Mohon tunggu...
M. Rasyid Nur
M. Rasyid Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiun guru PNS tidak pensiun sebagai guru

M. Rasyid Nur, pendidik (sudah pensiun dari PNS pada Mei 2017) yang bertekad "Ingin terus belajar dan belajar terus". Penyuka literasi dan berusaha menulis setiap hari sebagai bagian belajar sepanjang hari. Silakan juga diklik: http://mrasyidnur.blogspot.com/ atau http://tanaikarimun.com sebagai tambahan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PGRI Wadah Penguat Jati Diri*

25 November 2012   07:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:42 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

*Dimuat di Harian Riau Pos Pekanbaru (Sabtu, 24-11-12)

Setiap tahun guru memperingati hari kelahirannya. Pendidik atau guru, melalui PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) tidak pernah alpa memperingati kelahiran organisasi insan bergelar “pahlawan tanpa tanda jasa” itu.

PGRI yang diakui dan dikukuhkan terlahir ke bumi Indonesia sejak 25 November 1945, setiap tahunnya selalu diperingati pada tanggal keramat itu sebagai Hari Sakti Guru Indonesia. Dari Pusat hingga ke Daerah selalu ada acara dan kegiatan memperingati HUT PGRI dan Hari Guru Nasional.

Tahun ini guru Indonesia akan berulang tahun yang ke-67  kali. Usia sebegitu lama yang seharusnya sudah berkategori sangat tua. Bukan saja sekadar sudah dewasa. Tapi apakah profesionalisme guru sudah tergambar dari tuanya usia wadah seperti PGRI itu?

Dari satu generasi ke generasi berikutnya, guru terus melanjutkan perjuangannya sebagai agen perubahan. Peran guru sebagai pengajar sekaligus pendidik terus diemban dalam berbagai rona keadaan. Tugas-tugas itu tidak akan dan belum akan berakhir.

PGRI yang lahir melalui peristiwa bersejarah 67 tahun lalu tidak terjadi begitu saja. Bermula dari kebutuhan perjuangan kemerdekaan bangsa yang terjajah jauh sebelum datangnya kemerdekaan, di relung hati para guru ikut tumbuh rasa persatuan dan kesatuan untuk perjuangan kemerdekaan itu sendiri.

Di zaman Hindia Belanda, guru bahkan sudah memiliki wadah berorganisasi yang bernama PGHB, singkatan dari Persatuan Guru Hindia Belanda. Mereka memang merupakan gabungan guru-guru desa yang berada di sekolah desa dan sekolah rakyat waktu itu.

Dan selain PGHB, dalam sejarah guru juga kita baca ada beberapa organisasi guru lain seperti PGB (Persatuan Guru Bantu), PGD (Perserikatan Guru Desa), PGAs (Persatuan Guru Ambachtsschool), PNs (Persatuan Normaalschool) dan beberapa lagi yang lainnya yang disesuaikan dengan perbedaan keadaan dan kebutuhannya.

Perjuangan terus-menerus dari para guru, ini adalah bukti adanya kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan terutama untuk memperjuangkan persamaan hak dan poisi dengan penjajah waktu itu.

Sejarah menjelaskan, pada tahun 1932 ketika intensitas dan kualitas perjuangan bangsa ini kian tinggi, nama PGHB diubah menjadi PGI (Persatuan Guru Indonesia) yang ternyata tidak disenangi Belanda karena menggunakan kata Indonesia yang bagi guru itu adalah jiwa dan semangat perjuangan itu sendiri.

Namun demikian, wadah ini tetap eksis hingga dibredel  penjajah Jepang bersamaan kebijakan Jepang yang membekukan organisasi-oraganisasi dan sekolah-sekolah yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun