Mohon tunggu...
Muhammad Fadly M
Muhammad Fadly M Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Jelata

Hobi nganggur, tiap hari cuman seruput kopi dan menghisap rokok surya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Republik Hewan, Tanah Garapan (Bagian I)

8 September 2018   21:11 Diperbarui: 8 September 2018   21:37 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Daerah ini bagaikan hutan liar di Afrika. Dipenuhi binatang buas yang mencoba mempertaruhakan keberuntungannya bertahan hidup. Sebagaimana darwin yang memenjarahkan fitrah manusia "Hukum Rimba" dia yang kuat akan menjadi penguasa di antara yang lainnya. 

Mungkin ini sebabnya mereka yang lemah akan membuat sebuah kelompok, kelompok yang akan menggeser kekuasaan lama atau paling tidak bersenggama dengan mereka; kelompok yang berkuasa.

Aku masih menunggu kawanku yang ingin melampiaskan amarahnya kepada diriku. Jauh dari kesunyian, bersama segelas kopi hitam di tempat generasi milenial menghabiskan waktu malamnya. Musik 80-an ala Indonesia dari hanphone  berpacu dengan suara bising aliran Rock-R&B di tiap caf yang ada. Kawasan yang di miliki bangsa Tionghoa; heterogen bekas daerah kekuasaan Sultan Hasanuddin tempo doeloe.

" Cafe tempat kamu di mana? Aku sudah ada di pintu masuk pasar segar" 

Di abad 21 kini. Kisah-kisah mitos itu terbantahkan dengan kemajuan teknologi. Aku masih mengingat cerita orang tua dahulu; "Syekh Yusuf itu mampu berdakwa di lokasi yang berbeda dalam waktu yang bersamaan." Sejenak aku berfikir bagaimana bisa itu terjadi? Hadirnya teknologi seperti TV apalagi smartphone membuat manusia kini bisa melihat sesuatu yang sebelumnyam indra sendiri tidak mampu menangkap karena keterbatasannya.

Lokasi dari google maps telah aku kirimkan melalu pesan singkat dari aplikasi yang di sediakan oleh smartphone. "Gila, kenapa macetnya parah...! kendaraan disini bagaikan puntung rokok ketika para aktivis yang tidak mencintai lingkungan sekitarnya selesai berdiskusi...." hari itu malam minggu, malam libido dalam diri manusia memuncak, butuh pelampiasan agar hasrat itu tersalurkan, dan aku adalah salah satu dari ribuan orang yang hadir dikawasan ini untuk melampiasakan libido akan nikmatnya secangkir kopi.

" sabar saja, kamu parkir di depan atau di dekat warkop ini... jangan lewat pengambilan karcis, bayarnya per-jam, bisa jadi perusahaan daerah itu semakin kaya dan membuat mereka lupa diri sebagai pelayan rakyat karena uang recehan yang tiap hari kita keluarkan tanpa sadar " 

Makassar sendiri adalah pusat perputaran kapital di wilayah Indonesia Timur, terkhusus Sulawesi-Selatan. Pasar- pasar modern akan tersaji setiap pintu masuk kota, belum lagi bangunan mewah lainnya seperti hotel dan tempat lokalisasi yang memanjakan mata dan memuaskan nafsu kebinatangan manusia yang ada. Setiap tempat yang tersaji menjadi nafas kehidupan bagi penguasa agar tetap duduk manis di kursi empuknya. 

Tanpa bekerja keras seperti buruh di pabrik, atau berlinangan keringat bagai buruh bangunan.... Tugas mereka membuat aturan, untuk membuatnya pun, hasil pajak dari bangunan mewah itu tersedia dengan lezatnya seperti para pemulung yang makan di KFC: kenyang menghampir, kemudian tertidur.

Daeng Rewa, adalah salah satu tukang parkir ilegal di area ini. Akan tetapi dia juga salah satu dari beberapa orang  yang tiap harinya memberikan nafas kehidupan bagi penguasa.... 1945, ketika bangsa Indonesia lepas dari perbudakan Jepang selama 3 tahun; Lepas...? Tidak dijajah...? 

Terlepas dari dosa tidak terampuni yang dilakukan para tentara jepang terhadap perempuan pribumi  yang dijadikan budak seks. Trotoar dihiasi bukan dengan manusia, melainkan kendaraan yang kebanyakan berasal dari negeri tirai bambu dan negara kapital lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun