Mohon tunggu...
Mugniar
Mugniar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mamak Blogger

Ibu dari 3 anak dan penulis freelance yang berumah maya di www.mugniar.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membatalkan Ikut Sesi Maman Suherman di MIWF Demi Anak

7 Juni 2015   09:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:18 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ket foto:Anak-anak yang sedang memperhatikan dongeng dipaksa "selfie" :D

Event tahunan Makassar International Writers Festival (MIWF) adalah event yang saya tunggu-tunggu. Dalam event ini, terbuka lebar kesempatan untuk meraup banyak pengetahuan secara cuma-cuma. Bukan hanya pengetahuan menulis, pengetahuan berkehidupan pun bisa diperoleh jika pandai mencermati penyampaian para nara sumber.

Saya sudah menyasar tema-tema tentang media dan jurnalisme sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Bukan karena saya hendak jadi jurnalis, melainkan karena cara dan aturan penulisan ala jurnalis saya pikir cocok untuk saya sebagai blogger. Blogger kan bisa jadi citizen journalist (jurnalis warga) juga. Dengan demikian, selayaknyalah blogger mempelajari kaidah-kaidah menulis ala jurnalis juga.

Saya mendaftar workshop Literary Journalism yang dibawakan oleh Janet Steele – seorang peneliti dan profesor bidang jurnalistik di Jurusan Media dan Public Affair di Universitas George Washington, Amerika Serikat.  Ia menulis buku Wars Within; The Story Of Tempo, an Independent Magazine in Soeharto’s Indonesia (Equinox Publisher and ISEAS, 2005). Workshop yang berlangsung tanggal 4 Juni itu saya ikuti dengan antusias. Senang sekali bisa memperoleh banyak hal bermanfaat dari profesor yang sangat bersahaja itu.

Materi yang satunya lagi adalah In Searching for Quality Journalism yang dibawakan oleh Maman Suherman – penulis buku Re dan Bokis yang juga menjadi orang penting di balik layar beberapa program acara keren di stasiun-stasiun televisi nasional. Dua tahun yang lalu, saya mengikuti sesi Maman Suherman di MIWF dan saya suka sekali menyimak pengalaman yang diceritakannya dalam dunia jurnalistik dan pengalamannya menulis buku. Saya kira di tahun ini, dia pun akan membagi pengalaman yang tak kalah serunya dengan yang dia bagikan pada dua tahun lalu.

Ket: latar belakang pertunjukan pemain biola anak-anak

 

Namun menjelang hari H (tanggal 5 Juni), saya galau. Di satu sisi ingin sekali menghadirinya. Di sisi lain, kalau saya menghadirinya, kesempatan dua anak saya yang terkecil mengikuti Kids Corner di MIWF bisa batal padahal mereka pun sama seperti saya, menunggu-nunggu event yang hanya berlangsung setahun sekali ini.

Apa pasal kegalauan saya?

Pasalnya, letak tempat berlangsungnya sesi Maman Suherman dan Kids Corner berjauhan. “Ujung pukul ujung”, kata orang Makassar. Sesi Maman Suherman berlangsung di kampus baru UIN – di ujung kota yang satu. Sedangkan Kids Corner berlangsung di Fort Rotterdam – di ujung kota lainnya. Materi Maman Suherman berlangsung pada pukul 14.00 – 16.00. Sementara Kids Corner dimulai pukul 15.30 – 17.30.

Ket: anak-anak antusias nonton dongeng dari gadget Kak Heru

 

Kalau saya berkeras mengikuti sesi Maman Suherman maka sangat besar kemungkinannya anak-anak saya tak bisa mengikuti Kids Corner. Kami sama-sama bergantung kepada bapaknya anak-anak, untuk mengantarkan kami ke lokasi yang dituju karena kalau berangkat sendiri naik angkot butuh waktu lama di perjalanan berhubung jalur angkot yang tak bersahabat (lho, malah menyalahkan jalur angkot wkwkwk). Naik taksi sebenarnya bisa tapiiiii saya tipe orang yang hitung-hitungan kalau harus bayar ongkos taksi untuk hal yang tidak fundamental atau filosofis (hm, mudah-mudahan Anda mengerti maksud saya). Maklum mamak-mamak irit. Lebih baik duitnya dipakai buat beli buku atau beli jajan anak-anak ketimbang buat bayar taksi.

Di samping itu, saya pun sebenarnya ingin sekali mendampingi anak-anak menyaksikan acara favorit mereka di MIWF. Ingin melihat semringah yang terpancar dari wajah polos mereka. Kalau saya ngotot minta antar-jemput sama suami, bisa-bisa mereka batal pergi ke Fort Rotterdam karena jauhnya jaraknya antara kampus UIN dan Fort Rotterdam. Kalau memaksakan ke Fort Rotterdam usai menjemput saya, anak-anak bakal kehilangan banyak momen asyik di Kids Corner.

Ket: foto bersama Kak Heru dan Bona

 

Tak ada gunanya lama menggalau dan tak ada bijaknya memaksakan kehendak, saya pun memutar haluan. Saya akan mengikuti sesi MIWF di Fort Rotterdam saja, supaya anak-anak bisa lebih leluasa bersenang-senang di Kids Corner. Toh masih banyak acara MIWF yang berlangsung di Fort Rotterdam pada tanggal 5 ini. Saya masih bisa memilih salah satunya dan meraup banyak manfaat di dalamnya.

Jadilah saya mengikuti sesi Seno Gumira Ajidarma, bertempat di bekas chapel di kompleks Fort Rotterdam. Seno Gumira Ajidarma adalah penulis senior yang cerpen-cerpen bertema kritik sosialnya sering dimuat di Harian Kompas. Dan ternyata saya tak rugi karena lelaki berambut panjang memutih ini membagikan kisah hidupnya yang inspiratif. Peraih gelar doktor bidang Sastra dari Universitas Indonesia pada tahun 2005 dan Khatulistiwa Literary Award pada tahun yang sama ini punya banyak kisah hidup yang berdaya motivasi tinggi.

Anak-anak saya pun menikmati rangkaian acara di Kids Corner. Walau melewatkan dongeng dari Satoshi Kitamura (asal Jepang), mereka bisa menyimak dongeng dari Kak Heru – pendongeng kondang di Makassar, dongeng yang dibawakan oleh Wendy Miller (asal Australia), dan hiburan permainan biola dari beberapa anak. Mereka juga sempat berfoto bersama Wendy Miller.

Ket: di depan baligho MIWF 2015 "Knowledge & Universe"

 

Bahkan, ketika hujan tiba-tiba turun dan kami beserta sejumlah panitia dan Kak Heru berteduh di naungan atap gedung yang sama, anak-anak saya diberi kesempatan oleh Kak Heru menyimak dongeng berupa animasi dari gadget miliknya, serta berfoto bersama Kak Heru dan Bona. Bona ini boneka berukuran besar yang sering menemani Kak Heru mendongeng. Anak-anak saya suka sekali dengan boneka ini.

Sore tanggal 5 Juni itu menjadi sore yang amat menyenangkan bagi anak-anak saya. Bahagia sekali saya melihat keceriaan mereka. Sesampainya di rumah, putri saya berkata, “Ma, senang sekali tadi bisa ngobrol dengan Kak Heru.”

Ah, keputusan membatalkan mengikuti sesi Maman Suherman di MIWF kali ini memang tepat. Saya mendapatkan bermacam kebahagiaan/kesenangan dan manfaat sekaligus: pencerahan dari pengalaman-pengalaman yang diceritakan Seno Gumira Ajidarma dan rasa bahagia telah berhasil menyenangkan anak-anak di event yang hanya berlangsung sekali setahun ini. Bahkan bukan sekali setahun. Pengalaman ngobrol lama dan kesempatan nonton dongeng animasi dari pendongeng idola saat berteduh tadi barangkali merupakan pengalaman sekali seumur hidup bagi mereka yang tak mungkin terulang lagi.

Makassar, 7 Juni 2015

 

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun