Mohon tunggu...
Merita Pahlevi
Merita Pahlevi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

complicated/red/march/bigdreamer/exauditor/economwannabe/futurewifenmom/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cerita tentang Sebuah Mimpi (Part 2)

19 April 2013   15:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:56 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah muncul lagi saat itu, perkiraanku meleset. Walaupun aku sudah mendaftar untuk perkuliahan di kelas malam, ternyata aku malah ditransfer ke kelas pagi. Pihak universitas beralasan kalau yang diterima di kelas malam kuotanya tidak mencukupi, jadi semua mahasiswa kelas malam akan ditransfer ke kelas pagi. Cerita tentang Sebuah Mimpi (Part 1)

Mendengar kabar itu aku merasa benar-benar kecewa. Seakan ingin pasrah, apakah mungkin aku tidak ditakdirkan untuk kuliah, kenapa semua jalan yang sudah aku usahakan tidak ada yang mempermudah jalanku kesana. Sempat  terpikirkan untuk berhenti berusaha, aku menyerah.  Aku tidak akan daftar ulang. Pada saat pengumuman kelulusan dijelaskan bahwa bagi yang tidak melakukan daftar ulang paling lambat satu bulan dari sekarang dianggap mengundurkan diri. Ya, aku mundur saat itu!

Beberapa hari mendekati penutupan pembayaran uang kuliah, tiba-tiba aku terpikirkan untuk menghubungi pihak universitas. Aku berencana untuk mengusulkan penundaan kuliah selama satu semester,  jika  memungkinkan. Saat itu semangat ku muncul lagi, aku belum mau menyerah. Seandainya usulan penundaan kuliah ku diterima, aku akan mencari cara lagi agar aku bisa kuliah di semester selanjutnya.

Akhirnya tepat pada hari terakhir pendaftaran ulang aku datang ke UI untuk mengajukan penundaan kuliah. Seperti mendapat angin segar hari itu, ternyata usulanku diterima. Aku diminta untuk memasukkan usulan secara resmi dengan membuat surat permohonan dan syarat-syarat lainnya. Alhamdulillah, aku membatin. Masih ada jalan.

Karena permohonan penundaan kuliah ku diterima, aku melaksanakan aksi berikutnya. Aku masih punya waktu satu semester untuk memikirkan cara bagaimana aku bisa kuliah semester depan. Dan satu-satunya cara yang aku pikirkan adalah berhenti bekerja di tempatku bekerja saat ini dan mencari pekerjaan baru. Pekerjaan yang tidak terlalu sibuk, sehingga masih memungkinkan untukku melanjutkan kuliah.

Saat itulah aku mulai menjelajahi perusahaan targetku, mulai dari mengunjungi tiap-tiap website perusahaan, mengirimkan email lamaran dan mendaftarkan diri di website pencari kerja. Aku akan berusaha dengan maksimal. Menariknya lagi, aku tetap melamar untuk posisi auditor, dari eksternal auditor menjadi internal auditor. Mungkin waktunya bisa sedikit lebih senggang. Kenapa masih auditor? Coz I love accounting, aku suka menjadi auditor, aku menyukai profesi itu, aku merasa itu lah jiwaku. Makanya aku tidak mau jauh-jauh menyimpang dari auditor.

Di saat-saat masa pencarianku itulah aku mendapatkan informasi dari temanku yang mengabarkan bahwa penerimaan pegawai baru untuk Kementrian Keuangan telah di buka. Awalnya aku cuek. Namun aku ingat sekali, orang tuaku beberapa bulan yang lalu pernah bilang, “Nak, kata kakak Kementrian Keuangan tahun ini akan buka rekrutmen, nanti kalo emang buka ikut ya. Itu peluang yang bagus. Buat apa bertahan lama di swasta, terlalu capek untuk cewek” Saat itu aku masih bertahan dengan egoisme ku. Aku tekankan pada orang tuaku, aku cuma ingin jadi dosen, bukan kerja sebagai PNS yang lain. Namun dengan lembutnya orang tuaku masih terus berusaha membujukku. Akhirnya waktu itu aku mengiyakan. Aku akan mencoba, tidak ada salahnya mencoba. Toh, belum tentu lulus dengan mudah karena persaiangan untuk masuk kesana pun berat.

Mendengar informasi penerimaan itu  aku  lalu menghubungi papa. Dengan antusiasnya papa memintaku untuk segera mendaftar dan melengkapi syarat-syaratnya. Aku pun menurut, karena aku pernah mengiyakan untuk ikut. Akhirnya aku mendaftar dan berkas pendaftaran pun aku kirim. Document sent.

Berkas lamaranku ternyata diterima dan akupun memperoleh kesempatan untuk mengikuti test tahap selanjutnya. Test tahap I adalah Test Kemampuan Dasar. Aku mengikuti test pertama tersebut dengan sungguh-sungguh. Tiga minggu kemudian hasil test pun diumumkan, dan alhamdulillah aku lolos untuk test tahap pertama tersebut menyisihkan ribuan peserta lainnya. Papa begitu antusias mengetahui kalau aku lolos test tahap I tersebut. Papa memintaku untuk lebih serius mengikuti test tahap selanjutnya  yaitu psikotest. Dengan enggan aku menjawab “Iya pa”. Saking antusias dan senangnya papa bilang “Coba tanya kak Nanok (kakak sepupuku) tips nya untuk menghadapi psikotest, karena kakak kan udah punya pengalaman disana”.

Satu hal yang menjadi semangatku yang paling utama ingin lulus adalah Papa. Karena sangat berharap aku lulus, papa pernah bilang “Yuk, kalau ayuk lulus, Papa sembuh”. I will Pa…

Ayuk rindu nasihat n saran papa. Kini ayuk dak tau lagi ndak ngadu kek siapo pa. Dak tau lagi ndak cerito kek siapo kalo ayuk punyo masalah :’(

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun