Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Babak Baru Sejarah Penduduk Asli di Pedalaman Aceh

20 Maret 2013   21:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:28 2634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapakah penduduk asli Aceh? Berbagai pendapat mengemuka terkait siapa yang pertama kali menghuni tanah Aceh. Ada yang mengatakan bahwa penduduk asli Aceh sesuai dengan nama ACEH yaitu Arab, China, Eropa, dan Hindia. Disisi lain, banyak juga yang berpendapat bahwa penduduk asli Aceh adalah kaum Melayu Tua. Diantara mereka dikenal sebagai suku Mante yaitu orang bertubuh kerdil yang tinggal dibelantara Aceh.

Percayakah pembaca bahwa daratan Aceh (pedalaman Aceh) sudah dihuni orang sebelum Masehi. Inilah yang dikatakan arkeolog dari BALAR Medan, Ketut Wiradnyana, Selasa (20/3/2013) via telepon seluler bahwa hasil tes carbon dating terhadap kerangka manusia pra-sejarah yang digalinya di Ceruk Ujung Karang, Kebayakan Aceh Tengah telah berusia 4.400 tahun lalu.

Dapat dipastikan, tambah Ketut, bahwa ditempat itu sudah ditinggali manusia sejak 4.400 tahun lalu. Dari temuan budaya mereka, dipastikan juga bahwa kerangka itu berasal dari ras austronesia mongoloid. Berdasarkan hasil tes DNA terhadap kerangka manusia pra-sejarah itu, positif bahwa mereka sebagai nenek moyang orang Gayo (pedalaman Aceh).

Dari ratusan orang warga Takengon yang telah dites DNA-nya tahun lalu, ternyata DNA milik Khaldun Junaidi dan Darul sama dengan DNA kerangka manusia pra-sejarah yang terdapat di Ceruk Ujung Karang dan Ceruk Mendale. Memang, Khaldun Junaidi dan Darul dikenal sebagai penduduk asli yang bermukim di Kebayakan Aceh Tengah.

Menyangkut dengan jalur migrasi manusia pra-sejarah itu hingga sampai ke pedalaman Aceh, Ketut menegaskan bahwa mereka berasal dari Indo China lalu bermigrasi ke Thailand. Dari negeri gajah putih itu, terus nenek moyang orang Gayo itu bermigrasi ke daratan Aceh dan menetap di tepi Danau Laut Tawar, Aceh Tengah.

Sebagaimana yang penulis saksikan saat para arkeolog tersebut melakukan penggalian di Ceruk Ujung Karang, ternyata profil dan tinggi badan kerangka tersebut tidak berbeda jauh dengan warga Kebayakan. Menurut Ketut Wiradnyana, tinggi tubuh mereka sekitar 1.60 cm. “Mereka itu orang normal, tidak kerdil” tegas Ketut.
Jadi, asumsi selama ini menyatakan bahwa penduduk asli pedalaman Aceh adalah suku Mante, yaitu orang-orang kerdil yang tinggal di belantara Aceh, jelas hampir terpatahkan. Dalam pandangan Ketut Wiradnyana, temuan kerangka manusia pra-sejarah di dua ceruk itu menjadi babak baru sejarah peradaban manusia di pedalaman Aceh.

Sekarang, Ketut Wiradnyana bersama tim arkeolog lainnya sedang melakukan sejumlah uji guna mengumpulkan data detil tentang temuan gerabah, mata panah, kapak batu serta kerangka hasil penggalian terbaru. Dalam waktu dekat, mereka akan kembali melakukan penggalian di Ceruk Ujung Karang dan Ceruk Mendale. “Moga dalam penggalian berikutnya akan ditemukan sesuatu yang penting untuk melengkapi laporan kami,” harap Ketut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun