Mohon tunggu...
Muhammad Samin M. IP
Muhammad Samin M. IP Mohon Tunggu... Jurnalis - Sederhana

Belajar n terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Prabowo Jelmaan Mantan Presiden Soeharto

7 September 2012   06:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49 2046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masuknya Prabowo Subianto dalam panggung politik pada tahun 2009 lalu sebagai Wakil Presiden RI mendamping Megawati dan sekaligus daftar calon Presiden RI 2014 mendatang, mendapat tanggapan yang luar biasa bagi Bangsa Indonesia ini. Bahkan dari hasil survei berbagai lembaga, menempatkan Prabowo diurutan pertama dan paling pantas untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia ini.

Prabowo disebut-sebut sebagai jelmaan dari mantan Presiden Soeharto, yang telah memimpin Indonesia ini selama 23 tahun berturut-turut tanpa bisa digoyahkan yang akhirnya harus terjungkal oleh mahasiswa dalam pristiwa reformasi pada tahun 1998.

Terlepas dari pristiwa itu, dengan kondisi Indonesia saat ini, nama Soeharto kembali bersinar. Sejumlah masyarakat menginginkan sosok kepemimpinan Soeharto dan ingin kembali pada zaman soeharto, padahal kalau kita tahu sejarah dan tahu kekejaman yang dilakukan pada rezim Soeharto dan seperti apa kondisi Indonesia pada saat itu, tak mungkin kita menginginkan kembali kepada zaman Soeharto yang hingga saat ini kita sebagai bangsa Indonesia harus menanggung hutang akibat ulah pada masa rezim Soeharto.
Terlepas dari politik masa lalu, penulis kembali ingin membahas sosok Prabowo yang disebut-sebut sebagai jelmaan Soeharto.  Secara kekeluargaan, memang Prabowo merupakan mantan menantu dari Presiden Soeharto yang pada saat itu menikah dengan Siti Hediati Hariyadi.
Dalam catatan buku 20 bodoh besar kesalahan Soeharto yang ditulis oleh Drs Wimanjaya K liotohe, Prabowo memang merupakan salah satu calon untuk pengganti Soeharto dikala itu. Dimana Prabowo yang saat itu masih berpangkat mayor langsung diorbitkan dan dikarbitkan menjadi Letnan-jendral oleh Soeharto menjadi Pangdam yang kemudian menjadi pimpinan Kostrad yang menginginkan kelak menantunya Prabowo menjadi penganti dirinya. Sehingga Soeharto bisa memperalat Prabowo sebagai bumper pengamanan kekuasaannya dan kelak bisa menjadikan Prabowo sebagai calon penganti dirinya yang bisa meneruskan tahta kerajaan keluarga cendana dimasa itu.
Itulah kebodohan Soeharto dikala itu, sebab Soeharto tak mau membaca dan belajar sejarah, bagaimana menantunya Saddam Hussien sendiri bisa berkhinat kepada presiden menantunya. Jenderal Ver, iparnya Marcos, yang ikut ngacir tiada berdaya menghadapi People Power. Namun sayangnya, sebelum Soeharto berhasil mengorbitkan Prabowo dikala itu, nama Prabowo terlanjur cacat karena mengaku salah tafsir terhadap BKO (Bawah Kendali Operasi), tapi Prabowo sendiri belum mengungkap siapa AKO-nya (Atasan Kendali Operasi) yang memberi perintah kepadanya melakukan penculikan oleh pasukan kopasus terhadap para aktifis pro-demokrasi, yang disiksa dan dianiaya, dan sebagian sudah dibebaskan, tapi masih 14 0rang yangh belam dimana rimbanya kalau masih hidup atau dimana kuburannya jika sudah mati.

Namun Kopassus pun ikut tercemar, sehingga konon Jenderal Sintong Panjaitan sebagai alumni Kopasus mengharumkan nama ala-maternya dengan pristiwa Heroik pembebasan bajakan pesawat Woylo di Bangkok, tapi kemudian jadi korban kebodohan Soeharto yang memecatnya dalam kaitan peristiwa Santa-Cruz Dili, sangat gusar dan sempat menandang Prabowo karena dianggap bikin malu nama kopassus.

Begitu juga Jenderal Jhonny Lumintang, yang mengambil alih pimpinan Kostrad dari tangan Prabowo selama 18 jam saat Soeharto lengser keprabon tanggal 21 Mei 1998. Prabowo kala itu dihardik sebagai perwira yang tidak pakai otak, pantas saja, kemungkinan otaknya Soeharto yang dipakai Prabowo saat itu.

Pristiwa ini menggambarkan kalau, Prabowo yang saat ini mulai dikenal bahkan disanjung oleh masyarakat Indonesia untuk RI I 2014 melalui partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) mendatang merupakan jelmaan dari Presiden Soeharto yang kelak diprediksi akan memimpin Bangsa Indonesia ini.

Kita lihat saja, semoga otak Soeharto yang selama ini disebut-sebut menjelma di otak Probowo tidak seratus persen benar, sebab jika ini yang terjadi jangan harap Indonesia kedepan akan lebih baik lagi dibawah kepemimpinan Prabowo.

Semoga saja, Prabowo bukan dari jelmaan Soeharto tetapi merupakan sosok kepemimpinan yang bisa membawa Indonesia kedepan yang lebih baik tidak seperti yang terjadi pada saat ini. Salam untuk Indonesia baru. (***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun