Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peristirahatan Terakhir

3 April 2018   14:38 Diperbarui: 3 April 2018   14:53 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir selama tiga pekan terakhir ini banyak berita duka masuk dan menghampiri saya. Berita duka tentang kematian seseorang, entah karena sakit, sudah tua atau sebab lainnya. Mungkin kalau di total ada sekitar sepuluh kabar kematian seseorang dalam tiga pekan ini, baik itu teman sesama pekerja, orang tua pekerja, mantan direksi, maupun orang tua dari sahabat saya. Tentu ucapan bela sungkawa dan doa agar almarhum meninggal dalam keadaan husnul khatimah menjadi suatu standar kewajiban yang saya ucapkan pada mereka yang mendapat musibah tersebut.

Namun tidak semua kejadian dapat saya datangi untuk bertakziah atau melayat dan memberikan ucapan bela sungkawa secara langsung pada keluarga yang ditinggalkan. Yang tidak bisa didatangi langsung, biasanya saya kirim ucapan bela sungkawa kepada kerabatnya melalui whatsapp, email dan telepon. Akan tetapi di setiap kejadian kematian, saya usahakan dapat untuk melayat, mengucapkan bela sungkawa dan memberikan dukungan moral kepada keluarga yang ditinggalkan.

Berta'ziyah merupakan suatu hal yang saya senangi, namun bukan berarti bahwa saya mengharapkan seseorang untuk meninggal. Mengapa saya senang, karena berta'ziyah mengingatkan saya bahwa semua orang akan mati, seolah-olah saya dingatkan bahwa malaikat maut sudah siap menjemput kapanpun waktunya sesuai ketetapan Allah subhanahu wa ta'ala. Dan saat kematian datang, kita tidak akan bisa berlari menghindar, pun tidak ada pemberitahuan sebelumnya.

Suatu hal yang pasti akan dialami oleh manusia adalah kematian. Allah SWT berfirman: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. " (QS. Al-Imran:185)

Karena tidak tahu kapan jadwal kematian akan datang, seringkali kita menjadi terlupa dan terlenakan seolah-olah akan hidup selamanya tanpa pernah disentuh kematian. Menjadi masalah apabila terlupa akan mati, namun bukan amal kebaikan yang bertambah justru sebaliknya yaitu dosa dan keburukan. Oleh karenanya mengingat kematian melalui ta'ziyah bisa menjadi sarana bagi saya khususnya, bahwa sebelum kematian datang harus punya bekal sebanyak-banyaknya untuk menuju ke akhirat.

Saat kematian datang maka tidak ada lagi yang kita bawa dan banggakan. Jabatan, tahta, harta, uang triliunan, tanah yang bertebaran di seantero negeri, mobil mewah yang tak terhitung jumlahnya, semua akan ditinggalkan dan menjadi harta waris, yang kadang-kadang juga menjadi rebutan dan konflik di antara saudara sesama ahli waris. Sungguh saat kematian datang, hanya diperlukan selembar kain kafan dan lubang 1x2 meter, serta beberapa orang untuk memandikan dan mensolatkan jenazah kita.

dokpri
dokpri
Boleh dan sangat dianjurkan kita mempunyai banyak teman, tidak hanya di dunia maya tapi juga di dunia nyata. Saat waktunya tiba, teman sejati akan datang menyolatkan jenazah kita dan mendoakan agar kita husnul khatimah. Mereka akan dengan ikhlas tanpa banyak alasan, ketika tidak ada halangan, untuk menyempatkan memberikan penghormatan terakhir kali dengan mengantarkan jenazah kita ke liang lahat, kuburan istilah umumnya. 

Mungkin berbeda halnya dengan teman dunia maya, yang hanya akan memberikan ucapan belasungkawa dan mendoakan dalam group whatsapp dimana kita pernah berada di dalamnya sebelum kematian datang menjemput.

Kedudukan, kekayaan, rumah yang megah adalah bukan peristirahatan terakhir kita, namun kuburanlah akhir dari perjalanan jasad kita. Lahir kita telanjang, maka matipun kita akan ditelanjangi, dimandikan, dan dikafankan. Terbukti kita masih butuh orang lain untuk melakukan hal itu semua ketika meninggal nanti. Jadi janganlah sombong, angkuh dan menyakiti orang lain sekaya dan sepenting apapun kedudukan kita di dunia. 

Bukankah kita ingin banyak orang mendoakan dan mensolatkan kita saat meninggal nanti hingga menghantarkan ke liang lahat? Semoga kita semua dimatikan dalam kondisi husnul khatimah, mendapat rahmat Allah subhanahu wa ta'ala untuk menghuni surganya. Ingatlah, begitu dekatnya kematian dengan diri kita sehingga mari pergunakan waktu yang tersisa untuk hal-hal baik dan bermanfaat

MRR, Jkt-03/04/2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun