Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Terpaksa Buka Puasa di Jalan, Gaya Hidup Macet Jakarta?

20 Juni 2016   12:42 Diperbarui: 8 Agustus 2016   15:25 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adzan magrib di TV (Foto: @motulz)

Sudah berapa banyak teman-teman di sini yang pernah buka puasa di jalan akibat macetnya jalan Jakarta? Jika anda belum pernah mungkin beberapa hari menjelang Lebaran akan mengalaminya. Karena seperti biasa makin mendekati Lebaran makin padat aktivitas masyarakat Jakarta di jalan, pertokoan, juga di pasar-pasar. Sehingga bukan tidak mungkin dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di jalanan Jakarta saat ini, kondisinya akan membuat kemacetan yang lebih dari biasanya.

Sejak awal-awal minggu puasa Ramadhan saya sudah mengalami beberapa kali buka puasa di jalan. Ya dalam arti sebenarnya "di jalan" yaitu saya harus menepikan mobil mencari tempat parkir yang pantas lalu pasang TV, menyiapkan minuman botol, dan cemilan seadanya. Sambil menunggu adzan seperti biasa saya menonton ceramah di TV (biasanya MetroTV) dari para ustadz yang tidak banyak berkelakar atau bikin lawakan.

Kemacetan di Jakarta, sudah bukan lagi bahasan baru yang menarik. Setiap harinya warga Jakarta harus bergumul dengan kondisi ini sejak pagi buta hingga larut malam. Aktivitas seolah berjalan begitu lambat dan begitu lama. Tidak jarang untuk urusan sepele pun seolah kita harus mempersiapkan dan memperkirakan panjangnya perjalanan yang segitu pun belum tentu bisa pasti diprediksi. 

Entah bagaimana, situasi yang begitu semrawut ini toh tetap saja bisa diatasi dan disikapi oleh warga DKI Jakarta dengan cara mereka masing-masing. Mereka melakukan banyak cara dan tips dalam menyiasati kondisi yang porak-poranda ini. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi masa kini, apa saja itu?

Dari beberapa teman dan rekan saya, mereka harus menyiapkan waktu khusus sebelum berangkat mengarungi jalan Jakarta dengan membaca peta digital dengan fitur informasi kemacetan. Bagi mereka hal ini semacam keharusan mengingat tingkat kepresisian dan kepastiannya cukup bisa diandalkan. Dari informasi tersebut mereka akan pilih rute yang paling minim mengalami titik kemacetan. Bahkan saya lihat tidak sedikit para pengendara motor pun juga memanfaatkan peta dan GPS ini dipasang di stang kemudi motor mereka... motor lho itu yang bayangan kita semestinya bisa salip-menyalip.

Cara lain adalah dengan pasrah saja dengan kondisi kemacetan karena seringkali malah membuat bingung jika harus memilih jalan via GPS. Kepasrahan ini menjadi lebih nyaman dan menenangkan dengan adanya teknologi TV mobil. Rasanya sudah banyak sekali saya menemukan TV mobil di banyak mobil Jakarta. Selain mobil pribadi, mobil kantor, hingga taksi Uber. Mulai dari ukuran TV yang mini, hingga lebar, bahkan lebih dari satu untuk para penumpang di belakang kemudi. Mulai dari yang menyajikan TV lewat antenna, DVD, sampai paket TV berlangganan NexDrive yang bisa menonton acara TV lokal dan berlangganan secara jernih dan tidak patah-patah.

Kultum (Foto: @motulz)
Kultum (Foto: @motulz)
Saya sendiri memilih menggunakan keduanya, baik itu GPS berikut peta digital kemacetannya juga TV mobil dengan paket berlangganan NexDrive-nya. Entah akan ada teknologi apalagi yang bisa membantu saya untuk "menjinakkan" kejamnya kemacetan Jakarta ini? saya pasti akan coba ambil itu juga. Karena bagi saya, sadar atau tidak kemacetan ini menjadi salah satu penyebab rusaknya mood dan emosi. Bahaya sekali jika perjalanan saya itu justru untuk bertemu dengan klien, tentu wajib hukumnya untuk menjaga mood tersebut sepanjang perjalanan macet tadi.

Nah tidak terasa, di TV sudah masuk program Kultum (kuliah tujuh menit) menjelang bedug Magrib. Entah ya.. bagi saya buka puasa dengan alunan bedug dan adzan Magrib lewat tayangan TV itu seolah menjadi ciri atau kebiasaan berbuka puasa sejak dulu. 

Jadi, walaupun pada akhirnya saya harus terpaksa berbuka puasa di parkiran tepi jalan Jakarta yang super macet, saya masih bisa merasakan nikmatnya suasana berbuka seperti di rumah, terutama karena bisa menonton acara kultum seperti tadi. Saya merasa keasikan berbuka puasa di dalam mobil ini semacam gaya hidup baru orang Jakarta dalam berbuka puasa di tengah kemacetan kah? Hahaha.. entahlah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun