Mohon tunggu...
Muhammad Qodri
Muhammad Qodri Mohon Tunggu... -

Ingin Selalu Bisa Membahagiakan Orang Tua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terkadang Harus Berkorban Nyawa untuk Mendapatkan Ilmu Pengetahuan

21 Maret 2017   11:30 Diperbarui: 21 Maret 2017   11:34 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terkadang Harus Berkorban Nyawa untuk Mendapatkan Ilmu Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu hadiah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk makhluk Ciptaan-Nya di muka bumi ini yakni manusia, yang secara serta merta Tuhan menitipkan pengetahuan  tersebut ketika ia dilahirkan dari rahim ibunya. Pengetahuan ini akan berguna ketika manusia mampu mengebangkannya melalui beberapa cara yang salah satunya adalah lewat Pendidikan.

Pendidikan ada berbagai macamnya, ada yang pendidikan formal, informal dan pendidikan nonformal. Yang secara umum tujuan dari pendidikan tersebut adalah untuk membentuk seorang Individu dari tidak tahu supaya menjadi tahu tentang sesuatu. Tetapi, di dalam prosesnya ada berbagai macam hambatan yang akan kita lalui untuk menjalani hal tersebut terutama di dalam pendidikan formal, yang terkadang hambatan-hambatan ini akan mematahkan semangat kita. Seperti ; Harus jauh dari keluarga (Anak kos), tingginya biaya, makan seadanya, korban tenaga, perasaan, bahkan harus berkorban nyawa untuk menjalani hal tersebut.

Di dalam tulisan ini, saya hanya akan menfokuskan pada 1 (satu) hambatan dari beberapa hambatan yang sudah saya jabarkan atau paparkan di atas yang sekaligus sebagai judul dari tulisan saya yakni “Kadang Kita Harus Berkorban Nyawa untuk Mendapatkan Suatu Ilmu Pengetahuan”. Kenapa saya hanya menfokuskan pada hal tersebut?, jawabannya adalah karena dewasa ini banyak sekali kejadian-kejadian yang terkait dengan hal tersebut, seperti kasus meninggalnya Mahasiswa UII Yogyakarta Muhammad Fadli, Syaits Asyam dan Ilham yang disebabkan perploncoan oleh seniornya sendiri pada saat proses Diksar Mapala, serta kejadian yang menimpa salah satu keluarga saya pada hari kemarin yakni pada hari Senin, 20 Maret 2017, keluarga saya yang bernama Muhammad Ali Apuan (15 Tahun) warga Dusun Gunung Malang Desa Tirtanadi Kabupaten Lombok Timur NTB berpulang ke Rahmatullah/meninggal dunia yang disebakan oleh kecelakaan di jalan raya pada saat pulang dari sekolahnya (semoga amal ibadahnya ditemia oleh Allah SWT, Amin YRA).

Sehingga dari 2 (dua) kejadian di atas ini, kita bisa melihat bahwa betapa besarnya ujian-ujian dan hambatan-hambatan yang kita lalui untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan, yang bahkan taruhannya adalah nyawa kita sendiri. Berangkat dari hal-hal tersebut, kita bisa mengambil suatu pelajaran bahwa sudah sepatutnya kita sebagai insan di dalam proses menuntut ilmu harus di laksanakan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, guna menjadi suatu nilai ibadah di  sisi Tuhan Yang Maha Esa serta  Nyawa/ Kehidupan yang kita miliki ini mampu memberikan kebermanfaatn bagi diri, keluraga dan masyarakat .


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun