Mohon tunggu...
Muazzin
Muazzin Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat sosial

RAKYAT INDONESIA.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tetesan Keringat Seorang Ibu

14 Agustus 2017   16:58 Diperbarui: 14 Agustus 2017   17:15 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Ibu pahlawan dalam hidupku. yang melahirkanku dan menggendongku kesana kemari tanpa mengenal lelah. Kasih sayang yang diberikan seorang ibu sangat tulus sekali. dan tak pernah mengharap balasan jasa. Ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anakanya. Dimasa kecil ketika kita haus, dan lapar asi ibu selalu membuat kita kenyang. Sehingga mengalir jiwanya pada diri kita. Seorang ibu menginginkan anaknya untuk berbakti padanya. Ibu tidak mengharapkan uang dari anaknya, sebagaimana anak selalu meminta uang padanya. 

Ibu hanya meminta anaknya untuk rajin beribadah, mengamalkan ilmunya dan anaknya bisa berbahagia di dunia maupun di akhirat. Seorang ibu berharap jika, nanti beliau sudah tidak ada diatas dunia ini anaknya bisa mendoakanya setiap selesai sollat. Tapi terkadang kita sebagai anak durhaka padanya. sering berbohong padanya. dan membuat beliau sedih memilihat perilaku kita yang membuat beliau malu.

Tidakkah kita menyadari bahwa perjuang seorang ibu ketika mengandung kita dulu. beliau kesusahan untuk berjalan. tidurnya tak pernah nyaman, hingga kita terlahir kedunia ini. kelahiran kita dengan selamat membuat beliau tersenyum, walau kesakitan. Beliau lebih ridho mengorbankan nyawanya demi anakanya. 

Ketika kita masih kecil, disaat menangis beliau mengerti bahwa kita sedang lapar dan menyuapi makanan pada kita dengan pelan dan penuh kasih sayang.d Disaat kita besar. kita seringkali meminta ini itu yang orang tua berusaha untu memenuhi permintaan kita. Tapi pernahkah kita sebagai anak, merawat ibu ketika sakit. menyuapi nasi ketika tidak bisa mengangkat tangannya untuk menyuapi dirinya. Pernahkah kita mencucikan pakainya, sebagimana beliau dulu mencucikan pakaian kita dulu.

Ibu jasa engakau pada anakmu tak mampu terbalas walau dengan segudang uang dan segunung mas. Engkau seslalu meminta anakmu untuk mendoakanmu disaat selesai sollat. Ibu anakmu berlimpah dosa padamu, yang takkan menjadikan anak menadapat pengampunan Allah tanpa pengampunan engkau ibu. 

Disaat kita jauh dari orang tua seringkali kita berperilaku bebas, jarang sollat dan  jika orang tua tau beliau akan merasa kecewa. Ibu engkau rela makan hanya dengan nasi putih, berpakain sobek, memakai sandal jepit, kerudung yang kusut, dan tangan yang tanpa perhiasan demi, anakmu ibu. Demi, pendidikan, sekolah, pakain dan segala kebutuhan anaknya.

Ibu keringatmu selalu bercucuran tidak hanya wqaktu menggendongku dimasa dalam kandungan, tapi pada saat mencarikan anakmu ini nafkah juga bercucuran keringan, lelah dan letih. Begitu juga dengan bapak yang setiap hari bajunya selalu dibasahi keringat karena bekerja di bawah terik matahari. Tanganya tak lagi mulus seperti tangan kita, karena mengerjakan pekerjaan kasar. Ibu Bapak engkau adalah pahlawan hidup untuk anakmu. tak ingin rasanya jauh darimu Ibu namun engkau selalu membinaku untuk bisa menjadi anak yang soleh, yang bisa mendoakan engkau nanti setelah engkau sudah tiada. Engaku luar biasa ibu. Tiada perempuan paling aku banggakan selain engkau ibu. engkau adalah segalanya bagi anak engkau ibu. allahumagfirli waaliawlidaiya warhamhum kamarobayanasogiro.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun