Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kebaikan dan Keburukan dalam Suatu Hukum Aksi -Reaksi

7 Desember 2018   11:12 Diperbarui: 7 Desember 2018   11:44 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Dokpri

Suatu saat teman saya memijat pasien yang mengalami keseleo atau salah urat. Kebetulan si pasien bukan termasuk golongan mampu alias orang miskin. Setelah selesai dipijat, si pasien ini kemudian memberikan sejumlah uang sebagai ongkos jasa pijat yang diterimanya. 

Setelah menerima uang tersebut, teman saya kemudian memberikan kembali pada pasiennya sembari berkata "uang ini saya terima, namun ini saya kasih ke kamu untuk beli obat". Teman saya tahu bahwa pasiennya orang miskin dan perlu obat tambahan selain pijat.

Kalau melihat dari kejadian di atas kita akan melihat putaran kebaikan yang tiada akhir atau tak berbatas. Teman saya sebagai tukang pijat sudah memberikan kemampuan terbaiknya untuk melayani pasien sekalipun dia belum tentu dibayar berdasarkan pengalamannya selama ini. 

Kadang ada orang datang minta dipijat, dan setelah selesai orang tersebut hanya berkata terimakasih tanpa memberikan ongkos jasa pijat pada teman saya meskipun teman saya tersebut tidak protes. Namun kali ini si pasien yang notabene orang miskin tetap memberikan biaya jasa pada teman saya si Tukang Pijat. Tentu si pasien sedang mengamalkan ajaran Nabi yang menyatakan "Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering".

Kemudian ketika teman saya memberikan kembali uang yang diterimanya kepada si pasien maka sesungguhnya dia sedang berlomba-lomba dalam kebaikan dengan menolong orang lain yaitu si pasien yang lebih membutuhkan (daripada teman saya) uang tersebut untuk membeli obat. Semua pihak baik pasien maupun tukang pijat telah melakukan hak dan kewajibannya masing-masing serta menggulirkan kebaikan tersebut untuk dinikmati oleh orang lainnya. 

Coba bayangkan ketika si pasien dengan gembira kemudian membeli obat pada tetangganya yang berprofesi sebagai penjual obat dari uang yang dikembalikan oleh si Tukang Pijat sehingga penjual obat memiliki sedikit keuntungan buat hidupnya hari itu. Kemudian karena dagangannya laku, maka penjual obat bisa kulakan lagi pada suppliernya dan demikian seterusnya siklus seperti ini bergulir. 

Apabila kita sebagai manusia selalu mengutamakan kebaikan dalam bertindak, maka yakinlah kebaikan ini akan dibalas dengan kebaikan lainnya oleh orang lain, sambung menyambung kebaikan terus menerus sampai tidak berbatas.

Sama halnya kebaikan, keburukan jika kemudian dilakukan juga akan menghasilkan siklus keburukan yang terus berputar. Ada kisah nyata dari seorang teman tentang kehidupan rumah tangga kenalannya sebutlah Rama dan Sinta yang merupakan suami istri. Beberapa tahun yang lalu Sinta memergoki suaminya, Rama, bermain api dengan wanita lain. 

Hubungan Rama dan selingkuhannya sudah cukup dalam dan akhirnya berhenti ketika Sinta mengultimatum Rama agar berhenti dari perselingkuhannya. Rama pun kemudian menuruti ultimatum istrinya dan kembali ke jalan yang benar.

Namun sekarang giliran Rama yang pusing dan marah karena istrinya, Sinta, juga kemudian melakukan perselingkuhan dengan lelaki lain di belakangnya. Yang lebih membuat Rama kesal adalah istrinya melakukan perbuatan terlarang tersebut tiga kali lebih banyak daripada dirinya. 

Rupanya hukum aksi-reaksi itu berlaku, kalau keburukan menjadi aksi maka reaksinya bisa jadi menjadi keburukan yang lebih kejam dan dahsyat. Apabila aksi reaksi ini tidak dihentikan atau diputus mata rantainya, maka keburukan yang terjadi bisa dipastikan akan mengalir sampai jauh menjadi siklus yang tidak berbatas juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun