Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jeruk Keprok Gayo, Komoditi Unggulan Nasional

2 Februari 2012   17:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:08 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13282026722101744142

[caption id="attachment_159924" align="aligncenter" width="640" caption="Jeruk keprok Gayo yang siap untuk dipanen."][/caption]

Komoditi unggulan Kabupaten Aceh Tengah untuk sub sektor tanaman pangan yang sudah diluncurkan sebagai komoditi unggulan nasional adalah Jeruk Keprok Gayo (citrus reticulata/nobilis sp) melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 210/kpts/SR.120/3/2006 tanggal 6 Maret 2006. Kemudian pada tanggal 21 Januari 2008, komoditi Alpukat (persea americana) kembali diluncurkan menjadi komoditi unggulan nasional melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 78/kpts/SR.120/12008 tanggal 21 Januari 2008.

Komoditi Jeruk Keprok Gayo diusahakan diantara dan disela tanaman kopi arabica. Sejak tahun 2004 luas tanaman Jeruk Keprok Gayo sudah mencapai 422 Ha. Produktivitasnya mencapai 8,6 ton/ha/tahun dan potensi lahan untuk pengembangan Jeruk Keprok Gayo masih tersedia seluas 1.307 ha. Sedangkan luas tanam komoditi Alpukat mencapai 129 ha pada tahun 2004, dan kini menjadi 206 ha. Produktivitas tanaman Alpukat sebesar 17,4 ton/ha/tahun dan potensi lahan yang masih tersedia untuk tanaman ini seluas 1.090 ha.

Disamping dua komoditi unggulan tersebut, terdapat sejumlah komoditi unggulan lainnya yang diusahakan secara luas oleh para petani Kabupaten Aceh Tengah. Diantaranya komoditi Kentang (solanum tuberosum) yang luas tanamnya pada tahun 2010 mencapai 140 ha dengan produktivitas 18,1 ton/ha/tahun dan potensi lahan yang masih tersedia sekitar 3.141 ha. Untuk mewujudkan tanaman kentang menjadi komoditi unggulan, kini di Kabupaten Aceh Tengah sudah didirikan Balai Benih Induk (BBI) di Kampung Merah Muyang Kecamatan Atu Lintang yang tujuan utama BBI ini adalah untuk memudahkan petani memperoleh bibit kentang yang murah.

Komoditi cabe (capsicum annum) menjadi salah satu tanaman yang paling sering dibudidayakan petani. Luas tanam komoditi cabe tercatat seluas 944 ha dengan produktivitas 6.2 ha/ton/tahun dan potensi lahan yang masih tersedia mencapai 1.103 ha. Kemudian, tanaman sayuran lain yang banyak dibudidayakan para petani, dan setiap harinya disuplai untuk kebutuhan masyarakat di sejumlah kota di NAD dan Sumatera Utara, adalah kubis, bunga kol, broccoli, buncis, wortel, nenas, marquisa, bawang prey dan lain-lain.

Di era 1980-an, budidaya tanaman sayuran belum begitu berkembang, dan jenis sayurannya terbatas untuk beberapa jenis saja. Penyebabnya, (1) petani lebih fokus kepada tanaman kopi dan padi; (2) kurangnya pengetahuan petani tentang benih, varietas yang cocok dan teknik budidaya masih tradisional/alami. Menyikapi kondisi tersebut, Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh Hadi Thajeb dan Andries Kinsbergen Gubernur Propinsi Antwerpen Belgia pada tanggal 15 September 1984 telah menandatangani perjanjian kerjasama teknik yang salah satu ruang lingkupnya adalah pertanian dan perikanan. Tindak lanjut perjanjian itu, pada tahun 1990-an, di Kabupaten Aceh Tengah didirikan sebuah proyek yang dikenal dengan nama Integrated Horticultural Project (IHP).

IHP membuat kebun penelitian di Pegasing Aceh Tengah yang mencakup: (1) penelitian praktis seperti pengujian varietas, pengujian pemupukan, dan pengujian pengendalian hama penyakit; (2) budidaya tanaman sayuran sepanjang tahun meliputi: kol bunga, broccoli, sawi krop, kubis, kentang, cabe, terong, tomat, wortel, salada, jagung, dan buncis; (3) produksi benih dengan memperbanyak benih non hibrida seperti salada, wortel, buncis, jagung manis dan kol bunga; (4) budidaya secara hidroponik, dan (5) budidaya tanaman sayuran dalam rumah plastik sederhana.

Pola dan model yang dikembangkan oleh IHP, kini telah diadopsi oleh petani di Kabupaten Aceh Tengah. Pola pertanian monokultur yang dilakukan para petani, mulai beralih ke pola pertanian multi kultur, sehingga begitu banyak produk sayuran asal Aceh Tengah yang dijual di pasar-pasar Banda Aceh, Medan, bahkan di Malaysia. Untuk mendukung usaha budidaya sayuran yang dilakukan para petani, di Kabupaten Aceh Tengah telah dibangun 1 (satu) unit cold storage yang fungsinya untuk menjaga kesegaran produk sayur dan buah-buahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun