Mohon tunggu...
Akhmad Basori
Akhmad Basori Mohon Tunggu... -

Wakil Rektor Kampus Bisnis Umar Usman, Jakarta. "Kuliah 1 Tahun Jadi Pengusaha"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pramuka Pencegah Teroris Remaja

7 September 2012   02:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Melihat upacara peringatan Hari Pramuka Indonesia (3/9) yang dibina langsung oleh Presiden RI, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono mencerminkan bahwa kepanduan pemuda-pemudi, remaja, dan anak-anak Indonesia adalah potensi besar untuk terus ditumbuhkembangkan. Pramuka tidak identik dengan acara alam bebas semata seperti perkemahan, atau baris-berbaris dalam aturan PBB, atau juga bukan seragam cokelat-cokelat saja. Lebih dari itu, jiwa pramuka adalah spirit untuk menjadi patriot Indonesia yang akan menjaga atau menjadi pandu bagi ibu pertiwi sekaligus mengikis benih-benih terorisme yang mengancam negeri ini.

Nasionalis ke Patriotis

Generasi muda bangsa ini perlu dididik, dibina, dan dibesarkan hatinya. Dalam struktur kepramukaan sangat jelas jejangnya, bahkan seperti militer. Dari tingkatan anak SD sampai kuliah. Ada jenjang Siaga (SD), Penggalang (SMP-SMA), Penegak dan Pandega (Kuliah-Dewasa). Tidak itu saja, segala keahlian dan kemampuan anggotanya juga ada sertifikasinya yang ditunjukkan oleh simbol-simbol yang dikenakan sebagai atributnya, entah misalnya seperti keahlian memasak, berkebun, memanah, dan sebagainya.

Satu hal yang sederhana adalah pramuka mengajarkan nasionalis murni dan sejati Buktinya yaitu pengenaan ‘hasduk’  atau dasi berbentuk scarft yang mempunyai warna dasar merah dan putih, lambang bendera Indonesia. Merah untuk keberanian, putih untuk kesucian. Bahkan Bung Karno menambahkan maknanya, merah untuk matahari dan putih untuk bulan, merah untuk perempuan dan putih untuk laki-laki.

Merah putih yang dikenakan seperti dasi yang menjulur dari leher hingga pusar itu menunjukkan disitulah dada merah putih disematkan. Disitu pulalah terletak simbol mendalam di era perjuangan fisik tahun empat lima dulu dimana pejuang-pejuang kita siap berkorban dan berseru, “belalah dadaku, dan akan kau temukan merah putih disitu.”

Kegiatan pramuka yang banyak berhubungan dengan alam, semakin menyadarkan anggotanya bahwa Indonesia itu luas, indah, dan banyak hal yang sudah Tuhan berikan sebagai anugerah. Tidak itu saja, pramuka mengajarkan pengabdian, dimana saat seperti mudik kemarin, tak sungkan sekelompok pramuka membantu mengatur lalu lintas di jalan bersama polisi. Mereka juga berada di stasiun untuk mengorganisir penumpang yang berjubel. Bahkan saat sholat idul fitri kemarin di Masjid Istiqlal pun dimana Presiden RI selalu turut hadir, pramuka tidak ketinggalan menunjukkan peranannya untuk turut serta merapikan jama’ah yang jumlahnya membludak luar biasa bersama petugas-petugas masjidnya.

Dari sanalah, dari hal-hal kecil dalam keseharian, setiap anggota pramuka  ditanamkan untuk berjiwa seperti pohon kelapa yang berguna di setiap bagiannya. Bahkan tunas kelapa yang menjadi simbolnya, mencerminkan pramuka dimana saja bisa tumbuh dan bermanfaat untuk lingkungannya. Hal inilah yang membuat pramuka mempunyai potensi besar untuk membentuk karakter bangsa yang berdaya guna, berdaya saing, sekaligus berdaya unggul.

Dengan semakin banyak kegiatan pramuka memberikan kontribusinya untuk tanah air tercinta ini, maka rasa nasionalis otomatis semakin lama akan semakin utuh terbangun. Mereka akan mudah melihat dari seabrek masalah bangsa ini dan sekaligus mereka siap menjadi bagian dari solusi. Dari nasionalis akan mudah merangkak tumbuh menjadi jiwa yang patriotis, jiwa yang siap sedia membela, berkorban, berjuang, untuk bangsa dan negaranya karena didorong rasa cinta yang mendalam akan bangsanya, didorong nasionalismenya.

Penangkal Teroris

Ujung pangkal tindakan teroris adalah pemahaman yang salah dalam beragama. Yang menggunakan tafsiran-tafsiran yang radikal dan sesuai dengan kepentingan golongannya. Tidak berimbang dan malah menimbulkan kekacauan dibandingkan rahmatan lil alamin yang menjadi tujuan Islam itu sendiri buat lingkungannya. Sasaran ke pasar remaja adalah salah satu bukti bahwa mereka rentan untuk di brain washing, di cuci otaknya.

Remaja yang mendapat pendidikan agama di pesantren maupun di sekolah umum pun juga tak luput dari sasarannya. Berhubung mereka sudah punya dasarnya, maka bagi teroris dalam berinfiltrasi akan jauh lebih mudah. Seperti gerakan NII yang sempat marak di kampus-kampus, mereka akan menjejalkan beberapa ayat yang dipaksa mengandung unsur ‘pembenaran’ dalam berbuat kekerasan, anarkis, bahkan kejahatan seperti pencurian, penipuan, ataupun menteror orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun