Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saham, Kapan Harus Buy atau Sell?

24 Juli 2017   23:59 Diperbarui: 9 Agustus 2017   16:48 3880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zulfikar Ahmad ST, analis pasar saham dari Universitas Gajah Putih, Takengon (Dokumen Pribadi)

Apa itu saham? Saham adalah bukti kepemilikan sebuah perusahaan. Selama ini, barangkali,  yang terbayang dalam benak pembaca, saham hanyalah semacam angka-angka dan ratusan kode emiten yang kurang jelas maknanya.

Kemudian, kode emiten itu diiringi dengan grafik berisi garis warna warni yang bertimpa-timpa. Apa maknanya? Kalau garis itu turun atau naik, untung apa rugi? Benar-benar gelap, padahal garis-garis itu adalah perkembangan harga saham dari hari ke hari.

Jangankan disuruh menganalisis grafik naik turunnya harga saham, membaca berita ekonomi dan keuangan pun terkadang sering merasa mual. Fenomena seperti itu sudah saya alami sendiri sebelum memahami "dunia" stock exchange.

Kala itu, sewaktu membaca surat kabar, saya lebih memilih halaman politik. Sering mengabaikan halaman ekonomi, apalagi berita pasar saham. Semua itu karena ketidakpahaman terhadap topik tersebut.

Suatu hari tahun 2007, dalam sebuah cafe di kawasan Sarinah Jakarta, saya melihat seorang lelaki tua sedang membaca halaman ekonomi sebuah surat kabar. Dia begitu serius, hitungan jam membaca halaman itu.

Lelaki itu terkesan cuek, tidak peduli dengan pengopi lain disekitarnya. Sesekali, lelaki tua itu menarik garis mendatar diatas sebuah grafik yang tercantum pada halaman surat kabar itu.

Saya heran, ingin bertanya tentang makna garis itu, namun ada rasa segan. "Apa yang sedang dikerjakan lelaki tua itu?" hanya itu pertanyaan yang tersisa dalam benak saya.

Sabtu 22 Juli 2017, sekitar 10 tahun kemudian, pertanyaan itu terjawab. Saya baru memahami garis yang ditarik lelaki tua itu diatas sebuah grafik. Rupanya, dia sedang membuat garis support dan resistance terhadap perkembangan harga sebuah emiten.

Artinya, lelaki tua itu sedang menentukan, pada harga berapa sebuah saham dapat dibeli (buy) atau dijual (sell).

Membuat garis support dan resistance adalah semacam alat bagi para trader saham, terutama para pemula. Alat itu cukup membantu untuk menentukan waktu paling tepat masuk (buy) ke pasar saham. Dan, menentukan waktu paling menguntungkan (sell) untuk keluar dari pasar saham.

Masuk (buy) ke pasar saham tanpa memahami analisis teknikal, setidak-tidaknya batas garis support dan risistance, ibarat seekor domba masuk ke sarang serigala. Dapat dibayangkan, kita akan dicabik-cabik dan kalah total dalam "perang" di pasar saham. Kondisi seperti itu yang sering membuat orang kapok terjun ke pasar saham.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun