengungkapkan bahwa apa yang direproduksi dalam dunia hiperealitas tidak saja realiitas yang hilang, tetapi juga dunia tak nyata : fantasi, mimpi, ilusi, halusinasi atau science fiction. Hipperealitas adalah duplikat atau kopi dari realitas yang didekodifikasikan ( Piliang, 2003 : 152).

Dalam teori Jean Badrillard yang bernama Simulasi, kita seperti sudah ditentukan oleh para oknum akan seperti apa dan akan akan bagaimana nantinya. Pada awalnya kita tahu bahwa peta dibuat karena adanya wilayah, namun pada jaman yang serba mudah ini justru petalah yang mendahului wilayah. Ini bukan lagi masalah imitasi, tiruan atau penggandaan, tetapi tentang dunia nyata, realitas yang telah diganti oleh tanda-tanda yang nyata bagi yang nyata, peta menjadi mendahului wilayah. Ada empat tahap dalam penyempurnaan dari pergeseran realita yang membuat kita lupa akan fungsi sebenarnya dari suatu realita. Pada tahap pertama, It is the reflection of a basic reality (Citra adalah cermin dasar realitas). Realitas hanya dicuplik dalam suatu teknik representasi. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang ada dan dipahami secara budaya pada pertukaran bahasa dan berbagai sistem tanda atau tekstual. Reperesentasi adalah bentuk kongkrit yang diambil oleh konsep abstrak. Beberapa diantaranya biasa atau tidakkontroversial. Contohnya dalam dunia fashion adalah, pakaian yang semula dipakai karena ingin menutupi badan, justru para kaula muda jaman sekarang memakai pakaian karena ingin dianggap keren.

Kedua,It masks and perverts a basic reality (Citra menyembunyikan dan memberi gambar yang salah akan realitas). Tahap ini memungkinkan citra melakukan distorsi terhadap realitas. Contohnya dalam dunia fashion sekarang adalah banyak para ibu-ibu dan bapak-bapak yang memakai pakaian yang sedang trend di kalangan anak muda karena ingin dianggap masih muda.

Ketiga, It masks the absence of a basic reality (Citra menutup ketidakadaan [menghapus] dasar realitas). Pada tahap ini pencitraan mulai secara perlahan menjauhi realitas. Realitas tidak muncul dalam pilihan-pilihan representasi dan disembunyikan atau ditutup-tutupi, tetapi benar-benar dihapus. Contohnya dalam dunia fashion saat ini adalah para kaula muda memakai pakaian yang sedang trend karena ingin dianggap gaul, up to date, dsb.

Keempat, It bears no relation to any reality whatever;  it is its own pure simulacrum. (Citra melahirkan tidak adanya hubungan pada berbagai realitas apapun; citra adalah kemurnian simulakrum itu sendiri). Contohnya dalan dunia fashion adalah ketika orang berbondong-bondong pergi ke Mall dengan alasan shopping baju karena ingin dianggap orang-orang sebagai orang kaya.

Pada paparan diatas, dapat saya katakan bahwa dunia fashion pada tahun 2013 ini, sudah meninggalkan jauh sekali fungsi sebenarnya dari pakaian itu sendiri. Kita tidak bisa apa-apa karena apabila kita menentangnya akan dijauhi, dan kita mau tidak mau harus mengikuti trend tersebut. Namun dalam mengikiti ternd saat ini haruslah selektif. Saya sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban untuk memakai pakaian yang semesetinya seperti yang diajarkan oleh agama saya.

DAFTAR PUSTAKA

Piliang, Yasraf Amir. 2003. Hipersemiotika, Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Bandung : Jalasutra.

Baudrillard, Jean P. 2009. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun