Dahulu, saat harus merasakan gangguan gejala ginjal, saya mendapatkan sebuah resep herbal. Setengah kilogram kunir dan seperempat kilogram temu lawak. Kedua-duanya diiris tipis dan dimasukkan ke kuali yang terbuat dari tanah liat disertai dengan air sebanyak tujuh gelas. Jika airnya tinggal tiga gelas berarti ramuan itu siap disajikan. Saya meminumnya pagi, siang dan sore. Untuk menghilangkan rasa pahitnya, saya merasa perlu menambahkan gula nira atau gula jawa secukupnya.Setelah seminggu bergulat dengan rutinitas ini, alhamdulillah – penyakit itu sudah hilang. Benar-benar ajaib. Hingga 12 tahun ini tidak ada keluhan apapun yang saya rasakan. Ginjal saya sangat bugar, bahkan setelah saya cek laborat dan cek ke dukun pijat ahli syaraf. Laporannya sama, normal !!! Normal hingga saat ini. Ajaib sekali! Ginjal saya normal, tapi tidak untuk telinga saya. Telinga saya berasa berair. Meski begitu, saya masih bersyukur.
Sertifikasi guru itu mirip dengan kasus saya. Satu sisi ada berkah tak terkira. Guru yang dahulu pendapatan hidupnya selalu pas-pasan, kini melalui program sertifikasi ini selain dapat meningkatan mutu pendidikan Indonesia mereka juga mendapatkan haknya sebagai pekerja professional, termasuk peningkatan kesejahteraannya.
Menurut Masnur Muslich, setidaknya ada 4 manfaat sertifikasi:
1.1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
2.2. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan professional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia di negeri ini.
3.3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
4.4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Sertifikasi pada di sisi yang lain jugaada efeknya. “Setiap jodoh ada maharnya”, kata pegawai KUA. Tidak ada yang gratis, semua ada harga yang harus dibayar.
Pertama, kanibalisme sesama profesi
Setiap guru tersertifikasi dibebani beban mengajar 24 jam per minggu. Tuntutan ini bisa mengancam teman seprofesi yang belum tersertifikasi. Daripada mengorbankan bonus gaji lebih baik memakan teman sendiri.
Kedua, lowongan guru semakin sempit
Semakin banyak guru yang tersertifikasi, semakin sedikit pula kebutuhan tenaga pendidik baru. "Semua gerbang sudah ada penjaganya!"
Ketiga, penyelewengan administrasi
Guru yang tersertifikasi cenderung terbebabani dengan tuntutan administratif dan membuat pelaporan administrasi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Keempat, perubahan selera dan gaya hidup
Pendapatan yang berlimpah menciptakan mental konsumtif. Semuamudah dibeli tanpa seleksi.
Kelima, Dealer mobil semakin ramai
Penampilan menyesuaikan dengan pendapatan. Jika dahulu cukup sepeda motor sebagai moda transportasi, saat ini mobil menjadi kewajiban untuk menjaga gengsi.
Keenam, toko material semakin ramai
Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang rasional dan menjadi prioritas untuk diwujudkan. Perbaikan dan pengembangan bangunan rumah sangat mudah dilakukan.
Ketujuh, Biro umroh semakin bertambah
Setelah kebutuhan sandang, pangan dan papan tercukupi, orang lebih suka melaksanakan wisata religi. Indikasi ini bisa dilihat dengan menjamurnya biro umroh ke tanah suci yang melayani kebutuhan kalangan guru.
Kedelapan, Waiting list haji semakin panjang
Kelebihan uang dimasukkan ke bank untuk mendaftar haji. Bagi guru, kemampuan finansial Ibadah haji mudah direalisasikan. Bagi yang belum mendaftar, andai melihat antrian keberangkatan ibadah ke tanah suci siap-siaplah untuk gigit jari.
Kesembilan, perceraian semakin meningkat.
Cultural shock akibat kenaikan pendapatan secara drastis. Bagi perempuan yang berbeda profesi dengan suami akan menimbulkan kesenjangan pendapatan. Bagi pria, munculnya trend nikah sirri. Semuanya berujung percekcokan dalam keluarga dan berakhir dengan perceraian.
******
Di akhir tulisan ini, agar sedikit terlihat dramatis- saya berpesan agar guru tetaplah sebagai sosok yang bisa digugu dan ditiru. Kalau tidak bisa digugu dan ditiru, menurut pendapat saya, carilah profesi yang paling tepat bagi sikap anda. Saran saya, Jadilah politisi saja!
Selamat malam
Salam bintang sembilan
Rembang, 20 mei 2014