Mohon tunggu...
Muh Arbain Mahmud
Muh Arbain Mahmud Mohon Tunggu... Penulis - Perimba Autis - Altruis, Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Perimba Autis - Altruis Pejalan Ekoteologi Nusantara : mendaras Ayat-Ayat Semesta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Banjir dan Masa Depan DAS Kepulauan

11 September 2017   07:09 Diperbarui: 11 September 2017   09:17 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BANJIR DAN MASA DEPAN DAS KEPULAUAN [1]

Oleh : Muh. Arba’in Mahmud [2]

 
 

 Tulisan ini dibuat sebagai apresiasi atas undangan kawan jurnalis Mongabay.co.id untuk sebuah hajatan diskusi sekaligus buka bersama bertema : 'Mari Bacarita Lingkungan (DAS Kepulauan dari reklamasi hingga sampah)', Ahad, 18 Juni 2017 di Cafe Istana, Ternate. Pun sebagai ikhtiar mencari solusi bencana ekologi yang terjadi di Provinsi Maluku Utara (Malut).

ADA APA DENGAN DAS KEPULAUAN?

Isu daerah aliran sungai (DAS) menjadi bagian dari kebijakan pembangunan nasional terlebih sejak adanya Undang-undang Kehutanan (UU No. 41/1999), UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 32/2009), maupun UU Konservasi Tanah dan Air (UU No. 37/2014). Isu ini lebih massif dan menjadi kebijakan lintas sektor sejak terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS.

Menurut PP 37 / 2012, DAS diartikan sebagai suatu wilayah yang dipisahkan dari wilayah lain oleh pemisah alam berupa punggung bukit atau gunung, yang menerima air hujan, menampung dan mengalirkannya melalui sungai utama ke laut / danau. Karenanya, semua wilayah daratan di muka bumi ini sejatinya terbagi habis oleh DAS. Klasifikasi DAS terbagi menjadi 2 (dua), yakni DAS yang dipulihkan dan DAS yang dipertahankan (Pasal 12). Penentuan klasifikasi DAS tersebut didasarkan pada beberapa kriteria, antara lain: kondisi lahan, kualitas-kuantitas-kontinuitas air, sosial ekonomi, investasi bangunan air dan pemanfaatan ruang wilayah.

Sekilas hal DAS di Malut pernah terulas di media massa empat tahun lalu termasuk tulisan penulis berjudul 'Quo Vadis DAS Moloku Kie Raha' (Malut Post, 10 Desember 2013). Secara umum, isu DAS Maluku Utara tersebut terangkum dalam buku penulis berjudul 'Ekoteologi Moloku Kie Raha, Gagasan Pengendalian Ekosistem Hutan Maluku Utara' (The Phinisi Press, 2015).

Provinsi Maluku Utara terdapat 1.069 DAS dengan total luasan 3.150.964,21 ha dengan tingkat kekritisan yang beragam, dari agak kritis hingga sangat kritis (BPDASHL Ake Malamo, 2013). Bicara karakteristik DAS di Malut atau DAS Moloku Kie Raha merupakan 'DAS Kepulauan' sebagai gabungan DAS pulau besar (Halmahera) dan pulau-pulau menengah dan kecil di sekitarnya (Obi, Bacan, Sulabesi, Ternate, Tidore, dan sebagainya). DAS Kepulauan berbeda karakter dengan DAS-DAS di pulau-pulau besar Nusantara yang relatif satu hamparan, seperti Kalimantan, Sumatera, Papua, Jawa dan Sulawesi.

Terminologi 'DAS Kepulauan' sendiri tidak ada dalam aturan perundangan karena sekadar term spirit untuk menggambarkan eksotika DAS di Malut dan beberapa wilayah kepulauan Nusantara lainnya, seperti Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Maluku. DAS Moloku Kie Rahasebagai 'DAS Kepulauan' dibentuk oleh beberapa DAS pulau dimana komponen-komponen lingkungannya seperti iklim, air, tanah, topografi, batuan, flora / fauna, penggunaan lahan, dan manusia membentuk "ekosistem alami" DAS masing-masing pulau yang spesifik pula, baik pulau besar maupun pulau-pulau kecil di sekitarnya (Malut Post, 10 Desember 2013).

Potensi dan masalah setiap DAS pun berbeda, semisal DAS di Pulau Halmahera yang kaya potensi sumber daya mineral, masyarakat adat, keanekaragaman hayati (flora-fauna) dan sungai yang mengalir sepanjang tahun. Kondisi DAS di Halmahera ini berbeda dengan DAS di Pulau Ternate dan Tidore, sebagian sungainya berwujud barangka (kali mati), ancaman gunung berapi dan kondisi sosiokultur relatif majemuk. Pun berbeda dengan kondisi DAS di pulau-pulau lain di ujung gugusan jazirah ini, seperti Morotai, Sulabesi, Mangole dan Taliabu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun